Part 4 ~ Rencana pernikahan

Resti menatap langit-langit kamarnya. Ia merasa seperti bermimpi, ada pria yang ingin menikahinya. Terlebih, pria itu baru pertama kali bertemu dengannya. Senyum terbit di wajah cantik Resti.

"Dia tampan, sih. Tapi, aneh gak, ya? Apa benar bapak dan ibu ingin aku menikah dengannya? Kenapa mereka gak bilang apa-apa?" gumamnya

Begitu banyak pertanyaan yang timbul dalam benaknya. Membuat Tresi tak mampu memejamkan mata barang sekejap. Sampai jam menunjukkan tengah malam, Resti tak juga memejamkan mata. Ia terus saja mencari alasan yang tepat, pria itu ingin menikahinya.

"Tidak mungkin, 'kan dia jatuh cinta padaku? Lagi pula, dia terlihat kaya. Sementara aku?" gumamnya lagi.

Mulutnya terbuka lebar karena rasa kantuk yang mulai menyerang. Perlahan, mata Resti mulai tertutup.

***

Matahari mulai mengintip dari balik gorden. Raka yang masih bergelung di bawah selimutnya mulai bergerak. Segera ia bersiap untuk berangkat bekerja. Selesai dengan segala rutinitas hariannya, ia segera turun dan sarapan bersama keluarga.

"Pagi, Sayang," sapa Dewi.

"Pagi, Ma." Ia mengecup pipi Dewi.

"Raka, bagaimana pertemuanmu dengan gadis itu?" tanya Ibra, ayah Raka.

"Dia sudah setuju."

Dewi dan Ibra saling bertukar pandang. Tidak menyangka, bila Raka bisa meyakinkan gadis bernama Resti itu dengan mudah.

"Semudah itu?" tanya Dewi.

"Sebenarnya, dia terlihat ragu," jawab Raka jujur.

"Alasan apa yang kamu berikan?" tanya Ibra yang ingin tahu.

"Raka cuma bilang, kalau orang tuanya yang meminta Raka menikahi dia," jawabnya acuh.

Dewi dan Ibra hanya menganggukkan kepala. Bergelut dengan pikiran mereka masing-masing.

"Papa minta, kamu jangan sakiti dia. Papa tahu, kamu belum bisa move on dari Riska. Pernikahan bukan sebuah permainan. Jadi, kamu tetap harus menghargainya sebagai istri. Kamu mengerti, 'kan?" Ibra memberikan nasihat pada putra semata wayangnya.

Raka menghentikan gerakannya yang sedang memakan sarapan. Mendengar ucapan sang ayah, berbagai pikiran mulai bergelayut dalam benaknya.

"Raka mengerti, Pa," jawabnya lirih.

"Oh, iya. Raka ingin, Papa dan Mama, bertemu dengan Resti."

"Oke. Ajak dia ke rumah malam ini," ujar Dewi.

"Tidak. Kita bertemu di restoran saja," tolak Ibra.

"Papa dan Mama, tentukan saja lokasinya. Setelah itu, beritahu Raka."

Raka pun segera mencium punggung tangan orang tuanya. "Raka berangkat dulu," pamitnya.

Mereka menatap punggung Raka hingga menghilang. Dewi menghela napas perlahan.

"Apa tidak berlebihan, membiarkan mereka menikah?" tanya Ibra.

"Tidak. Mama yakin, Resti gadis yang tepat untuk Raka," jawab Dewi.

***

Pekerjaan yang menumpuk, membuat Resti melupakan sejenak masalah yang tengah ia alami. Termasuk, masalah pernikahan yang sempat dibicarakan oleh pria yang tidak dikenalnya. Sampai sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya, membuat konsentrasi Resti seketika buyar.

Sore ini di restoran western. Lampu merah ketiga dari gedung kantormu. Aku dan orang tuaku akan ada di sana. (Raka)

Resti terdiam sesaat. Memikirkan benar atau tidaknya langkah yang ia ambil. Resti meletakkan ponselnya dan berusaha kembali konsentrasi pada pekerjaan. Bagaimana pun, ia harus bisa memisahkan masalah pekerjaan dan pribadi.

Tepat pukul lima, Resti keluar dari gedung kantornya. Sejak siang tadi, Raka seakan tak bosan untuk mengingatkannya akan janji temu mereka. Saat ia melangkah ke halte bus, sebuah mobil melintas dan membunyikan klakson.

"Ayo, naik," ajak pria di dalam mobil.

"Ah, Pak Bayu, 'kan? Apa Pak Raka yang meminta, Pak Bayu, menjemput saya?" tanya Resti.

Bayu mengangguk seraya tersenyum. Resti pun melangkah ke bagian belakang mobil. Namun, Bayu memintanya untuk duduk di depan saja.

"Depan aja. Aku supir pribadimu," ucap Bayu.

Senyum kecut terlihat di wajah Resti. Baginya, ucapan Bayu seakan tengah menyindir. Demi menjaga kedamaian hati dan mood, Resti memilih membuang pandangan dari jendela di sampingnya.

"Apa kau tersinggung dengan ucapanku?" tanya Bayu setelah mobil kembali melaju.

Sepertinya, pria itu bisa melihat perubahan di wajah Resti. Karenanya, ia memilih bertanya secara langsung.

"Tidak," jawabnya lirih. Pandangannya masih tetap pada jendela.

"Tapi, kenapa aku merasa seperti itu?"

"Saya cukup sadar diri. Karena itu, saya memilih diam."

Jawaban Resti membuat Bayu tak lagi berkutik. Entah dia merasa sungkan bertanya lebih lanjut, atau memang tak ada lagi yang ingin dibahasnya. Sepuluh menit kemudian, mobil memasuki sebuah restoran yang terlihat mewah.

Bayu membawanya ke sebuah ruang yang tertutup. Ruangan itu, memang dibuat untuk pelanggan yang membutuhkan privasi.

"Selamat sore," sapa Resti saat ia masuk.

Seorang wanita paruh baya mendekat dan mencium pipi kiri dan kanannya. Membuat Resti terkejut. Ia kembali tersadar dan mencium punggung tangan mereka.

"Ayo, duduk samping mama!" Dewi menepuk kursi di sampingnya.

"Terima kasih, Tante," ucap Resti.

"Panggil mama aja seperti Raka. Sebentar lagi, kamu akan jadi menantu mama," ujar Dewi.

Semudah itu orang tuanya menerima aku? Kenapa semua terasa sangat mencurigakan? tanya Resti dalam hati.

"Kamu pasti bingung, kenapa kami bisa menerimamu dengan mudah," tebak Ibra.

Kedua mata Resti membola sempurna mendengar tebakannya. Melihat ekspresi yang Resti perlihatkan, membuat Ibra tergelak. Sementara Raka, hanya menatap mereka bergantian secara datar.

Obrolan pun berlanjut. Ibra dan Dewi menyukai Resti. Begitu pun sebaliknya. Kemudian, obrolan mereka pun berganti dengan tema pernikahan yang akan dilakukan Resti dan Raka.

"Resti ingin pernikahan yang seperti apa?" tanya Dewi.

"Saya?" Resti menunjuk dirinya. "Karena orang tua saya tak lagi bisa melihat, cukup dengan yang sederhana saja, Tan. Eh, Ma," jawabnya.

"Oke. Berapa banyak undangan yang kalian inginkan?" Kembali Dewi bertanya.

Resti menatap Raka. Meminta bantuan pria itu untuk menjawab. Raka menyadari tatapan Resti. Ia pun berdeham sesaat.

"Menurut Raka, cukup keluarga inti saja."

Dewi dan Ibra menatap Raka. Mencoba mencari tahu alasan di balik ucapan putra mereka.

"Tidak bisa begitu, Raka. Pernikahan itu sekali seumur hidup. Lakukan yang terbaik untuk istrimu," protes Dewi.

"Papa setuju dengan ucapan mama. Kamu tidak bisa melakukan hal itu. Resti akan menjadi istri sahmu. Kau tidak sedang berpikir ini permainan, 'kan?" terka Ibra.

"Ya, gak lah, Pa. Raka hanya butuh waktu untuk mempublikasikannya," elak Raka.

"Saya setuju. Apa lagi, saya juga baru mulai bekerja. Saya tidak ingin orang membicarakan hal yang tidak-tidak tentang pernikahan kami, nanti," ujar Resti membela Raka.

Apa pikirannya selalu positif seperti ini? pikir Raka.

"Kalau begitu, terserah kalian saja. Mama dan papa hanya bisa mendukung keputusan yang kalian sepakati."

Dewi tak bisa berbuat apa pun, jika anak dan calon menantunya sudah memutuskan.

***

Hari terus berganti. Beberapa hari sebelum pernikahan, Raka mulai meragu. Ia tidak yakin, bila langkah yang diambilnya, akan menyakiti Resti. Bayu yang masuk ke ruangannya, bisa melihat kegalauan yang dialami Raka.

"Kenapa lo?" tanya Bayu.

"Gue mulai ragu sama keputusan ini," jawab Raka lirih.

"Belum terlambat kalau lo mau mundur."

"Tapi ...." Raka tak melanjutkan ucapannya.

"Sebagai teman, gue cuma bisa mendukung semua keputusan yang lo ambil. Semangat, Bos." Bayu menepuk pundak Raka.

Mendengar ucapan Bayu, Raka hanya bisa menghela napas kasar. Sejujurnya, aku masih mencintai dan mengharapkan Riska kembali. Tapi, aku juga merasa bersalah, telah membuat Resti menjadi yatim piatu, gumam Raka dalam hati.

Raka memejamkan mata, lalu menyandarkan punggung pada kursi kebesarannya. Mencoba meyakinkan hatinya kembali, bila ini adalah keputusan terbaik.

Terpopuler

Comments

Neng zahra

Neng zahra

seruu ceritanya, semangat kak🥰

2023-07-22

2

lihat semua
Episodes
1 Part 1 ~ Kecelakaan yan tak terhindar
2 Part 2 ~ Yatim piatu
3 Part 3 ~ Pertemuan pertama
4 Part 4 ~ Rencana pernikahan
5 Part 5 ~ Hanya belum siap
6 Part 6 ~ Perubahan Raka
7 Part 7 ~ Interogasi
8 Part 8 ~ Terluka lagi
9 Part 9 ~ Alasan yang tidak masuk akal
10 Part 10 ~ Lagi dan lagi
11 Part 11 ~ Alasan di balik pernikahan
12 Part 12 ~ Harapan
13 Part 13 ~ Bali
14 Part 14 ~ Bertemu Riska
15 Part 15 ~ Resah
16 Part 16 ~ Undangan
17 Part 17 ~ Apartemen Riska
18 Part 18 ~ Kejadian tak terduga
19 Part 19 ~ Ancaman Dewi
20 Part 20 ~ Mencari sebuah jawaban
21 Part 21 ~ Periksa Kehamilan
22 Part 22 ~ Resign
23 Part 23 ~ Kebetulan
24 Part 24 ~ Kedatangan Riska
25 Part 25 ~ Hasil karya Raka
26 Part 26 ~ Peringatan
27 Part 27 ~ Khawatir
28 Part 28 ~ Kemarahan Raka
29 Part 29 ~ Dirawat
30 Part 30 ~ Mari bercerai!
31 Part 31 ~ Kembali berubah
32 Part 32 ~ Topeng
33 Part 33 ~ Perdebatan
34 Part 34 ~ Tragedi
35 Part 35 ~ Kehilangan
36 Part 36 ~ Pembelaan Raka
37 Part 37 ~ Permintaan Dewi
38 Part 38 ~ Keinginan Resti
39 Part 39 ~ Saling merindu
40 Part 40 ~ Menculik?
41 Part 41 ~ Pria dari masa lalu
42 Part 42 ~ Tak sama
43 Part 43 ~ Takdir?
44 Part 44 ~ Kemarahan Raka
45 Part 45 ~ Permintaan Riska
46 Part 46 ~ Mencari jejak
47 Part 47~ Frustasi
48 Part 48~ Teman?
49 Part 48~ Teman?
50 Part 49 ~ we are friend
51 Part 50 ~ Dia?
52 Part 51 ~ Pertemuan
53 Part 52 ~ Yogyakarta
54 Part 53 ~ Teman lama
55 Part 54 ~ Permintaan maaf
56 Part 55 ~ Dimas kembali
57 Part 56 ~ Benci atau rindu?
58 Part 57 ~ Dipukul
59 Part 58 ~ Berkelahi?
60 Part 59 ~ Rumah sakit
61 Part 60 ~ Amarah
62 Part 61 ~ Kecewa
63 part 62 ~ Kedatangan Bayu
64 Part 63 ~ Kiriman bunga
65 Part 64 ~ Raka dan Bayu
66 Part 65 ~ Ungkapan Dimas
67 Part 66 ~ Riska kembali lagi
68 Part 67 ~ Kecelakaan
69 Part 68 ~ Rumah sakit
70 Part 69 ~ Panik
71 Part 70 ~ Amnesia
72 Part 71 ~ Bicara dengan Riska
73 Part 72 ~ Mencoba mengingat
74 Part 73 ~ Berubah
75 Part 74 ~ Di rumah sakit
76 Part 75 ~ Janda
77 Part 76 ~ Penghalang
78 Part 77 ~ Pertemuan di makam
79 Part 78 ~ Tidak amnesia
80 Part 79 ~ Orang di balik kecelakaan Raka
81 Part 80 ~ Ancaman
82 Part 81 ~ Terbongkar
83 Part 82 ~ Hampir saja
84 Part 83 ~ Koma
85 Part 84 ~ Apartemen Dimas
86 Part 85 ~ Duka
87 Part 86 ~ Lebih baik
88 Part 87 ~ Raka cemburu
89 Part 88 ~ Tamu tak diundang
90 Part 89 ~ Permintaan maaf
91 Part 90 ~ Rindu?
92 Part 91 ~ Tidak peka?
93 Part 92 ~ Menyadari
94 Part 93 ~ Dating
95 Part 94 ~ Di restoran
96 Part 95 ~ Akibat patah hati
97 Part 96 ~ Merindukan Dimas
98 Part 97 ~ Kedatangan Dimas
99 Part 98 ~ Dimas Pamit
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Part 1 ~ Kecelakaan yan tak terhindar
2
Part 2 ~ Yatim piatu
3
Part 3 ~ Pertemuan pertama
4
Part 4 ~ Rencana pernikahan
5
Part 5 ~ Hanya belum siap
6
Part 6 ~ Perubahan Raka
7
Part 7 ~ Interogasi
8
Part 8 ~ Terluka lagi
9
Part 9 ~ Alasan yang tidak masuk akal
10
Part 10 ~ Lagi dan lagi
11
Part 11 ~ Alasan di balik pernikahan
12
Part 12 ~ Harapan
13
Part 13 ~ Bali
14
Part 14 ~ Bertemu Riska
15
Part 15 ~ Resah
16
Part 16 ~ Undangan
17
Part 17 ~ Apartemen Riska
18
Part 18 ~ Kejadian tak terduga
19
Part 19 ~ Ancaman Dewi
20
Part 20 ~ Mencari sebuah jawaban
21
Part 21 ~ Periksa Kehamilan
22
Part 22 ~ Resign
23
Part 23 ~ Kebetulan
24
Part 24 ~ Kedatangan Riska
25
Part 25 ~ Hasil karya Raka
26
Part 26 ~ Peringatan
27
Part 27 ~ Khawatir
28
Part 28 ~ Kemarahan Raka
29
Part 29 ~ Dirawat
30
Part 30 ~ Mari bercerai!
31
Part 31 ~ Kembali berubah
32
Part 32 ~ Topeng
33
Part 33 ~ Perdebatan
34
Part 34 ~ Tragedi
35
Part 35 ~ Kehilangan
36
Part 36 ~ Pembelaan Raka
37
Part 37 ~ Permintaan Dewi
38
Part 38 ~ Keinginan Resti
39
Part 39 ~ Saling merindu
40
Part 40 ~ Menculik?
41
Part 41 ~ Pria dari masa lalu
42
Part 42 ~ Tak sama
43
Part 43 ~ Takdir?
44
Part 44 ~ Kemarahan Raka
45
Part 45 ~ Permintaan Riska
46
Part 46 ~ Mencari jejak
47
Part 47~ Frustasi
48
Part 48~ Teman?
49
Part 48~ Teman?
50
Part 49 ~ we are friend
51
Part 50 ~ Dia?
52
Part 51 ~ Pertemuan
53
Part 52 ~ Yogyakarta
54
Part 53 ~ Teman lama
55
Part 54 ~ Permintaan maaf
56
Part 55 ~ Dimas kembali
57
Part 56 ~ Benci atau rindu?
58
Part 57 ~ Dipukul
59
Part 58 ~ Berkelahi?
60
Part 59 ~ Rumah sakit
61
Part 60 ~ Amarah
62
Part 61 ~ Kecewa
63
part 62 ~ Kedatangan Bayu
64
Part 63 ~ Kiriman bunga
65
Part 64 ~ Raka dan Bayu
66
Part 65 ~ Ungkapan Dimas
67
Part 66 ~ Riska kembali lagi
68
Part 67 ~ Kecelakaan
69
Part 68 ~ Rumah sakit
70
Part 69 ~ Panik
71
Part 70 ~ Amnesia
72
Part 71 ~ Bicara dengan Riska
73
Part 72 ~ Mencoba mengingat
74
Part 73 ~ Berubah
75
Part 74 ~ Di rumah sakit
76
Part 75 ~ Janda
77
Part 76 ~ Penghalang
78
Part 77 ~ Pertemuan di makam
79
Part 78 ~ Tidak amnesia
80
Part 79 ~ Orang di balik kecelakaan Raka
81
Part 80 ~ Ancaman
82
Part 81 ~ Terbongkar
83
Part 82 ~ Hampir saja
84
Part 83 ~ Koma
85
Part 84 ~ Apartemen Dimas
86
Part 85 ~ Duka
87
Part 86 ~ Lebih baik
88
Part 87 ~ Raka cemburu
89
Part 88 ~ Tamu tak diundang
90
Part 89 ~ Permintaan maaf
91
Part 90 ~ Rindu?
92
Part 91 ~ Tidak peka?
93
Part 92 ~ Menyadari
94
Part 93 ~ Dating
95
Part 94 ~ Di restoran
96
Part 95 ~ Akibat patah hati
97
Part 96 ~ Merindukan Dimas
98
Part 97 ~ Kedatangan Dimas
99
Part 98 ~ Dimas Pamit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!