Reza menatapku begitu pula dengan aku hingga tatapan kami saling bertemu namun itu tidak lama karena aku segera membuangnya dan berjalan untuk membuka pintu.
"Ega sayang ayo ganti baju." Ega menggeleng, mungkin dia masih ingin bersama papanya.
Sekali lagi aku mengajaknya untuk ganti baju namun lagi-lagi Ega enggan untuk turun dari pangkuan papanya.
"Biar ganti baju sama aku saja." Reza beranjak dari tempat duduknya dan masuk.
Aku mengekor di belakangnya namun langkah kamu terpisah karena aku masuk kamarku.
Melihat Ega yang sangat menyayangi ayahnya, egois kah aku jika aku menginginkan perpisahan? tapi kalau tidak pisah sanggupkah aku dimadu?
Air mata merembes keluar, perih rasanya mengingat penghianatan Reza, tidak bisakah hanya bertahan dengan satu cinta? kenapa mendatangkan cinta lain?
Saat bersamaan perutku terasa sakit, ada apa lagi ini, apa calon bayiku yang di dalam perut protes juga jika aku ingin berpisah dengan papanya.
"Aaaahhhhhh," teriakku kesakitan.
Aku terduduk di lantai sembari memegangi perutku yang sakit.
"Sayang, jangan marah dong." Tanganku sedikit menekan perutku agar rasa sakitnya berkurang.
Saat bersamaan, Reza masuk ke dalam kamar mendapati aku yang kesakitan membuatnya kaget.
"Kamu kenapa!" teriaknya.
"Perut aku sakit,"
Dia segera menggendong aku keluar kamar, tak lupa dia memanggil Ega untuk ikut.
"Sakit mas." Aku terus mengeluh sakit sehingga membuat Reza dan Ega yang berada di bangku bagian depan nampak khawatir.
"Sabar ya," pinta Reza.
Tak berselang lama mobil telah sampai di depan rumah sakit, Reza memanggil suster untuk menjemput ku dengan brankar.
Beberapa suster langsung membawa aku ke UGD, dokter yang kebetulan berjaga di sana segera memeriksa aku.
Dia nampak berbisik pada suster dan suster langsung keluar, beberapa saat kemudian sister datang dengan Dokter yang lain.
"Untung segera ada tindakan kalau tidak kemungkinan anda mengalami keguguran," kata Dokter.
Beberapa obat sudah disuntikan bahkan ada yang dimasukkan lewat belakang.
Dokter meminta aku untuk beristirahat sejenak, sambil menunggu obat bereaksi.
Beberapa saat kemudian Reza dan Ega masuk.
"Bagaimana keadaan istri saya Dok?" tanya Reza.
"Istri anda hampir saja keguguran, tolong bapak lebih perhatian lagi kepada istrinya, trimester pertama rawan-rawannya gugur jadi kalo bisa buat suasana hari istri anda ceria jangan dibuat stres dan juga lelah," jelas Dokter.
Mendengar penjelasan dokter, aku pun memalingkan wajahku, ku tatap Ega dan ku genggam tangannya, seolah aku mencari kekuatan di sana.
Reza menghampiri aku yang terbaring di bed yang ada di ruang UGD.
"Kamu dengar kan yang dikatakan Dokter." Aku menatapnya heran, bukankah penjelasan Dokter tadi itu untuk dirinya kenapa malah aku yang seakan sengaja membuat calon bayi ini gugur?
"Jika kamu tidak berulah aku juga tidak akan seperti ini," sahutku.
Dia hanya diam menatapku hingga suara dering telpon mengalihkan tatapannya.
Reza melihat sekilas siapa yang menghubunginya lalu keluar ruang UGD untuk menerima panggilan telponnya.
Seusai menerima telpon, Reza mengajak aku untuk pulang dengan alasan kasian Ega.
Aku hanya tersenyum ketir karena pasti istri simpanannya yang menghubungi. Perasaan semalam sudah bersamanya Reza kenapa sekarang meminta waktu Reza lagi? adilkah seperti ini?
Tanpa kata aku langsung turun bed dan menggandeng Ega keluar, sebenarnya perut aku masih sangat sakit namun aku tahan karena enggan sekali menerima bantuan dari Reza.
Setibanya di halaman rumah, Reza langsung pamit akan pergi.
"Kamu istirahat dulu, aku ada urusan sebentar," katanya.
Aku menghela nafas, ku tatap wajahnya dengan raut wajah kesal.
"Urusan apa? kamu tau kan aku lagi sakit yang jaga Ega siapa?" tanyaku.
Reza menghela nafas kemudian turun dari mobil, dia mengajak Ega untuk masuk rumah terlebih dahulu dan meninggalkan aku yang masih di dalam mobil.
Aku segera keluar dan masuk, aku lihat Reza pergi ke dapur dan mengambil makanan untuk Ega, seusai menyuapi anaknya dia mengajak Ega untuk tidur siang.
********
"Aku sudah menyuapi dan menidurkan Ega jadi nggak ada alasan kamu melarang aku untuk keluar." Aku salah mengira aku pikir dia mengurungkan niatnya untuk keluar namun aku salah, dia tetap keluar meski aku sedang sakit.
Aku hanya tersenyum dengan air mata yang terus merembes mungkin sungguh tak berhati saat aku sakit begini tega meninggalkan aku.
"Pergilah," ucapku lirih.
Selepas kepergiannya, tangisku pecah tidak bisakah tinggal menemani aku? begitu pentingkah urusan diluar?
Malam hari datang dengan cepat, aku pergi ke kamar untuk melihat Ega, nampak anak kecil ini sedang asik bermain sendiri.
"Mama sudah sembuh?" tanyanya sesaat setelah aku mendekatinya bermain.
Aku membelai rambutnya, seharunya anak sekecil ini mendapatkan kasih sayang utuh dari papanya bukan kasih sayang yang dibagi dengan perempuan lain.
"Mama kan nggak sakit sayang." Aku mengangkat tubuh kecilnya dan memindahkannya diatas pangkuanku.
"Kata papa, Mama sakit jadi Ega nggak boleh ganggu mama." Tatapan sendunya membuat hatiku teriris, anak sekecil ini paham akan keadaanku.
Aku memeluknya dengan erat, sungguh dia adalah anugerah Tuhan yang paling indah.
"Apa yang mama rasakan saat ini tidak ada apa-apanya dengan kehadiran kalian sayang." Berkali-kali aku mengecup keningnya.
Aku melupakan Reza sejenak, melupakan rasa sakit yang menggerogoti hatiku, malam ini aku hanya ingin bersama anakku.
"Ega mau nggak makan diluar." Aku mengajaknya untuk makan diluar.
"Mau, mau, kita makan mie goreng ya ma," katanya.
"Ok, tapi full sayur ya." Meski Ega tidak suka sayur namun aku selalu memaksanya untuk makan sayur ini aku lakukan supaya dia terbiasa makan sayur.
Setelah bersiap, kami berangkat ke restoran terdekat, meski agak sakit namun aku paksakan untuk menyetir demi menyenangkan Ega anakku.
"Ma kenapa sih setiap hari libur papa nggak pernah di rumah, kan Ega ingin jalan-jalan bersama." Aku terperangah menatapnya, aku kira anak sekecil ini masa bodoh namun ternyata dia juga merasakan perubahan papanya.
"Sayang, papa itu sibuk cari uang, nanti mama bilang ya biar papa meluangkan waktu untuk kita lagi," bujukku sambil mengelus kepalanya.
Tak berselang lama mobilku telah masuk ke dalam kawasan restoran.
"Restorannya penuh sayang," kataku sambil mencari tempat parkir yang kosong.
"Itu Ma disana ada tempar parkir kosong." Ega menunjuk tempat parkir kosong samping sebuah mobil Lavender Cros warna hitam.
Awalnya aku merasa biasa namun saat aku dan Ega turun dari mobil aku tidak asing dengan mobil Lavender Cros warna hitam samping mobil aku.
"Ma bukankah ini mobil papa." Aku baru saja ingin menebak tapi sudah keduluan Ega.
"Iya bearti papa ada di dalam," sahutku.
Semangat ingin menemui papanya Ega berlari sambil menarik tanganku saat masuk bola mataku dan bola matanya mencari keberadaan Reza.
"Papa mana ya ma?" Dia terus mencari keberadaan papanya hingga mataku tak sengaja melihat papanya.
Ingin kulangkahkan kakiku untuk menghampiri Reza namun seorang wanita cantik lebih dulu menghampirinya.
Melihat wanita itu pikiranku terbang ke foto-foto yang aku temukan di media sosial kemarin. Mataku spontan mengeluarkan air mata.
"Jadi ini istri kamu itu mas,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Yati Syahira
gimana tdk setrws hamil kaqsih maadu pahit keguguraan pasti lebih baaik cerai
2025-02-22
0
🦂⃟ғᴀᷤᴛᷤᴍᷫᴀ 🕊️⃝ᥴͨᏼᷛN⃟ʲᵃᵃ࿐📴
gimana kamu Reza istri sakit karena kamu malah melimpahkan kesalahannya. lebih parahnya memilih pergi menemui simpanannya
2023-01-22
2
ana
kuduga sudah dr judulnya pasti bertemu
2023-01-04
0