Keluarga besar Smith pun sampai di salah satu negara tersebut. Mereka kini sudah sampai di Apartemen yang Kendra.
“Wih, ini Apartemen ya, Om? Kecil sekali, katanya banyak duit, emang dasar Duda pelit!” celetuk Mizzy yang sejak tadi mondar-mandir melihat setiap ruangan yang ada di Apartemen Om-nya itu.
“Zy, jangan mulai deh. Udah bersyukur loh Om Ken mau nampung kamu,” sahut Papi-nya.
Sementara yang jadi topik pembicaraan hanya terkekeh sambil mengeleng-gelengkan kepalanya.
Memang benar Apartemen itu tidak besar, bukan tidak mampu. Tapikan Ken tinggal sendiri di sana, Art-nya juga pulang-pergi tidak menginap di sana.
“Jadi dimana kamar aku Om Ken?”
“Kamar di sini cuman dua, cari aja yang kamu suka,” jawab Ken.
“Kalau kamar Om Ken yang mana?”
“Tuh ya di pojok sana.”
“Aku mau yang itu ah, enak kayanya, langsung menghadap ke kota Paris,” ujarnya.
“Zy, itu kamar Om Ken, kamu kamar yang satunya lagi,” sahut Mommy-nya.
“Gak apa-apa Mom, Om Ken yang suruh Zy pilih kamarnya juga.”
“Gak apa-apa Kak, biarkan saja,” pungkas Ken.
Mizzy tersenyum penuh kemenangan, gadis itu pun langsung berlalu menuju kamar tersebut.
“Mizzy jangan main masuk-masuk hey, itu kamar Om Ken,” teriak Tiara.
Namun gadis itu tidak menghiraukan teriakan Mommy-nya.
“Biarin aja, lagian gak ada apa-apa di kamar juga,” pungkas Ken.
Tiara menghelai napasnya. Ia merasa tidak enak dengan Ken. Tapi Ken terlihat sangat santai, sama sekali tidak keberatan, dan memang di kamar tidak ada apa-apa kok, jadi Ken rasa tidak masalah.
“Ken, awas saja kalau kamu memanjakan dia, aku tidak suka!” ucap Teo.
“Tenang saja, ada masanya kita harus tegas, dan ada masanya kita harus bersikap santai. Aku akan menjaga Mizzy tenang saja, dia keponakanku, aku juga tidak mungkin membiarkan dia begitu saja.”
“Baiklah, aku percaya. Jangan sampai kamu mengecewakan kami, Ken.”
“Iya-iya, pantesan saja Mizzy tidak betah tinggal sama Papi-nya, overprotektif sekali,” ucap Ken diakhir kalimat ia memelankan suaranya.
“Bukan overprotektif Ken, wajar kalau orang tua seperti, nanti juga kamu akan merasakannya, makanya cepat menikah, punya anak, jadi kamu tahu rasanya posisi Kakak kamu,” gurau Papa Smith, yang duduk disampingnya, seperti ia mendengar ucapan pelan Ken barusan.
Ken mendesah kesal, kenapa pembahasannya jadi ke sana.
“Nanti kalau sudah ada jodohnya!” sahut Ken, dengan wajah tanpa ekspresi.
“Pribahasanya, selalu saja seperti itu. Benar kata Zy, kamu lama-lama jadi Dulap,” timpal Mamahnya.
Membuat yang lain tertawa, begitu juga dengan Ken sendiri, ia ikut tertawa.
Ada-ada saja memang keponakannya itu, masa Ken di sebut Dalup alias Duda lapuk.
Iya memang, usianya kini sudah menginjak kepala empat hampir kepala lima. Tapi, tampan ketampanannya itu masih terlihat jelas, apa lagi Ken sangat menjaga tubuhnya, jadi diusianya itu Ken masih terlihat fresh bahkan berkarisma.
Mereka pun melanjutkan obrolan mereka, apa lagi Tante Sandra terlihat datang ke sana juga.
Sementara itu Mizzy, kini tengah berdiri di balkon yang di depan kamar tersebut, ia menatap takjub kota yang banyak menjadi impian semua orang untuk datang ke sana itu.
Setalah tadi puas melihat-lihat isi kamar Om-nya, dan tidak ada yang aneh, kamarnya polos, tidak ada hiasan apa pun, hanya ada satu Poto yang berukuran cukup besar saja yang tertempel di dinding kamar tersebut, yaitu Poto pernikahan Ken dengan Zalleta.
Bener-bener membosankan, pikirnya.
“Indah sekali, gimana nanti malam ya, kayanya lebih indah!" serunya.
Mizzy terkejut saat merasakan seseorang menepuk pundaknya.
“Hayo lagi ngapain?”
“Om Ken, bikin kaget aja," sentaknya sambil menoleh kearah belakang, ternyata itu Om-nya.
Ken terkekeh, lalu ia berjalan beberapa langkah berdiri sejajar dengan keponakannya itu.
“Indah kan?” tanyanya.
“Iya indah benget, pantesan Om betah di sini, sampe gak inget pulang,” sindirnya.
“Bukan betah, tapi butuh, Zy. Om di sinikan kerja,” sahut Ken.
“Alasan, lagu lama itu mah. Lagian ngapain kerja banting tulang, yang diperjuangkan juga gak ada,” ledeknya.
“Bisa aja jawabnya.” Ken mencubit hidung keponakannya itu dengan gemas.
Sementara yang dicubit terlihat kesal menekuk wajahnya.
“Om mau ngapain sih ke sini? Ganggu aja tau gak!” ketus Mizzy.
“Makan dulu, Om di suruh panggil kamu. Yuk keluar, orang-orang udah nungguin tuh,” ajak Ken.
“Aku belum laper,” tolaknya.
“Jangan nunggu laper, setidaknya hargai mereka nungguin kamu, yuk.”
“Gak mau ih! sana ah, bilang aja nanti saja Zy makannya.”
Tanpa aba-aba Ken langsung mengangkat tubuh gadis itu, memangku ala bridal style.
“Woy Om, turun nih gak! Om ... " teriak Mizzy.
Ia meronta-ronta, namun Ken tidak menghiraukan, namun karena gadis itu tidak mau diam, membuat Ken tersandung. Dan ..
Brugh!
Mereka terjatuh ke atas ranjang yang ada di kamar tersebut, Ken sedikit menindih tubuh gadis itu.
Saat mereka terdiam, dengan tatapan saling menatap, antara terkejut dan gugup.
‘Eh-eh, kok dag-dig-dug begini ya,’ batin Mizzy.
‘Kenapa matanya seperti mata Zalleta?’ batin Ken.
Detik kemudian Ken tersadar, ia memalingkan wajahnya. Memejamkan matanya itu sejenak.
‘Sadar Ken, dia keponakan kamu, bukan Zalleta istrimu!’ batin Ken lagi.
Ken pun segar bangkit, membuat Mizzy juga tersadar. Mizzy masih merasakan detak jantungnya berdetak tak karuan.
Keduanya terlihat sama-sama gugup, namun keduanya pun sama-sama mencoba menutupi kegugupannya.
“Maaf ya Zy, emm ... apa ada yang sakit?” tanya Ken.
Mizzy hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
“Makanya diam, jadi Om tersandungkan, barusan," ujar Ken sambil mencubit hidup gadis itu lagi. Sengaja untuk mencarikan suasana.
Terlihat Mizzy kembali kesal. “Lagian ngapain gendong-gendong Zy, Om pikir Zy jamu gendong apa!” ketusnya.
“Hehe ... iya-iya maaf.” Lagi-lagi Ken mencubit gemas hidung mancung keponakannya itu lagi.
“Maaf-maaf tadi nyubit lagi, dasar Om Dalup!” ketusnya sambil berjalan meninggalkan Ken.
Ken tersenyum tipis, lalu ia menghelai napasnya beberapa kali.
“Sadar Kendra, Sadar, jangan sampai kamu hilang kewarasan! Mizzy, Mizzy. Ah sialan, kenapa denganku?” gusarnya.
Ken pun segara menyusul gadis itu. Semua orang terlihat sudah menunggu di meja makan, untuk makan bersama.
Mizzy terlihat sudah bergabung, dan gadis itu sudah makan dengan lahap. Ken rasanya ingin tertawa, tadi katanya gak lapar? Tadi Mizzy sekarang makan dengan lahap!
“Dasar gadis labil,” gumam Ken.
Selesai makan, orang tua Mizzy serta Oma dan Opa-nya pun berpamitan pulang. Seperti biasa, pasti selalu ada drama.
Tiara menangis saat akan meninggalkan putrinya itu, bukan drama pastinya hal itu memang wajar, apa lagi selama ini Tiara tidak pernah berjauhan dengan putra semata wayangnya itu.
“Kamu baik-baik ya sama Om Ken, jangan nakal, oke!” pesan Tiara menasihati putrinya itu.
“Siap Mom," jawabnya sambil memberi hormat.
“Ken, titip Mizzy ya,” lanjut Tiara pada Ken.
“Siap Kak," Ken pun ikut hormat seperti yang dilakukan oleh Mizzy.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 17 Episodes
Comments
Eva Rubani
takut ny mereka ada apa apany
2023-01-26
0
Rosnelli Sihombing S Rosnelli
tiara goblok ngasih anak ke duda ....Ya di garaplah
2022-12-23
1
Adfazha
Nahh kan mky denger kata oma puspa " jgn berduaan dikamar itu berbahaya ya KenZy jd kesetrum kan" Aplgi smua udh pamitan sayonara
2022-12-22
0