Part 2 ~ Yatim piatu

Tak lama, bapak Resti membuka matanya. Resti segera menghapus air mata yang membasahi pipinya. Ia harus terlihat kuat di hadapan bapak. Begitulah tekadnya saat ini. Semua demi kesembuhan bapak dan ibu, ucapnya dalam hati.

"Pak." Resti mencoba tersenyum, meski hatinya terasa sakit.

"Res, Nak, jika bapak tidak lagi ada, tetaplah kuat menghadapi hidup yang sulit ini, ya. Bapak yakin, kamu pasti bisa melewati semua ini," ucap bapak Resti lirih.

"Ingat pesan bapak. Jaga dirimu baik-baik, ya. Bapak, titip ibu, ya, Nak," lanjut bapak Resti terbata.

"Bapak jangan ngomong gitu, Resti yakin bapak sama ibu pasti sembuh," ucap Resti.

Air mata yang sudah dihapusnya kembali menetes deras, mendengar ucapan sang bapak. Sungguh, ia tak bisa membayangkan hidup tanpa bapak.

"Tidak, Nak. Bapak sudah tidak bisa bertahan lagi. Jadilah anak yang kuat. Yakinlah, bahwa kamu bisa melawan badai kehidupan yang berat."

Ucapan itu, adalah akhir dari kehidupan bapak Resti. Pak Beno, bapak Resti, akhirnya menghembuskan napas terakhirnya. Resti menangis histeris melepas kepergian sang ayah. Sementara ibunya, masih belum sadarkan diri.

Pihak rumah sakit segera memindahkan tubuh Pak Beno ke ruang jenazah. Resti pun memilih tinggal di ruangan, menemani ibunya. Pikiran Resti berkelana. Ia memikirkan, cara menyampaikan kematian bapak pada ibu, tanpa membuatnya syok.

Terlalu larut memikirkan hal itu, membuat Resti tak menyadari, bahwa sang ibu telah membuka matanya. Beliau memanggil Resti lirih. Melihat tak ada respon yang putrinya berikan, membuat ibu menyentuh punggung tangan Resti.

Resti terjingkat kaget. "Ibu, udah sadar? Resti panggilin dokter dulu, ya," ucap gadis itu.

Langkahnya terhenti, karena sang ibu memegang jemarinya erat. Resti menoleh dan menatap ibunya. Tanpa alasan yang jelas, perasaannya berubah tak enak.

"Ada apa? Ibu mau sesuatu?"

Gelengan lemah dari sang ibu, membuat Resti semakin tak tenang. "Ibu, kenapa?" tanya Resti.

"Resti, mungkin waktu ibu tidak akan lama lagi. Dengar, Nak. Seberat apa pun masalah yang kamu hadapi, tetaplah tersenyum. Karena dengan senyum, perlahan masalahmu tidak akan terasa berat. Ibu, akan selalu mendoakanmu dari akhirat nanti." Napas ibu Resti mulai tersengal.

Patien monitor pun mulai memperlihatkan, detak jantung ibu Resti yang terus menurun. Tidak hanya itu, tekanan darah, saturasi paru-paru, dan kadar oksigen terus menurun. Tak lama, dokter masuk dan segera memeriksa kondisi pasien.

Resti menangis keras, saat dokter sudah menggunakan alat pacu jantung. Monitor juga sudah menunjukkan garis lurus. Dalam satu hari yang sama, Resti harus kehilangan kedua orang tuanya.

Mimpi pun tidak pernah, Resti mengalami kehilangan begitu cepat. Saat ia sudah mendapatkan pekerjaan, mengapa Tuhan justru mengambil orang tuanya? Ia bahkan belum sempat membahagiakan mereka dengan jerih payahnya.

***

Sebuah mobil mewah memasuki lobby rumah sakit. Tak lama, turun sepasang suami istri dengan tergesa-gesa. Mereka segera menuju ruang rawat kelas VIP. Di sana, terbaring lemah sesosok tubuh pria.

"Raka, ini mama, Nak," ucap sang wanita yang menyebut dirinya mama bergetar.

"Papa bicara dengan dokter dulu, ya, Ma," pamit sang suami.

Si wanita hanya mengangguk seraya mengusap wajah putranya. Air mata tak hentinya mengalir deras dari kedua mata itu.

"Tante."

Suara itu mengalihkan tatapan ibu dari Raka. "Kamu … Bayu, 'kan?"

"Iya, Tante." Bayu tersenyum.

"Saya … mau minta maaf," ucapnya lirih.

Ibu dari Raka mengerutkan dahinya dalam mendengar permintaan maaf dari salah satu sahabat Raka. "Minta maaf? Kenapa?"

"Raka … kecelakaan karena berita yang saya sampaikan beberapa jam yang lalu." Bayu menundukkan kepalanya dalam.

"Apa ini berhubungan dengan Riska?"

Bayu menganggukkan kepalanya perlahan. Namun, ia tak menyangka bila ibu Raka hanya menanggapinya dengan wajah datar.

"Tante … gak marah?" tanya Bayu.

Tawa kecil terlihat di wajah ibu dari sahabatnya itu. "Tante justru berharap mereka putus. Sejak awal, Tante sangat tidak setuju dengan hubungan mereka. Tapi, kau tahu bagaimana Raka, 'kan?"

Bayu membenarkan ucapan itu. Raka tidak akan mudah percaya pada ucapan orang lain. Namun, kali ini jelas berbeda. Ia melihat sendiri perselingkuhan kekasihnya.

"Ma."

Ibu Raka menoleh. Raka terlihat mulai membuka matanya. Bayu mendekati sahabatnya.

"Raka, biar mama panggil Dokter dulu, ya," ucap sang ibu.

"Biar saya aja, Tan," sela Bayu.

Ibu Raka menganggukkan kepala menyetujui ide Bayu. Ia pun berlalu meninggalkan pasangan ibu dan anak itu.

"Ma, Raka gak sengaja nabrak orang tadi. Ada dua orang tua yang mungkin seusia dengan, Mama dan papa," ucap Raka susah payah.

"Apa?" Wajah mama Raka puas, mendengar penuturan itu.

"Apa mereka dibawa ke sini juga?"

Raka menggelengkan kepalanya perlahan. Obrolan mereka terhenti, saat Dokter datang. Mama Raka pun menyingkir sementara, memberi ruang untuk Dokter memeriksa Raka. Ia mendekati sang suami. Kemudian, berbisik tentang apa yang tadi Raka ceritakan.

Reaksi papa Raka pun sama dengan mamanya tadi. Belum sempat mereka mencari tahu, pihak kepolisian mendatangi ruang rawat Raka.

"Saudara Raka Abhimana?" tanya seorang polisi.

"Iya, Pak. Ada masalah apa, ya?" tanya papa Raka.

"Maaf, Anda, siapanya saudara Raka?" Polisi balik bertanya.

"Saya ayahnya. Tidak apa, Bapak, bisa bicara dengan saya lebih dulu."

"Begini, Pak. Kami ingin meminta keterangan mengenai kecelakaan yang terjadi sore tadi. Karena saat itu, saudara Raka yang mengemudi mobil," terang pak polisi.

Belum sempat orang tua Raka atau pun Bayu menjawab pertanyaan yang polisi ajukan, Dokter datang memberitahu kondisi Raka. Mereka pun terfokus pada berita yang Dokter sampaikan.

"Pasien mengalami gegar otak. Butuh waktu untuk memulihkan kondisinya seperti semula." Dokter menjelaskan.

"Apa kami bisa menemui saudara Raka, untuk saat ini?" tanya pak polisi.

"Bisa, Pak. Silakan," ucap Dokter.

Polisi segera mendekati ranjang Raka. Kemudian, menanyakan beberapa pertanyaan. Raka menjawab dengan jujur semua pertanyaan itu. Pihak kepolisian pun meminta pihak rumah sakit untuk menguji sampel darah pasien.

"Kamu gak takut, jika nanti di penjara?" tanya sang ibu, saat polisi telah keluar dari kamar rawat Raka.

"Raka salah, Ma. Kalau pun Raka harus  di penjara, memang itu resikonya yang harus Raka hadapi," jawab Raka.

"Tapi, Nak …."

"Sekarang, Mama dan Papa bantu Raka cari tahu keadaan para korban. Terutama, kedua orang yang Raka tabrak," sela Raka.

"Papa sudah tahu. Kedua orang yang tertabrak mobilmu, meninggal dunia satu jam yang lalu. Sementara dua orang yang kebetulan berada di sana, hanya mengalami luka lecet. Papa juga sudah membayar biaya rumah sakit, serta memberi uang kompensasi pada mereka. Hanya gadis yang ditinggal orang tuanya itu yang menolak." Papa Raka menjelaskan semuanya.

"Gadis?" Raka mengulang ucapan papanya.

"Iya, dua orang paruh baya yang kau tabrak, memiliki satu orang putri yang berumur 22 tahun."

"Dia jadi yatim piatu karena Raka," ucapnya sedih.

"Jenazah orang tuanya sudah dibawa pulang." Bayu menambahkan.

Pikiran Raka kini terpusat pada gadis, anak dari pasangan yang ia tabrak. Maaf, aku tidak pernah bermaksud membuatmu jadi yatim piatu, gumamnya dalam hati.

Terpopuler

Comments

🤗🤗

🤗🤗

kasihan sama restinya

2023-07-23

2

Anie Sandi

Anie Sandi

nyimak thor 👍🏻

2022-12-16

1

lihat semua
Episodes
1 Part 1 ~ Kecelakaan yan tak terhindar
2 Part 2 ~ Yatim piatu
3 Part 3 ~ Pertemuan pertama
4 Part 4 ~ Rencana pernikahan
5 Part 5 ~ Hanya belum siap
6 Part 6 ~ Perubahan Raka
7 Part 7 ~ Interogasi
8 Part 8 ~ Terluka lagi
9 Part 9 ~ Alasan yang tidak masuk akal
10 Part 10 ~ Lagi dan lagi
11 Part 11 ~ Alasan di balik pernikahan
12 Part 12 ~ Harapan
13 Part 13 ~ Bali
14 Part 14 ~ Bertemu Riska
15 Part 15 ~ Resah
16 Part 16 ~ Undangan
17 Part 17 ~ Apartemen Riska
18 Part 18 ~ Kejadian tak terduga
19 Part 19 ~ Ancaman Dewi
20 Part 20 ~ Mencari sebuah jawaban
21 Part 21 ~ Periksa Kehamilan
22 Part 22 ~ Resign
23 Part 23 ~ Kebetulan
24 Part 24 ~ Kedatangan Riska
25 Part 25 ~ Hasil karya Raka
26 Part 26 ~ Peringatan
27 Part 27 ~ Khawatir
28 Part 28 ~ Kemarahan Raka
29 Part 29 ~ Dirawat
30 Part 30 ~ Mari bercerai!
31 Part 31 ~ Kembali berubah
32 Part 32 ~ Topeng
33 Part 33 ~ Perdebatan
34 Part 34 ~ Tragedi
35 Part 35 ~ Kehilangan
36 Part 36 ~ Pembelaan Raka
37 Part 37 ~ Permintaan Dewi
38 Part 38 ~ Keinginan Resti
39 Part 39 ~ Saling merindu
40 Part 40 ~ Menculik?
41 Part 41 ~ Pria dari masa lalu
42 Part 42 ~ Tak sama
43 Part 43 ~ Takdir?
44 Part 44 ~ Kemarahan Raka
45 Part 45 ~ Permintaan Riska
46 Part 46 ~ Mencari jejak
47 Part 47~ Frustasi
48 Part 48~ Teman?
49 Part 48~ Teman?
50 Part 49 ~ we are friend
51 Part 50 ~ Dia?
52 Part 51 ~ Pertemuan
53 Part 52 ~ Yogyakarta
54 Part 53 ~ Teman lama
55 Part 54 ~ Permintaan maaf
56 Part 55 ~ Dimas kembali
57 Part 56 ~ Benci atau rindu?
58 Part 57 ~ Dipukul
59 Part 58 ~ Berkelahi?
60 Part 59 ~ Rumah sakit
61 Part 60 ~ Amarah
62 Part 61 ~ Kecewa
63 part 62 ~ Kedatangan Bayu
64 Part 63 ~ Kiriman bunga
65 Part 64 ~ Raka dan Bayu
66 Part 65 ~ Ungkapan Dimas
67 Part 66 ~ Riska kembali lagi
68 Part 67 ~ Kecelakaan
69 Part 68 ~ Rumah sakit
70 Part 69 ~ Panik
71 Part 70 ~ Amnesia
72 Part 71 ~ Bicara dengan Riska
73 Part 72 ~ Mencoba mengingat
74 Part 73 ~ Berubah
75 Part 74 ~ Di rumah sakit
76 Part 75 ~ Janda
77 Part 76 ~ Penghalang
78 Part 77 ~ Pertemuan di makam
79 Part 78 ~ Tidak amnesia
80 Part 79 ~ Orang di balik kecelakaan Raka
81 Part 80 ~ Ancaman
82 Part 81 ~ Terbongkar
83 Part 82 ~ Hampir saja
84 Part 83 ~ Koma
85 Part 84 ~ Apartemen Dimas
86 Part 85 ~ Duka
87 Part 86 ~ Lebih baik
88 Part 87 ~ Raka cemburu
89 Part 88 ~ Tamu tak diundang
90 Part 89 ~ Permintaan maaf
91 Part 90 ~ Rindu?
92 Part 91 ~ Tidak peka?
93 Part 92 ~ Menyadari
94 Part 93 ~ Dating
95 Part 94 ~ Di restoran
96 Part 95 ~ Akibat patah hati
97 Part 96 ~ Merindukan Dimas
98 Part 97 ~ Kedatangan Dimas
99 Part 98 ~ Dimas Pamit
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Part 1 ~ Kecelakaan yan tak terhindar
2
Part 2 ~ Yatim piatu
3
Part 3 ~ Pertemuan pertama
4
Part 4 ~ Rencana pernikahan
5
Part 5 ~ Hanya belum siap
6
Part 6 ~ Perubahan Raka
7
Part 7 ~ Interogasi
8
Part 8 ~ Terluka lagi
9
Part 9 ~ Alasan yang tidak masuk akal
10
Part 10 ~ Lagi dan lagi
11
Part 11 ~ Alasan di balik pernikahan
12
Part 12 ~ Harapan
13
Part 13 ~ Bali
14
Part 14 ~ Bertemu Riska
15
Part 15 ~ Resah
16
Part 16 ~ Undangan
17
Part 17 ~ Apartemen Riska
18
Part 18 ~ Kejadian tak terduga
19
Part 19 ~ Ancaman Dewi
20
Part 20 ~ Mencari sebuah jawaban
21
Part 21 ~ Periksa Kehamilan
22
Part 22 ~ Resign
23
Part 23 ~ Kebetulan
24
Part 24 ~ Kedatangan Riska
25
Part 25 ~ Hasil karya Raka
26
Part 26 ~ Peringatan
27
Part 27 ~ Khawatir
28
Part 28 ~ Kemarahan Raka
29
Part 29 ~ Dirawat
30
Part 30 ~ Mari bercerai!
31
Part 31 ~ Kembali berubah
32
Part 32 ~ Topeng
33
Part 33 ~ Perdebatan
34
Part 34 ~ Tragedi
35
Part 35 ~ Kehilangan
36
Part 36 ~ Pembelaan Raka
37
Part 37 ~ Permintaan Dewi
38
Part 38 ~ Keinginan Resti
39
Part 39 ~ Saling merindu
40
Part 40 ~ Menculik?
41
Part 41 ~ Pria dari masa lalu
42
Part 42 ~ Tak sama
43
Part 43 ~ Takdir?
44
Part 44 ~ Kemarahan Raka
45
Part 45 ~ Permintaan Riska
46
Part 46 ~ Mencari jejak
47
Part 47~ Frustasi
48
Part 48~ Teman?
49
Part 48~ Teman?
50
Part 49 ~ we are friend
51
Part 50 ~ Dia?
52
Part 51 ~ Pertemuan
53
Part 52 ~ Yogyakarta
54
Part 53 ~ Teman lama
55
Part 54 ~ Permintaan maaf
56
Part 55 ~ Dimas kembali
57
Part 56 ~ Benci atau rindu?
58
Part 57 ~ Dipukul
59
Part 58 ~ Berkelahi?
60
Part 59 ~ Rumah sakit
61
Part 60 ~ Amarah
62
Part 61 ~ Kecewa
63
part 62 ~ Kedatangan Bayu
64
Part 63 ~ Kiriman bunga
65
Part 64 ~ Raka dan Bayu
66
Part 65 ~ Ungkapan Dimas
67
Part 66 ~ Riska kembali lagi
68
Part 67 ~ Kecelakaan
69
Part 68 ~ Rumah sakit
70
Part 69 ~ Panik
71
Part 70 ~ Amnesia
72
Part 71 ~ Bicara dengan Riska
73
Part 72 ~ Mencoba mengingat
74
Part 73 ~ Berubah
75
Part 74 ~ Di rumah sakit
76
Part 75 ~ Janda
77
Part 76 ~ Penghalang
78
Part 77 ~ Pertemuan di makam
79
Part 78 ~ Tidak amnesia
80
Part 79 ~ Orang di balik kecelakaan Raka
81
Part 80 ~ Ancaman
82
Part 81 ~ Terbongkar
83
Part 82 ~ Hampir saja
84
Part 83 ~ Koma
85
Part 84 ~ Apartemen Dimas
86
Part 85 ~ Duka
87
Part 86 ~ Lebih baik
88
Part 87 ~ Raka cemburu
89
Part 88 ~ Tamu tak diundang
90
Part 89 ~ Permintaan maaf
91
Part 90 ~ Rindu?
92
Part 91 ~ Tidak peka?
93
Part 92 ~ Menyadari
94
Part 93 ~ Dating
95
Part 94 ~ Di restoran
96
Part 95 ~ Akibat patah hati
97
Part 96 ~ Merindukan Dimas
98
Part 97 ~ Kedatangan Dimas
99
Part 98 ~ Dimas Pamit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!