1

"Fitri! Fitri!" Erna memanggil Fitri dengan suara keras agar yang dipanggil bisa mendengar.

"Fitri astaga, kamu dipanggil kok ga nyahut sih kering nih tenggorokan Ibu gara-gara manggil kamu," ucap Erna.

"Duh apaan sih Buk, Fitri tuh capek lagi istirahat kenapa digangguin sih?."

"Emangnya kamu habis kejar Dinosaurus sampe cape gitu, padahal dari tadi kerjaan kamu tidur mulu kayak orang lumpuh saja," kesal Erna tersulut emosi.

"Udah deh mending ibu keluar saja!"

"Liat jam Fitri, ini udah siang," Erna menunjuk jam dinding yang menunjukkan pukul dua belas siang.

"Ya terus apa hubungannya, siang kan emang waktu istirahat," Fitri masih saja setia pada tempat tidurnya.

"Itu berarti kamu harus anterin Bapak makanan ke tempat kerjanya, gimana sih kamu. Ayo bangun dan ambil makanannya di dapur sana Ibu mau siap siap dulu mau belanja buat makan malam nanti."

"Panas Buk, nanti kulit Fitri kebakar terus gosong ntar gak ada yang mau sama Fitri, siapa yang sedih Ibu juga kan yang sedih kalo Fitri ga dapet jodoh."

"Kok arah pembicaraanmu malah kesitu sih?"

"Ibu suruh Keisya aja sana mumpung dia ga cape tuh dia di luar lagi nonton TV sama kucing kesayangannya yang bau itu," ucap Fitri.

"Keisya sedang belajar Fitri."

"Ya suruh aja sebentar lagian belajar kan bisa nanti," ketusnya lalu menutup diri dengan selimut dan tidak peduli lagi dengan apa kata Ibunya. Erna menggeleng gelengkan kepalanya menghadapi tingkah Fitri.

"Keisya, sini sayang!" panggil Erna pada Keisya yang sedang sibuk berkutat dengan buku dan pulpen.

"Kenapa Buk?" Keisya datang menghampiri Erna. "Kamu sibukkah?"

"Tidak terlalu, emang nya kenapa Buk?"

"Kamu mau kan anterin makanan buat Bapak, kasian udah siang bapak belum makan disana."

"Oh gampang itu, mana makanannya biar Keisya yang anter."

Erna menyerahkan rantang berisi nasi dan lauk untuk Herman serta tak lupa memberi pesan pada Keisya untuk hati hati dalam perjalanan menuju kesana.

"Cukup panas ya hari ini, tapi gapapa ini demi Bapak. Bapak aja rela panas panasan demi aku masa aku ga rela sih hehe."

Keisya menaiki angkot, butuh sekitar 7 menit untuk sampai ditempat tujuan.

Setelah selesai membayar ongkos Keisya berjalan jalan kecil di pinggir jalan karena angkot tersebut menurunkan Keisya dua meter dari tempat yang dituju, alasannya ya karena angkot dilarang di perusahaan besar hihihi.

Keisya cukup tertegun dengan bangunan megah nan mewah yang tersaji di hadapannya saat ini.

"Kapan ya aku bisa sukses, pengen banget punya perusahaan besar kayak gini ehh jangan yang besar besar deh mulai dari yang kecil dulu. Hmm rasanya sih mustahil, untuk dapat pekerjaan disini saja susahnya minta ampun, Kak Fitri saja sudah tertolak ratusan kali, ribuan kali malah hanya karena tidak memenuhi syarat itupun syaratnya sangat aneh, masa gara-gara kak Fitri rambutnya pendek makanya ditolak kan aneh banget," gumam Keisya sendiri tanpa sadar dia sudah sampai dan melihat bapaknya sedang memandu sebuah mobil mewah untuk keluar dari halaman perusahaan.

"Bapak!!" panggil Keisya antusias, bahagia sekali dapat bertemu dengan bapaknya.

Yang dipanggil segera menoleh dan mendapati putri kesayangannya tengah berlari kearahnya dengan senyum sumringah merekah di bibirnya.

"Keisya! Kamu sendirian Nak? Mana kakakmu, apa dia tidak ikut?"

"Kak Fitri katanya lagi cape jadi Kei yang disuruh Ibu buat nganter makanan ini," Keisya mengangkat rantang yang dibawa dan menunjukkannya pada Herman.

"Ya sudah kamu taruh saja disana ya, sepertinya ada mobil yang akan masuk kesini tunggu sebentar!" Herman meninggalkan Keisya duduk di lantai perusahaan sambil memandang Herman yang tengah memandu mobil, kali ini mobilnya lebih mewah dari yang tadi Keisya liat. Keisya memang tidak tau merek mobil tapi Keisya bisa menebak bahwa ini salah satu mobil yang terbilang mewah.

"Jual rumah aja belum tentu dapat kebeli tuh mobil, huh kenapa ya orang-orang bisa seberuntung itu. Ya Allah apakah aku tidak pantas menjadi orang kaya, kenapa Engkau tidak menjadikan aku kaya? Astagfirullah aku ngomong apa tadi, seharusnya aku selalu bersyukur karena masih punya rumah untuk berteduh masih punya kedua orang tua yang selalu menyayangi aku dengan setulus hati dan aku punya kakak yang baik, itu sudah lebih dari cukup. Ya Allah maafkan kata kata ku tadi," ujar Keisya seraya mendongak ke langit.

Dari mobil yang dipandang Keisya tersebut menururnkan seorang pria tinggi dengan pakaian serba mahal mengenakan kacamata hitam. Dia berjalan dengan sangat gagah tersirat keberanian di wajahnya.

Keisya menganga dengan suguhan pemandangan dari Tuan Muda di depannya itu. Sekilas pandangan mereka bertemu namun segera teralihkan karena serbuan para wartawan yang ingin mewawancarainya, mereka ingin meminta tips apa sih rahasia kesuksesan seorang CEO muda ini.

Herman menghampiri Keisya yang pandangan nya masih melekat pada Vino. Ya dialah Vino Arkani Pratama pemilik sekaligus Direktur perusahaan terbesar kedua di dunia setelah perusahaan Ayahnya sendiri, sungguh dia sudah menyamai kesuksesan sang Ayah.

"Kedip Nak kedip," kekeh Herman melihat putrinya yang melongo entah terpesona atau kagum hanya Allah dan Keisya yang tau.

"Dia pasti pemilik perusahaan besar ini ya Pak?" tanya Keisya setelah puas memandang Vino yang sudah pergi.

"Benar, dialah Vino Arkani Pratama. Pengusaha muda yang terkenal yang sering kita liat di TV tiap hari haha."

"Wah Kei bertemu artis Pak, ingin sekali Kei minta poto sama dia trus Kei posting di media sosial biar temen-temen Kei pada iri soalnya temen Kei juga kagum tuh sama CEO itu," ujar Kei yang langsung disambut tawa oleh bapaknya.

"Semua itu mustahil Nak, beliau terkenal dingin bahkan untuk berbicara saja sangat singkat itupun jika perlu, apalagi sama kita yang dari kalangan bawah seperti ini mungkin kita sudah seperti debu dimatanya," lirih Herman.

"Pak gak boleh gitu, derajat kita sama di hadapan Allah. Cuma kita beda kasta bukan berarti kita hina dimata seseorang, Allah sudah menyiapkan rezeki masing masing untuk makhluknya dan gak mungkin tertukar, Keisya yakin Allah sedang menyiapkan sesuatu buat keluarga kita makanya dikasih cobaan ini, dan syaratnya hanya sabar dan selalu bersyukur Insya Allah kita akan mendapat yang terbaik dari yang terbaik hehe."

Mata Herman berkaca-kaca mendengar penuturan putrinya, tidak menyangka putri kesayangannya sangat bijak dan selalu berfikiran positif, diusia mudanya Keisya sudah bisa menyimpulkan mana yang benar dan mana yang salah, Herman merasa bangga menjadi orang tua dalam membesarkan Keisya.

"Bapak makan dulu gih, nanti makanannya keburu dingin tapi udah dingin dari tadi sih. Keisya bukain ya!" Keisya mengambil rantang yang ia taruh di dekatnya dan menyuguhkannya untuk Herman. Dengan sepenuh hati Keisya menyiapkan makanan untuk Herman.

"Kamu sendiri sudah makan?"

"Mmm, hehe belum sih tapi Kei ga lapar Pak soalnya udah kenyang liat Tuan Muda tadi saking gantengnya," canda Keisya yang mendapat tepukan pelan dari Herman.

"Kamu itu ada ada saja, ya udah makan sama Bapak, bapak juga gak sanggup menghabiskan semua makanan ini. Ibu kamu kalo ngasih bekal emang ga tanggung-tanggung ya."

Mereka berdua pun tertawa lepas. Sungguh keluarga yang bahagia.

Tanpa mereka sadari, dari tadi ada yang memperhatikan mereka dari lantai atas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!