3

Liburan usai, waktunya kembali ke kenyataan dan menghadapi rutinitas yang memuakkan. Tugas menumpuk dan juga soal-soal dadakan dari pembimbing mereka pasti akan datang seperti bom atom yang tak ada habisnya.

"Gue butuh waktu ekstra," kata Lili tepar di tempatnya.

"Rasanya dua puluh empat jam sehari itu masih sangat-sangat kurang untuk menyelesaikan tugas gue yang numpuk melebihi tingginya gunung!" sahut Indi mengeluh.

"Buat napas pun rasanya gak ada waktu," tukas Miu.

Hening, tak ada lagi sahutan, padahal masih ada satu orang lagi yang belum ikutan mengeluh atau menyumbang. Ketiganya segera menatap sahabat mereka yang tak ikutan bersuara meski mereka diam dan menunggu selama beberapa saat. "Apa?" tanya orang yang bersangkutan saat merasakan tatapan dari ketiga kawannya. "Napa kalian liatin gue?" tanya gadis itu lagi.

"Bumi kepada Vie, bumi kepada Vie! Bagaimana kabar anda di sana?" dengus Lili sambil merotasikan matanya, dia setengah kesal karena sudah berkeluh-kesah tapi kawannya malah tak menanggapi dengan ikutan mengeluh seperti yang lainnya.

"Lili yang ada di mars, Lili yang ada di mars. Bumi dalam keadaan baik, hanya manusianya saja yang banyak gak baik," balas Vie absurd seraya melemparkan senyuman polos tanpa dosa.

"Lu tadi mikirin apaan sih, Vie?" tanya Indi ingin tahu. "Kita semua saling mengeluh tapi lu malah diem aja pas dikasih giliran ngeluh juga," lanjut gadis itu menjelaskan.

"Ngeluh juga tak menyelesaikan tumpukan tugas gue, mending gue diem aja dan pergunain waktu gue sebaik mungkin untuk setiap detiknya," tukas Vie dengan entengnya.

"Bener juga, sih," gumam Indi sembari mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Eh, novel lu gimana?" tanya Miu mengalihkan pembicaraan. "Gue liat belum ada notif, apa mungkin aplikasi gue yang lagi error?" tanya gadis itu menunjukkan layar ponselnya, di layar tersebut terlihat novel yang sedang ditulis oleh kawannya. Hanya ada satu bab dan belum ada tambahan bab lain, padahal hari sudah berlalu lebih dari seminggu sejak pertama kali kawannya itu mulai menulis.

"Oh, emang belum gue post kok," kata Vie santai.

"Lu bingung mau nulis lanjutannya gimana, kan?" tebak Lili sok tahu.

"Nggak, lah. Gue itu kalau nulis sejam juga kelar, tapi malas aja up," kilah Vie sedikit sombong. "Gue pengen up banyak sekalian, terus langsung main kontrak!" akunya penuh ambisi.

"Yakin mau kontrak?" tanya Miu takut kalau kawannya semakin sulit membagi waktu antara tugas-tugas yang kawannya itu punya dan tuntutan dari kontrak yang nanti dijalani.

Vie menggaruk pipinya yang tak gatal, gadis itu terlihat ragu dengan apa yang dia katakan. "Gue cuma pengen aja, sih. Gak juga harus sampai maksain diri apa lagi sampai gak tidur gara-gara ngurusin ini dan itu," tutur Vie sedikit ragu tapi teramat jujur.

"Sebagai sohib lo, kita-kita cuman bisa ngasih dukungan aja. Semangat, Vie!!!" kata Miu menanggapi. Lili dan Indi mengangguk sambil tersenyum lebar.

"Gue laper, ayo kita makan!" ajak Vie seraya berdiri dari duduknya.

"Lu gak capek apa?" tanya Indi mendesah malas. Gue malas gerak, bahkan ke sini aja gue udah maksa banget karena kita udah cukup lama gak ngumpul bareng," katanya terlihat sangat lelah dengan semua hal, bahkan untuk menggerakkan tangannya saja gadis itu terlalu malas, apa lagi diajak makan yang membutuhkan banyak tenaga.

"Makan itu penting, kawan!" kata Vie menanggapi.

"Emang ada makanan di markas kita?" tanya Lili yang rupanya ingat kalau mereka sudah lama tak berbelanja untuk mengisi kulkas di markas mereka ini.

Vie menepuk dahinya pelan. "Gak ada! Dan kita udah lama gak belanja!" tukas gadis itu.

"Pesan aja, kalau udah datang baru kita makan bareng," ucap Indi memberi saran.

"Ya, udah. Ayo kita pilih-pilih terus pesen semua yang kelihatan enak!" tanggap Vie kembali bersemangat.

...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀ೋ...

Sedikit cerita tentang empat sahabat yang sangat akrab dan tak pernah bertengkar ini, mereka semua bersahabat dari kecil. Orang tua mereka juga saling mengenal, makanya mereka lebih cepat menjadi akrab dan menjadi sahabat secara alami.

Dimulai dari Miu, sapaan yang lebih akrab dari Miura Syifa Khumaira. Gadis yang sangat sopan, jarang marah, pandai menjaga emosi, lebih sering ngerasa gak enakan, lebih mementingkan urusan orang lain dari pada dirinya sendiri. Untungnya dia bertemu dengan tiga sahabat sejati yang sering menjadi perisai kalau dia mau dimanfaatkan oleh orang lain. Itulah gunanya sahabat, untuk mencegah kawannya dimanfaatkan oleh teman yang ada maunya. Dilambangkan dengan warna merah, karena lebih berani kalau sudah marah dan kalau malas dengan seseorang dia udah gak mau lagi kenal atau melihat dengan orang itu.

Indi atau yang lebih dikenal dengan nama lengkap Indi Indira Putri, gadis yang ceria, sering mengeluh, baik hati, hampir mirip dengan Miu yang gak enakan sama yang namanya 'Temen'. Dilambangkan dengan warna putih yang polos dan berhati baik. Yah, karena belum pernah dia marah pada sahabatnya jadi Indi masih tetap memegang warna putih.

Untuk yang berikutnya, mari kita berkenalan dengan Lili Permata Sari. Gadis yang kelewat blak-blakan, sering keduluan emosi baru abis itu mikir, kalau udah marah gak ada rem-nya sama sekali, sopan dan baik itu sudah pasti, gak ada yang gak kenal dengan gadis satu ini di kampusnya, orangnya sangat supel dan jujur, makanya banyak yang suka. Gadis yang dilambangkan dengan warna biru ini penuh dengan keceriaan dan sangat santai dalam berteman atau berbicara.

Nah untuk yang terakhir, anggota paling cerewet, paling banyak makan, paling banyak maunya, paling meledak-ledak tapi juga paling melankolis orangnya. Kalau bertindak gak pakai yang namanya perhitungan, langsung set sat set semua kelar. Gak ada yang namanya menyesal karena itu udh jadi pilihan yang dia tetapkan, pendiriannya susah diubah atau bisa dibilang keras kepala. Orang tuanya aja nyerah kalau mau menasehati gadis satu ini, entah siapa yang bisa kuat dan bertahan jadi pawangnya nanti di masa depan. Untuk warna, gadis ini memilih hitam untuk dirinya sendiri. Alasannya sudah pasti karena dia suka, sesimpel itulah seorang Vie, Vie Azlina Marwa.

Persahabatan yang terjalin karena para orang tua saling mengenal, kecocokan mereka dan saling menerima bagaimana pun mereka saling mengejek. Keempatnya kelewat cocok dan terus bersahabat tanpa pernah ada pertikaian yang pernah terjadi. Mereka memiliki markas yang sengaja mereka buat untuk tempat pertemuan, para orang tua mereka juga tahu dengan hal tersebut. Begitulah hari-hari yang mereka lewati saat mereka berkumpul bersama. Terkadang mereka juga saling membantu membuat tugas saat mereka mempunyai waktu meski hanya sedikit.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!