Part 5 ~ Hanya belum siap

Mentari tak terlihat pagi itu. Tertutupi awan yang mulai menghitam. Resti yang sudah berada di kediaman Raka sejak semalam, menatap langit mendung yang menaungi bumi pagi ini. Segala persiapan sudah dilakukan sejak dua minggu yang lalu. Tidak ada pernikahan megah layaknya para keluarga kaya. Hanya keluarga dan sahabat terdekat saja yang hadir. Resti tidak memiliki siapa pun untuk di undang. Sementara tamu lainnya, adalah kerabat dari keluarga Raka.

Alam seakan tak merestui pernikahan ini, gumam Resti dalam hatinya. Ia masih menatap langit yang mulai menurunkan rintik hujan.

Ketukan pintu, mengalihkan perhatian Resti. Dewi, ibu dari Raka calon suaminya, masuk. Ia tersenyum menatap calon menantu yang sudah terlihat cantik. Kebaya broken white, sudah membalut tubuh rampingnya.

"Cantik banget," puji Dewi.

"Terima kasih, Ma," ucap Resti.

Sejak pertemuan mereka terakhir, Dewi meminta Resti memanggilnya mama, seperti Raka. Karena itu, Resti melakukan permintaan calon mertuanya itu. Wajah Resti tak menunjukkan kebahagiaan. Hal itu membuat Dewi memeluk calon menantunya.

"Apa kau mulai ragu, Sayang?" tanya Dewi.

"Bukan ragu, Ma. Hanya tidak yakin," jawab Resti lirih.

"Itu sama aja, Sayang," ucap Dewi gemas.

"Aku tidak ragu menikah dengan Mas Raka, Ma. Karena jujur saja, aku sudah menyukainya. Hanya sekedar suka. Tapi, apa pernikahan ini harus tetap berlangsung, disaat kami tidak saling mencintai?" tutur Resti.

"Mama tahu apa yang kamu rasakan. Tapi, kamu harus percaya, bila kalian bisa saling mencintai seiring berjalannya waktu," ucap Dewi menenangkan.

Resti mengangguk seraya tersenyum pada Dewi. Tak lama, terdengar Raka mengucapkan ijab qobul dengan lantang. Dalam satu tarikan napas, Raka menyebut nama Resti. Terdengar syahdu di telinganya.

Ada kesedihan yang menggelayut di wajah gadis itu. Bukan lagi masalah ketidakyakinannya menjalani pernikahan, tetapi ia merasa sedih, tidak memiliki orang tua di hari bahagianya. Air mata mulai jatuh berderai teringat pada mereka.

Ibu, bapak, sekarang Resti sudah jadi istri, ucap Resti dalam hati.

"Kamu pasti merasa sangat sedih karena orang tuamu. Besok, pergilah bersama Raka ke makam mereka."

***

Pernikahan telah usai. Setelah beramah tamah dan makan malam bersama keluarganya, Raka membawa Resti ke rumah yang sudah ia siapkan. Sebenarnya, Raka mempersiapkan rumah itu untuk Riska. Namun, kini Resti yang akan menjadi nyonya rumah itu.

Resti menatap kagum rumah di depannya. Memang tak semegah rumah orang tua Raka. Akan tetapi, ada taman mungil yang menghiasi rumah itu. Rumah itu terlihat minimalis, tetapi cukup nyaman untuk mereka tempati berdua.

"Maaf, ya. Rumah ini tidak sebesar rumah mama dan papa," ujar Raka.

"Aku suka, kok, Mas." Resti menatap Raka.

Raka sedikit terkejut mendengar panggilan Resti padanya. "Mas?" ulang Raka.

"Maaf. Tapi, aku bingung harus manggil apa. Rasanya aneh, jika aku panggil suami dengan sebutan 'pak'," jelas Resti.

"Ah, tidak apa. Saya suka mendengar panggilan itu."

Diam-diam Resti tersenyum lega. Ia sempat takut, saat akan melontarkan panggilan itu. Apa lagi, mereka tidak sedekat itu untuk saling merubah panggilan.

"Ini kamar utama. Di sinilah kamar kita."

Resti menatap desain kamar itu. Ruangan itu di dominasi dengan perabotan berbahan kayu. Tidak banyak barang yang memenuhi ruangan itu. Raka pun menuju ruangan lain di kamar itu.

"Ini walk in closet. Kamu bisa menyusun barang-barangmu di sini. Yang ini, kamar mandinya." Raka memperkenalkan ruangan dalam kamar mereka.

"Sekarang, susun saja dulu barang-barangmu. Aku akan mandi lebih dulu," pamit Raka.

Pria itu segera masuk ke dalam kamar mandi. Dengan cekatan, Resti segera merapikan barang pribadinya. Gadis itu dengan mudah menata ruangan itu. Ada rasa bahagia tersendiri, saat ia merapikan ruangan itu.

Selesai menata pakaiannya, Resti memilih duduk di meja rias, yang ada di sana. Tak lama, pintu kamar mandi terbuka. Raka keluar dengan handuk melingkar di bagian pinggangnya. Resti berteriak histeris, melihat kejadian itu. Sementara Raka tertawa dengan tingkah istrinya itu. Resti bahkan berlari masuk ke dalam toilet dengan terburu-buru.

"Astaga, Mas Raka," gerutu Resti setelah menutup pintu.

Gadis itu segera membersihkan tubuhnya.

***

Resti mendadak gugup. Ia sudah berada di kamar mandi lebih dari satu jam. Namun, ia tak juga keluar. Entah sudah berapa kali Raka meneriakkan namanya. Resti hanya menjawabnya dengan kata 'ya'.

"Resti, kalau kamu gak keluar juga, aku akan dobrak pintu kamar mandi ini!" ancam Raka.

Tak mempan dengan panggilan, Raka memutuskan untuk mendobrak pintu toilet. Ia merasa Resti terlalu lama di sana. Pria itu takut, ada hal buruk yang menimpa istrinya.

"Jangan, Mas! Aku keluar sekarang," teriak Resti dari dalam toilet.

Ia pun mulai membuka pintu perlahan. Raka menyilangkan tangannya di dada. Resti semakin gugup di tatap intens seperti itu. Jemarinya saling bertautan satu sama lain. Sementara ia tak berani menatap Raka.

"Kalau mandi, tidak perlu terlalu lama. Nanti kamu sakit," ucap Raka lembut.

Ia terpana menatap gadis di depannya tanpa sapuan make up. Tangannya terulur menyentuh pundak Resti. Tubuh gadis itu berubah tegang dan kaku. Raka yang menyadarinya, menatap heran pada Resti.

"Kamu cantik," puji Raka.

Mereka saling menatap. Jemari Raka mengusap pipi Resti lembut. Menatap Resti semakin intens. Jantung gadis itu berdegup cepat merasakan sentuhan suaminya. Perlahan, Raka mulai mencium Resti lembut.

Meski sempat terkejut, tetapi Resti tak menolak. Ia bahkan memejamkan matanya sesaat. Kemudian, mereka mulai melakukan apa yang memang harus terjadi. Resti menyerahkan seluruh hidupnya pada Raka.

***

Raka bangkit dari ranjang, setelah memakai celana pendeknya. Kemudian, ia membuka nakas dan mengeluarkan sesuatu. Raka mengulurkan benda itu pada Resti.

"Ini ... apa, Mas?" tanya Resti.

"Pil KB," jawab Raka datar.

Air mata Resti jatuh mendengar jawaban Raka yang seakan tak merasa bersalah sedikit pun. Resti menertawai dirinya yang telah menyerahkan kesucian yang dijaga pada pria yang berstatus suami.

"Kenapa kamu lakukan ini, Mas?" tanya Resti.

"Jangan salah paham. Aku hanya belum siap memiliki anak," jawab Raka lirih.

"Kalau memang kamu belum siap? Kenapa kamu merenggut kesucianku sekarang?" teriak Resti frustasi.

"Dengarkan penjelasan ku dulu," pinta Raka.

Pria itu menggenggam jemari Resti erat. Resti terus memberontak, tetapi Raka tak melepaskannya. Pria itu menarik napas dalam dan menghelanya perlahan.

"Aku ingin, saat kita memutuskan untuk memiliki anak, cinta itu sudah hadir dalam hati kita. Aku tidak ingin, dia lahir tanpa cinta dan berakhir penyesalan antara kita. Kamu mengerti maksudku, 'kan?"

Resti memilih membuang pandangan. Rak yang tak mendapat jawaban dari Resti, akhirnya melepaskan genggamannya. Ia mengenakan pakaian dan keluar dari kamar.

Setelah Raka pergi, Resti kembali menangis sedih. Hatinya sangat sakit mendapat perlakuan seperti itu.

Kenapa kau lakukan itu, jika kau tidak ingin memiliki anak sekarang? batin Resti.

Episodes
1 Part 1 ~ Kecelakaan yan tak terhindar
2 Part 2 ~ Yatim piatu
3 Part 3 ~ Pertemuan pertama
4 Part 4 ~ Rencana pernikahan
5 Part 5 ~ Hanya belum siap
6 Part 6 ~ Perubahan Raka
7 Part 7 ~ Interogasi
8 Part 8 ~ Terluka lagi
9 Part 9 ~ Alasan yang tidak masuk akal
10 Part 10 ~ Lagi dan lagi
11 Part 11 ~ Alasan di balik pernikahan
12 Part 12 ~ Harapan
13 Part 13 ~ Bali
14 Part 14 ~ Bertemu Riska
15 Part 15 ~ Resah
16 Part 16 ~ Undangan
17 Part 17 ~ Apartemen Riska
18 Part 18 ~ Kejadian tak terduga
19 Part 19 ~ Ancaman Dewi
20 Part 20 ~ Mencari sebuah jawaban
21 Part 21 ~ Periksa Kehamilan
22 Part 22 ~ Resign
23 Part 23 ~ Kebetulan
24 Part 24 ~ Kedatangan Riska
25 Part 25 ~ Hasil karya Raka
26 Part 26 ~ Peringatan
27 Part 27 ~ Khawatir
28 Part 28 ~ Kemarahan Raka
29 Part 29 ~ Dirawat
30 Part 30 ~ Mari bercerai!
31 Part 31 ~ Kembali berubah
32 Part 32 ~ Topeng
33 Part 33 ~ Perdebatan
34 Part 34 ~ Tragedi
35 Part 35 ~ Kehilangan
36 Part 36 ~ Pembelaan Raka
37 Part 37 ~ Permintaan Dewi
38 Part 38 ~ Keinginan Resti
39 Part 39 ~ Saling merindu
40 Part 40 ~ Menculik?
41 Part 41 ~ Pria dari masa lalu
42 Part 42 ~ Tak sama
43 Part 43 ~ Takdir?
44 Part 44 ~ Kemarahan Raka
45 Part 45 ~ Permintaan Riska
46 Part 46 ~ Mencari jejak
47 Part 47~ Frustasi
48 Part 48~ Teman?
49 Part 48~ Teman?
50 Part 49 ~ we are friend
51 Part 50 ~ Dia?
52 Part 51 ~ Pertemuan
53 Part 52 ~ Yogyakarta
54 Part 53 ~ Teman lama
55 Part 54 ~ Permintaan maaf
56 Part 55 ~ Dimas kembali
57 Part 56 ~ Benci atau rindu?
58 Part 57 ~ Dipukul
59 Part 58 ~ Berkelahi?
60 Part 59 ~ Rumah sakit
61 Part 60 ~ Amarah
62 Part 61 ~ Kecewa
63 part 62 ~ Kedatangan Bayu
64 Part 63 ~ Kiriman bunga
65 Part 64 ~ Raka dan Bayu
66 Part 65 ~ Ungkapan Dimas
67 Part 66 ~ Riska kembali lagi
68 Part 67 ~ Kecelakaan
69 Part 68 ~ Rumah sakit
70 Part 69 ~ Panik
71 Part 70 ~ Amnesia
72 Part 71 ~ Bicara dengan Riska
73 Part 72 ~ Mencoba mengingat
74 Part 73 ~ Berubah
75 Part 74 ~ Di rumah sakit
76 Part 75 ~ Janda
77 Part 76 ~ Penghalang
78 Part 77 ~ Pertemuan di makam
79 Part 78 ~ Tidak amnesia
80 Part 79 ~ Orang di balik kecelakaan Raka
81 Part 80 ~ Ancaman
82 Part 81 ~ Terbongkar
83 Part 82 ~ Hampir saja
84 Part 83 ~ Koma
85 Part 84 ~ Apartemen Dimas
86 Part 85 ~ Duka
87 Part 86 ~ Lebih baik
88 Part 87 ~ Raka cemburu
89 Part 88 ~ Tamu tak diundang
90 Part 89 ~ Permintaan maaf
91 Part 90 ~ Rindu?
92 Part 91 ~ Tidak peka?
93 Part 92 ~ Menyadari
94 Part 93 ~ Dating
95 Part 94 ~ Di restoran
96 Part 95 ~ Akibat patah hati
97 Part 96 ~ Merindukan Dimas
98 Part 97 ~ Kedatangan Dimas
99 Part 98 ~ Dimas Pamit
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Part 1 ~ Kecelakaan yan tak terhindar
2
Part 2 ~ Yatim piatu
3
Part 3 ~ Pertemuan pertama
4
Part 4 ~ Rencana pernikahan
5
Part 5 ~ Hanya belum siap
6
Part 6 ~ Perubahan Raka
7
Part 7 ~ Interogasi
8
Part 8 ~ Terluka lagi
9
Part 9 ~ Alasan yang tidak masuk akal
10
Part 10 ~ Lagi dan lagi
11
Part 11 ~ Alasan di balik pernikahan
12
Part 12 ~ Harapan
13
Part 13 ~ Bali
14
Part 14 ~ Bertemu Riska
15
Part 15 ~ Resah
16
Part 16 ~ Undangan
17
Part 17 ~ Apartemen Riska
18
Part 18 ~ Kejadian tak terduga
19
Part 19 ~ Ancaman Dewi
20
Part 20 ~ Mencari sebuah jawaban
21
Part 21 ~ Periksa Kehamilan
22
Part 22 ~ Resign
23
Part 23 ~ Kebetulan
24
Part 24 ~ Kedatangan Riska
25
Part 25 ~ Hasil karya Raka
26
Part 26 ~ Peringatan
27
Part 27 ~ Khawatir
28
Part 28 ~ Kemarahan Raka
29
Part 29 ~ Dirawat
30
Part 30 ~ Mari bercerai!
31
Part 31 ~ Kembali berubah
32
Part 32 ~ Topeng
33
Part 33 ~ Perdebatan
34
Part 34 ~ Tragedi
35
Part 35 ~ Kehilangan
36
Part 36 ~ Pembelaan Raka
37
Part 37 ~ Permintaan Dewi
38
Part 38 ~ Keinginan Resti
39
Part 39 ~ Saling merindu
40
Part 40 ~ Menculik?
41
Part 41 ~ Pria dari masa lalu
42
Part 42 ~ Tak sama
43
Part 43 ~ Takdir?
44
Part 44 ~ Kemarahan Raka
45
Part 45 ~ Permintaan Riska
46
Part 46 ~ Mencari jejak
47
Part 47~ Frustasi
48
Part 48~ Teman?
49
Part 48~ Teman?
50
Part 49 ~ we are friend
51
Part 50 ~ Dia?
52
Part 51 ~ Pertemuan
53
Part 52 ~ Yogyakarta
54
Part 53 ~ Teman lama
55
Part 54 ~ Permintaan maaf
56
Part 55 ~ Dimas kembali
57
Part 56 ~ Benci atau rindu?
58
Part 57 ~ Dipukul
59
Part 58 ~ Berkelahi?
60
Part 59 ~ Rumah sakit
61
Part 60 ~ Amarah
62
Part 61 ~ Kecewa
63
part 62 ~ Kedatangan Bayu
64
Part 63 ~ Kiriman bunga
65
Part 64 ~ Raka dan Bayu
66
Part 65 ~ Ungkapan Dimas
67
Part 66 ~ Riska kembali lagi
68
Part 67 ~ Kecelakaan
69
Part 68 ~ Rumah sakit
70
Part 69 ~ Panik
71
Part 70 ~ Amnesia
72
Part 71 ~ Bicara dengan Riska
73
Part 72 ~ Mencoba mengingat
74
Part 73 ~ Berubah
75
Part 74 ~ Di rumah sakit
76
Part 75 ~ Janda
77
Part 76 ~ Penghalang
78
Part 77 ~ Pertemuan di makam
79
Part 78 ~ Tidak amnesia
80
Part 79 ~ Orang di balik kecelakaan Raka
81
Part 80 ~ Ancaman
82
Part 81 ~ Terbongkar
83
Part 82 ~ Hampir saja
84
Part 83 ~ Koma
85
Part 84 ~ Apartemen Dimas
86
Part 85 ~ Duka
87
Part 86 ~ Lebih baik
88
Part 87 ~ Raka cemburu
89
Part 88 ~ Tamu tak diundang
90
Part 89 ~ Permintaan maaf
91
Part 90 ~ Rindu?
92
Part 91 ~ Tidak peka?
93
Part 92 ~ Menyadari
94
Part 93 ~ Dating
95
Part 94 ~ Di restoran
96
Part 95 ~ Akibat patah hati
97
Part 96 ~ Merindukan Dimas
98
Part 97 ~ Kedatangan Dimas
99
Part 98 ~ Dimas Pamit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!