Chapter 3

Setelah menyelesaikan hukuman yang di berikan oleh Devan, Luna duduk di bawah pohon rindang. Ia segera merebahkan tubuhnya dan melemaskan otot kakinya yang terasa pegal.

Seseorang menyodorkan sebuah botol air mineral tepat di pipi kanan Luna. Membuat gadis itu reflek menoleh ke samping. ''Kenapa kamu bisa berurusan dengan Pak Devan?'' tanya Aldo yang tak lain adalah sahabat Luna selain Zelin

Dengan segera Luna membuka tutup botol berwarna biru itu lalu meneguk air nya. Tanpa peduli dengan keringat yang sejak tadi mengalir dan membuat seragam sekolahnya sedikit basah.

''Thanks Aldo. Rasa haus aku terobati berkat air minum dari kamu ini.'' ucap Luna tersenyum begitu manis membuat jantung Aldo berdetak kencang.

'Senyum kamu manis banget Lun. Rasanya hati aku meleleh karena nggak kuat liatnya' Wajah Aldo memerah, suasana di sekitarnya menjadi panas meski sekarang masih pukul delapan pagi.

Luna beranjak dari duduk nya dan menarik tangan Aldo. "Kita mau kemana Luna?" tanya Aldo yang bingung kenapa tiba-tiba Luna menarik tangannya. Padahal hari ini ia berniat untuk mengajak Luna membolos bersama.

''Masuk ke kelas lah. Jangan bilang kalau kamu berniat ngajak aku bolos." ucap Luna dengan tatapan penuh selidik pada Aldo. Dan ya tebakan gadis itu memang benar adanya. "Aku lagi males. Kita masuk ke kelas aja. Apalagi sekarang pelajaran si Guru killer menyebalkan itu."

Aldo mengangguk dan menuruti ucapan Luna. Jika ia tetap nekad maka nasibnya akan sama seperti sahabatnya ini, atau mlah lebih parah.

*

*

*

Jam pelajaran sekolah telah usai, Luna membereskan beberapa buku pelajaran yang ia bawa dan memasukannya ke dalam tas ranselnya. Lalu menjinjing nya di punggung belakang.

''Luna, maafin aku. Please jangan marah lagi ya,'' mohon Zelin dengan wajah memelas, ia merasa bersalah karen sudah meninggalkan sahabatnya itu semalam.

''Hmm.'' jawab Luna singkat dan beranjak dari sana meninggalkan Zelin yang memasang wajah bingung.

''Apa hmm doang? Apa itu tadi beneran Luna yang aku kenal? Kemana sikap bar-bar nya, atau jangan-jangan dia kesambet setan di bawah pohon lagi?'' gumam Zelin merasa aneh melihat sikap dan perubahan Luna yang menjadi pendiam dan tak banyak bicara. ''Ya aku yakin dia pasti kesambet deh.''

Mobil yang membawa Luna membelah jalanan kota sore hari yang mulai padat merayap. Di tambah lagi macet dan panas terik matahari terbenam yang mengarah padanya membuatnya gerah. Bergegas Luna membuka sedikit pintu kaca mobilnya agar mendapat angin segar.

''Pak sebenarnya kita mau kemana? Ini bukan arah jalan pulang kan?'' tanya Luna menepuk pundak supir pribadi nya.

Sang supir mengangguk. Memang benar ini bukan jalan menuju rumah Luna. Saat berada di tengah perjalanan, Nathan menghubunginya dan memintanya mengantar Luna ke butik milik Vienna.

''Kita akan menuju ke butik, setelah itu saya akan mengantar Nona pergi ke rumah keluarga Alexander.''

''Apa? Keluarga Alexander?'' pekik Luna kaget saat mendengar nama Alexander. Bukankah itu keluarga terkaya dan terkenal di Indonesia karena kesuksesannya di dunia bisnis?

Lalu untuk apa Ayah dan Ibunya berada di sana? Tidak mungkin kan mereka ingin meminjam uang pada mereka, karena Vienna semalam mengatakan kalau perusahaan Ayahnya sedang goyah.

Setelah selesai mencoba beberapa baju dan merasa cocok. Luna masuk kembali ke mobil dan menuju ke kediaman Alexander.

Setengah jam perjalanan akhirnya Luna sampai di depan gerbang sebuah mansion yang megah dan mewah bak istana.

''Nona silahkan turun, karena Tuan dan Nyonya sudah menunggu anda di dalam.'' ucap supir membuka pintu mobilnya dan mempersilahkan Luna untuk turun.

Pelayan yang ditugaskan untuk menjemput Luna segera membawa gadis itu masuk.

Matanya Luna tak berhenti berkedip melihat pemandangan di sekitarnya yang membuat bibirnya tak berhenti mengucap kata wah.

''Silahkan masuk Nona.'' ucap pelayan tersebut membuka pintu bercat putih dengan polesan berwarna gold di sekelilingnya.

''Sayang kamu sudah datang?'' sapa Nathan yang berjalan mendekat dan memapah putrinya untuk duduk.

Luna begitu terkejut saat melihat ada sepasang suami istri selain dirinya dan juga kedua orangtuanya. Di sana juga ada seorang pria yang begitu tidak asing, bahkan bisa di bilang seseorang yang sangat tidak ingin Luna lihat sekarang.

''Mereka adalah calon mertuamu, dan pria itu adalah calon suamimu. Jadi bersikaplah yang sopan.'' bisik Nathan tepat di telinga Luna.

''What? Calon suami?'' pekik Luna namun segera menutup mulutnya karena tidak ingin membuat kedua orang tuanya malu.

Rasanya ingin sekali Luna berteriak dan memaki Ayahnya. Bagaimana bisa dia melakukan ini tanpa memberitahunya terlebih dulu. Ditambah lagi calon suaminya adalah pria yang selalu membuatnya kesal dan emosi.

''Selamat malam Luna Xaviera.'' sapa Devan dengan tatapan datar dan dingin lalu kembali duduk setelah berjabat tangan dengan Luna.

''Selamat malam juga Pak Devan yang terhormat.'' jawab Luna dengan senyuman terpaksa di wajahnya.

Kedua orang tua mereka tersenyum dan tidak menyangka jika putra putrinya sudah saling mengenal. Bahkan terlihat sangat akrab.

'Mimpi apa aku semalam. Bisa-bisanya aku akan menikah dengan Guru killer ini.' Luna merutuki nasibnya dan terus mengumpat kesal di dalam hati. Ia berharap kalau semua ini adalah mimpi. Dan saat diri nya terbangun tidak lagi melihat seorang Devan di hadapannya.

...----------...

Terpopuler

Comments

Nirwati Mapparessa

Nirwati Mapparessa

lanjuuuttt thor

2023-08-19

0

erm

erm

lanjut kan, jgn di hapus lagi kaya yg kemaren

2022-12-16

2

Arbellbela

Arbellbela

nexttttttt thorrrrr

2022-12-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!