''Saya benar-benar tidak menyangka kalau kita akan segera menjadi besan.'' ucap Nathan dengan senyuman lebar di wajahnya. Pria itu berbincang dengan begitu santainya tanpa memikirkan apa yang saat ini Luna rasakan.
''Begitu juga denganku Nathan. Aku rasa putrimu itu sangat penurut. Jika putri orang lain mungkin sudah memberontak dan menolak dengan perjodohan ini.''
Luna memutar bola mata malas mendengar percakapan yang menurutnya itu tidak penting sama sekali untuk ia dengar. Luna pikir Ayahnya akan meminta maaf atas perbuatannya semalam.
Tapi Luna sudah salah menduganya. Karena sampai kapanpun Ayahnya tidak akan pernah berubah.
Hanya terdengar dentingan sendok yang beradu dengan piring. Ya, mereka sedang menikmati makan malam bersama yang sudah di siapkan oleh keluarga Alexander.
Kedua keluarga mencapai sebuah kesepakatan bersama. Kalau Luna akan menikah dengan Devan satu minggu lagi.
Menolak? Tentu saja Luna sudah melakukannya, tapi karena tidak ada yang bersedia menanam saham untuk perusahaan Ayahnya terpaksa ia menjual putrinya demi uang.
Dan itu membuat hati Luna merasakan sakit. Kenapa harus dia dan bukan Vienna kakaknya? Memang sejak dulu sampai sekarang, Nathan sama sekali tidak pernah menganggapnya sebagai putrinya.
''Devan, bisakah kamu mengantar Luna dan mengajaknya berjalan-jalan melihat mansion kita?'' ucap Maya yang tak lain adalah Ibunya.
Devan mengangguk, ia berdiri dari tempat duduknya dan meraih pergelangan tangan Luna. Mengajak gadis itu pergi dari sana. Karena ia tau, Luna sedikit tertekan dan butuh bernafas.
''Kamu bahagia bukan akan menikah dengan orang kaya seperti saya?'' celetuk Devan tiba-tiba. Membuat Luna ingin sekali meremas bibirnya saat itu juga.
''Bapak pikir saya matre?''
Devan terkekeh. Ia menatap mata Luna dan begitu sebaliknya. ''Kalau bukan matre apa namanya? Seorang Ayah yang tega menjual putrinya demi uang? Atau jangan-jangan tubuh kamu juga pernah kamu jual di Club malam itu?'' bisik Devan di telinga Luna.
Luna mengepalkan tangannya erat, bagaimana seorang Guru biasa berbicara seperti itu pada muridnya sendiri. Ia tidak bisa membayangkan jika harus menikah dan tinggal bersama pria yang menyebalkan seperti Devan, bahkan dalam mimpi sekalipun.
''Sudah puas Bapak bicara? Kalau begitu saya permisi.''
''Kamu tidak mau menikah dengan saya bukan?'' ucapan Devan membuat langkah kaki Luna terhenti.
''Tentu saja saya tidak mau!''
''Kalau begitu sama, saya juga tidak mau menikah dengan gadis bar-bar sepertimu!'' ucap Devan dengan wajah dingin dan datar. Sama sekali tidak nampak senyuman di wajah tampannya itu.
Tampan? Oh God, sepertinya Luna sudah gila.
''Tapi saya membutuhkan pernikahan ini demi keuntungan kedua belah pihak. Perusahaan Ayahmu selamat dan saya tidak di cap lagi sebagai seorang yang tidak menyukai lawan jenis.''
''Pufth!'' Luna menahan tawanya mati-matian. Ternyata ini alasannya kenapa sampai sekarang di usianya yang hampir 30 tahun Devan belum menikah.
Kenapa Luna bisa tahu berapa usia Devan? Karena dia dan Zelin menyelidikinya.
Devan pernah jadi salah satu Guru yang popular di sekolahnya. Namun sikapnya yang dingin dan tak tersentuh membuat para murid mundur perlahan. Mereka menganggap Devan tidak tertarik pada wanita. Atau lebih tepatnya g*y.
''Jangan menertawakan saya, karena saya itu normal. Hanya saja saya belum mau menikah. Bagi saya wanita itu merepotkan. Seperti kamu contohnya.'' Devan melirik Luna yang asik bermain ponsel saat dirinya sedang berbicara serius pada gadis itu.
''Bagaimana, apa kamu menyetujuinya Luna?'' tanya Devan merebut ponsel Luna dan memojokkan gadis itu ke dinding. ''Saya paling tidak suka jika lawan bicara saya tidak mendengarkan apa yang saya ucapkan." Devan menatap manik mata berwarna coklat milik Luna, ada desiran aneh yang tiba-tiba pria itu rasakan.
Keduanya sama-sama terdiam untuk sesaat dengan raut wajah yang sulit diartikan.
''Bapak bisakah sedikit menjauh, saya tidak bisa bernafas.'' pinta Luna mendorong dada bidang Devan, namun pria itu tetap tidak mau beranjak sebelum mendengar jawaban Luna.
''Lalu bagaimana dengan sekolah saya? Saya masih ingin mengejar cita-cita sebagai seorang model terkenal.'' Luna mengalihkan pandangannya karena tidak tahan jika harus menatap lama wajah tampan Devan. Guru yang pernah ada singgah di dalam hatinya tersebut.
''Kamu masih bebas bersekolah dan mengejar cita-citamu. Karena setelah menikah saya akan pergi luar negeri dan meninggalkan kota ini.''
Luna tersenyum bahagia mendengar ucapan Devan, berarti dirinya tidak perlu melakukan tugas-tugasnya sebagai seorang istri bukan? Dia bebas melakukan apapun dan bersenang-senang bersama sahabatnya.
Apakah dunia pernikahan segampang ini? pikirnya.
''Baiklah kalau begitu saya setuju menikah dengan Bapak.'' jawab Luna tegas, ia tersenyum membayangkan jika semua yang Devan ucapkan itu benar. Dirinya akan terbebas dari Nathan dan hidup dengan semestinya tanpa tekanan dari Ayahnya.
"Semudah ini kamu setuju?" tanya Devan curiga. "Kamu tidak berencana untuk kabur saat pesta pernikahan tiba bukan?"
Luna menghela nafas kasar, kenapa tidak terpikir sama sekali olehnya untuk kabur?
Tapi semuanya sudah terlanjur, ia harus menepati janji dan ucapannya.
"Tenang saja saya tidak akan kabur Pak!" tegas Luna.
"Oke saya pegang ucapan kamu." Devan sedikit menjauh dari Luna dan memberi jarak untuk gadis itu bergerak. "So...."
''Deal. Kita menikah.'' ucap kedua nya bersamaan dan berjabat tangan menyetujui kesepakatan mereka.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Nirwati Mapparessa
berikan bumbu drama perjodohan thor
2023-08-19
0
susi
baru mampir Thor , lanjut Thor 💪
2022-12-17
2
Clara Dasella
Tidak Romaaaa
2022-12-17
2