Episode 5.

Raja sedang fokus menatap layar laptopnya, dia tengah mengecek pemasukan kafe bulan ini. Mendadak fokusnya hilang karena suara berisik dari ponselnya yang berdering. Raja segera menjawab panggilan masuk yang ternyata dari sang ibu dan seketika terdengarlah pembicaraan dengan logat khas Medan.

“Halo, ada apa, Mak?” Tanya Raja.

“Tadi Opung mu yang di Samosir telepon, katanya dia sakit dan ingin bertemu denganmu. Bisakah kau mengunjunginya?”

“Ke Samosir sana, Mak?”

“Ya iyalah! Masa ke Papua? Kan Opung mu masih tinggal di Samosir, belum pindah dia! Cemana nya kau ini?”

“Kan aku cuma bertanya Mamakku Sayang yang tercantik se-kota Medan!”

“Ciih ... manis kali mulutmu itu! Sudah cepat kunjungi Opung mu!”

“Tapi kan aku harus bekerja, Mak. Mana bisa pulang ke Samosir!” Raja beralasan.

“Tidak takut kau menyesal kalau sempat terjadi sesuatu dengan Opung mu itu? Minta cuti lah kau!”

“Iya ... iya ... nanti aku coba minta cuti. Sudah dulu ya, Mak. Lagi sibuk kali aku ini, bisa stres aku kalau bercakap terlalu lama dengan Mamak.” Jawab Raja malas. Dia sengaja menggoda mamaknya yang super cerewet itu.

“Dasar anak durhaka! Mau kau mamak kutuk jadi batu nisan?”

“Hahaha ... ampun, Mak!” Sahut Raja sembari tertawa.

“Sudahlah, malas Mamak bercakap lama-lama sama kau! Bikin naik asam lambung!”

Wanita berdarah Batak itu pun mengakhiri pembicaraannya dengan Raja tanpa menunggu sang putra membalasnya.

Raja hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan ibunya itu.

Raja segera menghubungi Vie, dia ingin meminta cuti bekerja beberapa hari, karena akan pulang ke kampung halamannya.

“Ada apa cecunguk?”

“Aku minta izin cuti beberapa hari, ya? Opung eh maksudnya Nenek ku yang di Samosir sakit, dia ingin bertemu denganku, jadi aku harus ke sana.” Ucap Raja.

“Ke Samosir, ya? Itu berarti di Danau Toba kan?”

“Iya, Medusa! Belum pindah Samosir, masih di Danau Toba dia!” Jawab Raja emosi. “Jadi boleh tidak?”

“Hmmm ... boleh! Tapi aku ikut, ya? Aku ingin jalan-jalan ke Danau Toba.”

“Tapi kan suamimu harus bekerja? Dan anakmu juga masih kecil.” Raja coba mengingatkan.

“Kau tenang saja, urusan Andra dan Al serahkan padaku. Aku ikut ya, Ja? Please ...!”

“Iya, terserah kau saja!” Raja pasrah.

“Yeeee ...! Ajak Dino juga, ya!”

“Tapi siapa yang akan mengawasi kafe kalau aku dan Dino pergi?”

“Egi kan ada! Dia bisa menjaga kafe selama kalian pergi.”

Raja menghela napas, dia menyerah membantah wanita keras kepala itu. “Iya ... iya ... baiklah!”

Keduanya pun mengakhiri pembicaraan setelah mendapat kesepakatan dalam keterpaksaan.

🌸🌸🌸

Setelah melalui perdebatan panjang yang sia-sia bersama Vie, akhirnya Andra menyerah dan menuruti permintaan sang istri. Bagaimana tidak, melawan Vie seorang saja, Andra sudah kewalahan, ini ditambah lagi dengan campur tangan Reino ... sang mertua.

Setali tiga uang dengan putrinya yang keras kepala itu, Reino pun ikut-ikutan bersikeras mengajak mereka sekeluarga berlibur ke kampung halaman Raja di Samosir.

Andra yang sempat tidak setuju karena alasan pekerjaan, terpaksa mengalah. Begitu juga dengan Ayumi, gadis itu awalnya menolak, tapi Reino memaksanya ikut juga.

Dan jadilah mereka sekeluarga beserta Duo Gesrek berada di dalam pesawat yang akan membawa mereka semua ke kota Medan. Lalu dari sana, mereka akan melanjutkan perjalanan darat menuju Parapat kemudian menyeberang menggunakan kapal feri agar bisa tiba di Samosir.

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih dua jam dua puluh menit, akhirnya rombongan itu tiba di Bandara Internasional Kualanamu, Medan.

“Horas! Selamat datang di kota Medan.” Seorang lelaki berlogat khas Medan menyambut mereka.

“Perkenalkan, ini Tulang aku.” Raja memperkenalkan lelaki itu kepada semua orang.

“Tulang ...?” Semua orang bertanya dengan serentak.

“Iya, Tulang itu panggilan dalam suku Batak yang artinya Paman atau Om.” Raja menjelaskan kebingungan mereka.

“Oh ...” seru mereka bersamaan.

“Hai ... perkenalkan nama aku Bonar atau Raja biasanya memanggilku Tulang Bonar.” Lelaki yang berumur empat puluh tahun itu memperkenalkan diri.

“Iya, yang ini Tulang Bonar. Tapi kalau yang itu tulang belulang.” Raja menunjuk Dino, dan disambut gelak tawa semua orang. Sedangkan Dino memasang wajah masam.

“Kalau begitu, perkenalkan saya Reino, yang ini istri saya, Venus. Yang ini anak saya, Vie dan itu suaminya, Andra. Lalu yang ini Ayumi, keponakan saya.” Reino memperkenalkan satu persatu anggota keluarganya sembari menunjuk mereka bergantian.

“Oh ... lalu yang ini siapa?” Bonar menunjuk Dino.

“Kalau dia hanya figuran saja. Tadi baru ketemu pas di pesawat.” Seloroh Raja.

“Ciih ... mentang-mentang di kandang mu, kau bully manusia tak berdosa ini. Kalau bukan karena paksaan dari kalian, aku juga tidak akan sampai di sini.” Jawab Dino kesal.

“Hahaha ... bercanda, Din. Begitu saja merajuk! Kayak cewek lagi PMS saja, sensitif.” Ujar Raja sambil merangkul pundak Dino.

Jujur saja, sebenarnya Dino tidak mau ikut karena dia lebih senang menjaga kafe. Tapi apalah daya, jika Vie dan Raja sudah memaksa.

“Ya sudah, kalau begitu mari kita pulang. Aku akan membawa kalian ke rumah ku.” Ucap Bonar.

Akhirnya rombongan itu pun meninggalkan bandara dengan menaiki mobil Bonar, untung saja mobil Bonar cukup besar, jadi bisa menampung mereka semua.

🌸🌸🌸

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!