Keempat gadis cantik kita sedang berkumpul di markas mereka. Setelah sekian waktu sibuk, akhirnya mereka memiliki waktu luang untuk berkumpul. Keempatnya membicarakan novel Vie, mereka memberi saran dan sedikit masukan. Hingga akhirnya Lili dan Miu menyinggung soal nama mereka di dalam novel buatan temannya itu.
Indi cemberut, menyayangkan karena namanya belum dibuat di sana. Vie mengaku kalau dia sudah memikirkan beberapa nama, tapi tak semudah itu juga membuat nama tokoh. Makanya dia lebih suka menggambarkan sebagai orang tanpa nama saja biar gak terlalu ribet kalau memang memungkinkan dan tokoh itu bukan tokoh penting di ceritanya.
...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀ೋ...
"Nama mereka nanti-nanti aja dibuat, kalau perlu nunggu hampir tamat aja," ledek Lili mulai usil.
"Gak asik lu, Li," tukas Indi sembari melempar kulit kacang ke arah Lili. Sayangnya, tak ada yang kena satu pun sama sekali.
"Bodo, yang penting nama gue udah jadi n cakep!" balas Lili terkekeh mengejek, membuat Indi semakin kesal saja.
"Udah, dari pada berantem, mending pada bantuin gue mikirin nama yang bagus. Untuk gue dan juga untuk Indi!" ucap Vie meminta ketiga kawannya menyumbangkan sedikit ide. "Gue juga belum nemu nama yang cocok untuk gue di cerita gue itu," lanjut gadis itu mengaku kalau dia sudah banyak memikirkan nama, tapi tak ada yang cocok untuk mewakili karakter jahat yang dia buat.
"Hmm, gimana kalau Innet Diaz?" gumam Miu dengan kening mengernyit, sedikit merasa kurang yakin karena menurutnya ada yang kurang dengan nama yang baru saja dia sebutkan.
"Cakep!" ucap Indi penuh semangat, dia bahkan sampai bertepuk tangan sekali saking sukanya dia dengan nama yang baru saja dia dengar. "Fix, itu nama karakter gue di novel lo!" lanjut gadis itu dengan senyum puas.
"Okey, tinggal nama gue lagi, nih," sahut Vie mulai mengetik di ponselnya, menyimpan nama yang barusan diberikan Miu agar mudah diingat.
"Nama lu gak usah dicari Vie, pake aja nama asli lo," celetuk Lili memberi masukan agar mudah.
"Bagus, nama kalian panjang-panjang, cakep-cakep, terus giliran mana gue cukup 'Vie' doang gitu?" dengus gadis itu cemberut.
"Kan katanya lu nyari nama yang cocok, nama yang baru didengar udah tahu, oh ini jahat gitu. Nah, nama lu kan kedengeran sangar tuh kalau pake nada-nada dingin dikit bacanya," kikik Lili mulai usil pada Vie.
"Lama-lama gue bikin juga karakter lu jadi karakter yang paling menderita dan sering gue gangguin. Kalau perlu gue buat jadi orang gila sekalian!" sahut Vie sedikit mengancam.
"Wes, berat. Beraninya pakai ancaman dia kalau gak bisa balas," cibir Lili.
"Udah-udah, nyari nama lagi yuk," lerai Miu yang pusing sendiri melihat keduanya ribut.
"Siap bos!" ucap Lili mengalah. Gadis itu mulai berpikir dengan serius, terlihat dari kerutan yang menghiasi keningnya yang biasanya mulus, pasti Lili sedang berpikir dengan keras agar bisa membantu kawannya.
"Vie Andara?" gumam Lili. "Gak cocok, ya. Nama kita-kita ada kesan orang luar, masa nama Vie dikasih nama yang ketahuan banget kalau orang indo," lanjut gadis itu menjawab sendiri pertanyaan yang dia lontarkan.
"Violetta Embross, gimana?" tanya Vie asal sebut nama yang baru saja dia pikirkan.
"Bungkus, udah pas itu," kata Indi mengacungkan jempol.
"Ada kata bosnya, jadi ketahuan kalau dia ketua kejahatan," sahut Lili yakin kalau nama itu cocok digunakan oleh karakter jahat.
"Ketua kejahatan, gue ratunya kejahatan dong," balas Vie menyombongkan dirinya.
"Gue mau request, jangan buat kita-kita sekolah, plis!" kata Indi tiba-tiba. "Di real kita udah mikirin tugas sampai kepala rasanya mau meledak bentar lagi,masa di cerita yang lu buat kita-kita juga harus berhadapan dengan tugas?!" lanjut Indi menentang dengan keras kalau latarnya tentang sekolah atau semacamnya.
"Jangan pekerja juga!" sahut Lili cepat. "Gak banget disuruh-suruh, belum lagi dibentak-bentak kalau salah, gak salah pun dibentak, apa lagi kalau anak baru. Beuh, menderita-menderita!" kata gadis itu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Jangan polisi juga, capek harus mikir dan nguber penjahat mulu meski cuman di cerita doang," tambah Miu menimpali.
"Baiklah, kalau begitu gue bakalan buat latar yang membagongkan untuk kita berempat!" kata Vie memutuskan. "Kita semua bakalan jadi anak tunggal, punya orang tua yang tajir melintir, kekayaan gak akan ada habisnya, aset di mana-mana, gak perlu kerja karena napas aja udah menghasilkan duit yang gak kehitung nominalnya!" kata Vie mulai lagi halunya.
"Gue suka itu!" tukas Indi cepat sambil menjentikkan jarinya. Gue jadi bisa shopping sepuasnya tanpa takut yang namanya limit!" lanjut gadis itu dengan wajah kelewat senang.
"Gak apa-apa deh cuma dalam novel, yang penting gue anak orkay!" timpal Lili terkekeh bahagia.
"Di real lu juga holang kaya, dodol!" dengus Vie mengingatkan kenyataan kalau mereka memang termasuk anak-anak yang sangat berkecukupan. Uang jajan mereka saja cukup dan masih bisa ditabung setiap harinya, mereka tak pernah kelaparan, atau harus mencari uang dulu baru bisa membeli makanan yang mereka inginkan.
"Maksudnya Lili kan gak sekaya di cerita lu, Vie," kata Miu menjelaskan.
"Itu sudah pasti, kan cerita gue penuh dengan halu tingkat dewa!" timpal Vie tanpa beban.
"Gue gak mau kalau ada cinta-cintaan buat karakter gue!" kata Miu bergidik geli membayangkan karakternya sayang-sayangan atau jadi bucin dengan karakter cowok di dalam novel.
"Gue juga, gue mau jadi lajang yang paling bahagia dan ngabisin duit gue cuma buat gue sendiri!" kata Lili menambahkan.
"Gue serah, asal tak jadi bucin tolol yang ngabisin duit gue cuma buat cowok gak level," kata Indi tak terlalu ambil pusing kalau memang cerita kawannya itu membutuhkan unsur romansa di dalamnya. Dia siap dijadikan tumbal asal dia bisa dapat cowok yang oke, tampan, setia, cuma mikirin dia, dan gak matre. Baginya tak ada masalah kalau dirinya diberikan pasangan yang seperti itu di novel kawannya.
"Maaf, untuk yang satu ini permintaan kalian gak bisa gue penuhi!" kata Vie menarik garis keras. "Gue perlu sosok cowok yang bakalan ngerebutin kalian bertiga tapi gak peduli sama gue, jadi gue bakalan jahatin kalian gara-gara rasa dengki, iri, cemburu, dan gak terima!" lanjut gadis itu menjelaskan. "Tapi tenang aja, tuh cowok yang bakalan ngejar-ngejar, jadi gak akan ada yang jadian sama dia," lanjut Vie lagi.
"Bisa dibilang lu cuma manfaatin tuh karakter biar lu bisa jadi penjahat, gitu kan?" kata Lili menyimpulkan.
"Yup, seribu persen tepat!" kata Vie puas. Mereka pun terus berdiskusi sampai keempatnya pulang ke rumah masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments