Hari demi hari semakin cepat berjalan beriringan dengan waktu yang berputar cepat. Tanpa terasa hari ke hari, minggu ke minggu, dan kini bulan ke bulan. Begitu juga dengan kehidupan, rasanya baru kemarin hari berlalu, tapi nyatanya sudah berjalan begitu cepat.
Malam ini udara sangatlah dingin akibat hujan turun sangat lebat, angin sepoi-sepoi membuat siapa saja malas untuk beranjak dari tempat tidur. Akan tetapi karena ada suara bel berbunyi seorang wanita yang tadinya tengah terlelap kini terpaksa harus bangun dan segera membukakan pintu karena sudah sangat tahu siapa yang datang.
" Mas, kamu sudah pulang?" Sambutan hangat dengan senyum tulus di wajah yang tampak kelelahan itu. Siapa lagi jika bukan Kinan.
" Maaf ya tidur kamu jadi terganggu," sesal Raka merasa bersalah, kepulangannya malah mengganggu tidur istrinya itu.
" Nggak apa, lagian kalau aku gak bangun kamu mau sampai pagi di depan pintu, nggak kan!" Jawabanya sembari menguap.
Raka tersenyum dia memperhatikan kondisi istrinya, lagi-lagi terlihat acak adul tak karuan. Setiap pulang kerja selalu berpenampilan seperti ini, sejujurnya dia sangat merindukan akan kecantikan istrinya seperti dulu. Tapi karena terlalu sibuk mengurus anak-anak sehingga wanita itu melupakan akan penampilan dirinya sendiri.
" Anak-anak dimana?" Tanya Raka dia membuka kaos kakinya sambil duduk di sopa.
" Sudah pada tidur."
Mendengar anak-anak yang sudah pada tidur Raka tersenyum nakal, dia berdiri cepat lalu menghampiri istrinya yang sedang membuat kan kopi dan memeluknya dari belakang.
" Kalau begitu boleh dong malam ini."
Raka mengecup jenjang leher Kinan seakan memberi kode jika dirinya sangat menginginkan wanita yang sudah lama tak memberikan hak nya itu.
" Sayang, ini sudah enam bulan. Boleh ya," pinta Raka melas dengan suara seraknya. Kapan lagi ada kesempatan seperti ini, mumpung duo R sudah pada tidur, sekarang giliran dirinya ingin di nina bobokan.
Dia sudah tidak tahan lagi untuk menunggu, sudah terlalu lama dia bersabar menanti dimana dirinya kembali mendapatkan haknya atas istrinya tersebut.
" Apaan sih Mas, geli tauk." Kinan berusaha berontak dia agak menghindar dari kecupan yang diberikan Raka pada lehernya.
" Boleh ya, aku sangat merindukanmu sayang."
Raka kembali meminta dengan nada melas, sangat berharap apalagi cuaca sangat mendukung, anak-anak sudah pada tidur. Lalu apalagi yang di tunggu, hasrat laki-lakinya sudah tak terkendali, bagaikan singa yang kelaparan tak diberi makan selama tiga hari, bayangkan saja gimana laparnya.
" Mas, stop Mas …"
Raka seakan tuli, dia masih saja mengecup setiap sisi leher Kinan, bahkan tangannya sudah menyelinap masuk ke dalam baju mencari si kembar yang sekarang sudah menjadi hak milik anaknya. Namun jika hanya merem@snya saja tidak apa 'kan, keduanya anak-anak nya itu tidak akan marah padanya.
" Mas, stop. Stop, Mas!"
Raka menghentikan kegiatannya karena suara Kinan meninggi dan membentak nya. Raka menatapnya tak percaya, kenapa sampai sebegitu marahnya istrinya tersebut.
" Kinan?" Katanya tak percaya, dirinya ditolak mentah-mentah, sakit rasanya menyesakkan dada.
Kinan menghela nafasnya kasar, dia membenahi pakaiannya yang sudah kemana-mana akibat ulah tangan suaminya itu.
" Kamu tahu kan aku ini sangat capek? Bukannya kamu selalu mengingatkan aku supaya banyak-banyak istirahat," kata Kinan, Raka terdiam dengan tatapan sulit di artikan.
" Aku seharian ini sudah capek ngurus rumah, ngurusin anak-anak, masak. Jadi tolong pengertiannya, Mas. Mumpung anak-anak sekarang tidur, aku mau istirahat tanpa di ganggu. Nanti kalau anak-anak bangun kapan lagi aku harus istirahat, bukannya kamu sendiri yang bilang jangan sampai skait?"
Sejujurnya Kinan memang sangat lelah setelah seharian full menjaga dan mengurus anak-anak nya tanpa henti apabila keduanya sangat aktif sehingga jarang sekali tidur dan tentu membuatnya tidak bisa beristirahat. Malam ini tak seperti biasanya ke-dua anak-anak nya itu terlelap, kesempatan emas bagi dirinya untuk beristirahat bukan.
" Sudahlah, aku benar-bener ngantuk. Hari sudah larut tolong mengertilah. Ini kopi sudah aku siapkan, makanan di meja sudah di siapkan. Kamu juga segeralah tidur jangan begadang."
Kinan meletakan kopi di atas meja makan.
" Aku ke kamar anak-anak dulu, selamat malam."
Tanpa perasaan dan belas kasihan, Kinan pergi meninggalkan Raka yang mematung tanpa bersuara. Kinan tak menoleh lagi kebelakang sampai pintu anak-anak mereka tertutup rapat.
Sementara Raka masih terdiam, dia benar-benar tidak percaya akan penolakan istrinya itu yang sangat menusuk hatinya. Sebenarnya ini sudah kesekian kalinya, bukan … bisa dibilang keseribu kalinya dirinya itu ditolak dengan alasan yang sama. Capek mengurus anak, mengurus rumah, belum lagi masak-masak nya. Selalu itu yang di ucapkan Kinan saat dirinya hendak meminta haknya.
Raka tertawa tak percaya, dia menjambak rambutnya prustasi. Apa dia salah jika dirinya meminta haknya. Dia adalah seorang laki-laki normal, sudah pasti sangat menginginkan belaian manja tangan Kinan menyentuh tubuhnya itu.
Apa dia salah? Mungkin sebulan, dua bulan Raka masih bisa bersabar, bahkan sangat bersabar karena mengerti akan nifas sesudah melahirkan. Setelah nifas bersih dia masih bisa maklum jika istrinya itu menolak, mungkin jahitan luka Caesar saat melahirkan kedua anaknya masih terasa sakit. Ketiga bulan masih mengerti mungkin memang sangat lelah karena mengurus anak-anaknya. Keempat bulan dia masih bisa bersabar dengan senyuman dan masih bisa dia urus sendiri di kamar mandi.
Naah sekarang, sudah lebih dari enam bulan. Apa dari mesti harus bersabar kembali, harus mengerti keadaannya kembali. Bukannya kesabaran itu ada batasnya? Raka benar-benar tidak mengerti, apa semua pasangan suami istri yang telah memiliki anak lalu hak dan kewajiban istri tidak lagi terpenuhi.
Jika hanya alasan lelah letih lesu capek mengurus sem, lalu mengapa saat ditawarkan pembantu dan Beby sister Kinan malah menolak. Padahal Raka bermaksud baik supaya Kinan jadi ada waktu untuk mengurus diri sendiri dan dirinya. Dia ingin kembali bermesraan dengan wanita yang sangat dia cintai itu.
Raka mengusap wajahnya kasar, jangankan untuk melakukan hubungan intim layaknya suami-istri. Hanya sekedar peluk dan cium saja wanita itu menghindar seakan jijik pada dirinya. Bahkan untuk tidur saja mereka berpisah, dirinya bagaikan seorang duda tanpa istri. Tiap malam selalu memeluk guling merana menatapi nasib.
" Arrrrggggh …"
Praaaaang … Raka membuang kopi itu hingga berserakan dilantai. Dia sangat kesal, hasratnya sudah di ubun-ubun lalu hilang bak ditelan bumi akibat penolakan Kinan.
" Aku benar-benar bisa gila!"
Raka mengambil jasnya lalu pergi dari rumah dengan perasaan kesal tanpa berpamitan. Kesabarannya sudah habis, penolakan Kinan yang kesekian kali membuat hatinya tak ingin lagi ada kesabaran. Dia melajukan mobilnya kencang menuju suatu tempat yang bisa membuat stres nya hilang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
ghada saputra
nah kalau sudah begini siapa yang salah.....
2022-12-22
0