4

"Tuan, ini data yang anda minta. Seperti kata anda, saya berhasil mendapatkan informasi tentang keluarga Pak Herman tanpa ketinggalan hal kecil sedikitpun," Aldi menyerahkan map warna biru di hadapan Vino.

"Bagus. Sekarang kamu boleh keluar!"

Vino meraih map tersebut dan mulai meneliti semua yang ada di dalamnya.

"Hmm masih bocah ternyata," kekeh Vino.

"Tuan, Nyonya besar ingin bicara dengan Tuan," Aldi memberikan ponselnya pada Vino yang sedang sibuk.

"Halo!"

"Ya ampun sayang, mama telpon dari tadi kok gak diangkat?"

"Sorry Mah. Ponsel Vino dalam mode silent jadi Vino gak denger. Langsung to the point aja Mah, Vino banyak urusan."

"Kamu gak sibuk kan nanti malam?"

"Kurang tau."

"Mama harap nggak ya, nanti kamu dateng ke kafe X ya hmm sekitar pukul delapan."

"Ngapain? Jangan bilang Mama ngadain kencan buta lagi buat Vino. Batalkan!" Dari gerak gerik Mamanya saja Vino sudah tau jika Mamanya berusaha membuat Vino dekat dengan wanita yang memang menurut Mamanya sangat cocok jika bersanding dengan Vino.

"Kok gitu sayang? Niat Mama baik loh, ini juga kan demi masa depan kamu."

"Vino ga setuju. Mama batalkan sekarang!"

"Ga bakalan, ini sudah kali ke tiga kamu nolak permintaan Mama. Mau sampai kapan kamu sendiri Vino, kamu mau melajang selamanya, inget umur Nak kamu sudah 28 tahun sudah cukup untuk membangun rumah tangga. Kamu gak malu sama temen temen kamu, tuh liat Dion anaknya udah dua malah ada loh temen kamu yang anaknya selusin sedangkan kamu hanya fokus pada bisnis, pikirkan juga masa depan kamu Vino. Kamu terus saja mengurung diri dalam perusahaan kamu, gak sekalian kamu nikahin aja tuh gedung," gerutu Zahra yang sudah capek karena penolakan anak semata wayangnya.

"Vino bakal nikah tapi sekarang bukan waktunya Mah, dan Vino juga gak suka dengan cara Mama. Vino bisa cari wanita yang benar-benar Vino cintai bukan dengan cara dijodohkan. Mama mau liat rumah tangga Vino berantakan hanya karena Vino gak cinta sama wanita pilihan Mama. Mah denger ya, menikah itu atas dasar cinta bukan sekedar paksaan," Vino yang juga sudah capek didesak terus oleh Zahra.

"Mana hah? Mana? Mana yang kamu sebut wanita pilihan kamu? Mana, Mama mau liat. Kamu sudah mengucapkan kata-kata ini berulang kali dan gak pernah tuh kamu serius saat ngomong seperti itu? Dan hanya kata 'tunggu' yang Mama dengar saat ditanya."

"Secepatnya, Vino akan bawa dia secepatnya. Asal Mama janji untuk membatalkan rencana kencan buta ini, tapi Vino butuh waktu."

"Halah. Alasan! Gak Mama gak percaya, pokoknya kamu harus ikuti kata Mama sekali saja. Cobalah untuk mengerti Mama ya sayang ya ini juga demi kebahagiaan kamu," Zahra sedikit memohon.

"Baik. Vino akan turuti kata Mama kali ini, tapi jika kejadian yang lalu terulang lagi jangan harap Vino mau menurut lagi sama Mama." Vino langsung memutus sambungan telpon tanpa menunggu jawaban Zahra.

Vino melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 5 sore. Vino kembali menatap map yang tadi, sudah tidak berselera rasanya untuk membaca kembali isi dari map tersebut, Vino kemudian menyimpannya didalam laci dan keluar dari ruangannya.

Sampai di apartemen Vino membersihkan diri dan siap-siap untuk menghadiri kencan buta yang dimaksud Zahra tadi. Sebenarnya Vino sangat malas tapi yah karena dia juga sangat menyayangi Mamanya terpaksa dituruti, tapi Vino berjanji jika wanita yang akan bertemu dengannya malam ini adalah wanita tidak baik seperti yang telah dia temui dahulu dia akan berhenti menuruti kata kata Zahra.

Vino kembali mengingat disaat dirinya menghadiri kencan buta dan dia dipertemukan oleh seorang wanita yang katanya anak dari teman baik Zahra, bapaknya juga salah satu pemilik perusahaan yang sedang bekerja sama dengan perusahaan Papanya, Vino sih gak terlalu peduli asalkan keinginan Mama dia turuti. Sikap wanita tersebut sangat bebas dan pikirannya begitu liar, dia sangat berani. Entah godaan setan mana, tuh wanita langsung duduk diatas pangkuan Vino dan mencoba mencium Vino tapi dengan sigap Vino menghindar dan mendorong wanita tersebut hingga jatuh ke lantai. Vino sangat kesal karena perlakuannya, matanya merah menyala, tatapannya tajam seperti singa yang siap menerkam mangsanya.

Wanita itu meringis kesakitan. Vino yang kesabarannya setipis tisu yang dibelah dua langsung pergi meninggalkan wanita itu tanpa membantunya untuk berdiri. Vino tidak menghiraukan panggilan dari Zahra yang memang saat itu sedang berada disana tetapi ruangan mereka berbeda, Vino dipesankan ruangan khusus bersama teman kencannya. Zahra berusaha mencegat Vino agar tidak pergi tapi apalah daya Vino yang sudah dikuasai amarah langsung tak menghiraukan dan memilih pergi.

Vino meringis mengingat kejadian hari itu. Kali ini Vino sudah siap siaga jika hal yang sama akan terjadi lagi malam ini.

Dan benar saja kejadian yang lalu terulang kembali tapi kali ini lebih brutal. Wanita yang berkencan dengannya malam ini mengenakan dress merah menyala yang sangat transparan, dress yang dikenakannya lebih tepat untuk dipakai saat malam pertama, mungkin ini yang disebut baju dinas (tapi bukan baju dinas untuk kerja ya hehe, yang baca pasti tau kan baju apa yang author maksud).

Vino sangat risih karena wanita itu selalu menatap Vino dengan tatapan yang tidak dapat Vino artikan sendiri karena tatapannya sangat berbeda lebih tepatnya kayak orang nafsuan gitu.

Perlahan wanita tersebut menggeser kursi yang ia duduki kearah kursi Vino, Vino yang menyadari hal itu hanya diam. Vino sih sudah hafal dari gerak geriknya bahwa wanita ini sedang berusaha menggodanya, tapi maaf maaf aja nihh ya Vino sama sekali gak tergoda malah Vino merasa bahwa wanita ini tidak waras dan perlu dibawa ke rumah sakit jiwa.

Tangannya terangkat dan mulai mengelus paha Vino yang tentu saja dihalau oleh Vino.

"Kok kamu gitu sih sayang!" wanita itu mengerucutkan bibirnya tanda bahwa dia ngambek karena perlakuan Vino yang menolak sentuhan darinya. Vino ingin muntah mendengarnya. Ekspersi muka Vino seakan mengatakan 'idih najis, sayang sayang pala kau peak. Baru ketemu udah panggil sayang'.

"Maaf, saya rasa pertemuan kali ini sudah berakhir saya harus pergi sekarang," Vino nerdiri dari kursinya.

"Tapi sayang, kita kan belum kenalan. Minimal kenalan dulu lah," bujuknya sambil tersenyum manjyahh maksdunya tersenyum manja.

"Saya rasa tidak perlu karena saya tidak akan pernah menemui anda lagi, jadi untuk berkenalan tidak ada gunanya. Selamat malam!"

Melihat Vino pergi wanita itu buru-buru berlari ke arahnya dan memeluk Vino dari belakang dan mulai menangis, memohon mohon agar Vino tidak pergi. Kemudian membuka jas Vino dengan brutal hingga jas nya tergeletak di lantai, wanita itu juga berusaha untuk membuka celana Vino.

Vino kembali terbakar amarah karena perlakuan wanita yang baru dia temui ini.

"BERANI SEKALI KAMU!!!" Vino sudah dikuasai amarah tangannya sudah siap memukul objek yang ada didepannya, satu tangannya terangkat ke atas bersiap untuk menampar wanita itu, tapi Vino menahannya karena otaknya masih bisa berfikir dengan jernih. Perlahan Vino menurunkan tangannya.

"Dengar ya! Anda itu seorang perempuan seharusnya anda menjaga kehormatan di depan lelaki, apalagi saya adalah lelaki yang baru anda temui. Tidak semua orang akan tergoda dengan tubuh seksi yang anda suguhkan, ada kalanya juga orang akan merasa jijik dengan hal itu."

Vino memungut jas nya yang tadi jatuh lalu benar-benar pergi dari hadapan wanita itu tidak sudi lagi menghadap ke belakang.

Kejadian ini sudah membuat Vino yakin untuk tidak mengikuti kata Mamanya lagi. Bisa dibilang Vino sudah jera dengan hal yang berbau kencan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!