2

Hari ini, keempat dara jelita yang bersahabat itu memutuskan untuk liburan bersama. Mumpung musim liburan panjang dan mereka tak memiliki tugas dari sekolah. Jadi, tak ada salahnya menghabiskan waktu dengan bersenang-senang.

"Astaga, lu bawa apaan sebanyak itu?" pekik Miu menatap penuh tanya koper-koper Vie yang berderet dengan rapi di sisi gadis itu.

"Lu mau liburan atau pindahan, sih?" ketus Lili seraya menggelengkan kepalanya heran.

"Liat Lili, cuma bawa satu tas ransel aja udah cukup," timpal Indi memikirkan bagasi mereka akan penuh dengan koper milik Vie saja.

"Ini tuh penting tahu!" kata Vie bersikeras kalau dia membawa hal-hal yang paling penting, bukan cuma benda-benda gak diperlukan. "Di sini ada selimut, jaket, jas ujan, ada payung juga, terus ada tenda, ada alat masak, korek, dan kompor portabel," jelas Vie sambil menunjuk koper-kopernya.

"Vie, kita liburan dan bakalan nginep di hotel, bukannya kamping di hutan belantara yang gak ada kehidupan," kata Miu menyanggah.

Lili mengangguk membenarkan. "Jadi gak perlu bawa tenda, jas hujan, kompor, dan yang lainnya, bund!" kata gadis itu menambahkan.

"Jaga-jaga aja, gak ada salahnya. Kalau gak dipakai, gak kenapa-napa juga. Yang penting ada dulu, sedia payung sebelum hujan kata emak gue!" kata Vie yang selalu siap sedia dengan segala sesuatu yang mungkin dibutuhkan di dalam tas Doraemon-nya. Kenapa disebut tas Doraemon, ya kerena seperti kantong Doraemon, semua serba ada walau ukurannya pasti kecil-kecil yang dibawa.

"Ya, udah. Ayo berangkat aja, ntar makin siang cuma gegara ributin barang bawaan aja," kata Miu menengahi. Vie dan segala persiapannya, apa lagi kalau ada embel-embel kata emak gue, udah kelar. Gak akan ada yang bisa membantah kata keramat yang memenuhi isi kepala sahabat mereka itu. Belum lagi mereka juga bingung, kenapa sahabatnya itu memanggil ibunya emak bukannya mama, mami, atau nyokap lah. Kayak gak cocok aja sama gaya bicara kawannya yang gaul abis itu.

...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀ೋ...

Belum sampai tengah hari, mereka berempat sudah sampai di pinggiran desa yang memiliki pemandangan sangat-sangat indah. Belum lagi tepian pantai yang bisa dilihat sejauh mata memandang, sungguh menyegarkan. Ingin rasanya mereka segera menceburkan diri ke air dan bermain di sana, tapi keempatnya memilih memesan kamar dulu dan membongkar barang yang mereka bawa. Mereka sepakat setelah makan baru mereka akan bermain air di sore hari. Terlalu panas kalau bermain tepat setelah makan siang berakhir.

"Udaranya beda, ya," celetuk Indi menghirup rakus udara yang sangat segar menurutnya, berbeda dengan udara di ibukota yang yah, tak usah dikatakan pasti semua sudah pada tahu.

"Ya, iyalah. Masih seger dan asri begini, pasti udaranya fresh," kata Lili menanggapi. "Pengen gue bungkus terus jual di sono, pasti banyak yang mau beli," lanjut gadis itu mulai asal cuap.

"Masukin ke mana? Kresek item?" cibir Indi menanggapi ocehan asal sahabatnya yang satu ini.

"Masukkan ke botol aja atau kaleng, Li!" celetuk Vie ikut-ikutan ngasal.

"Yaelah, ini juga satu ikut-ikutan aja. Udah tahu temennya gak bener!" dengus Indi setengah kesal.

"Bisa jadi duit loh, Di. Kalau laku banyak, tinggal minta bagian sama Li!" kata Vie lagi, mata gadis itu berbinar memikirkan uang yang akan mereka dapatkan kalau memang mereka jadi membawa udara yang segar dan menjualnya di kota nanti.

"Astaga, aku menyerah," kata Indi pasrah, dia melirik ke arah Miu dengan tatapan memelas.

"Biarin saja, serah mereka asal bahagia aja," kata Miu menanggapi tatapan dari Indi kepada dirinya. "Gimana novel lo?" tanya Miu mencari topik baru setelah beberapa saat diam.

"Udah lanjut belum?" tambah Indi ikutan bertanya. Yah, kalau ada bab baru, bisa sekalian dititipin jempol lah, itu kan gunanya temen.

"Gak tahu juga gue, tuh novel gue baik-baik aja apa nggak, belum gue tanyain soalnya," cerocos asal sang penulis abal-abal yang sayangnya merupakan teman baik mereka. Kalau soal lanjutan, kabar baiknya gue belum nulis satu kata pun lagi, he-he," tambah gadis itu cengengesan.

"Banyaknya waktu lu dan lu belum nulis lagi dari kemaren?" celetuk Lili.

"Kan kita lagi liburan, ngapain lanjut nulis?" balas Vie lebih mementingkan liburan bersama mereka. "Lagian gue nulis untuk ngisi waktu kalau kita-kita gak bisa ngumpul trus gue gak ada kegiatan, bukannya untuk fokus bener-bener jadi penulis, kok," lanjut gadis itu yang hanya memilih ikutan menulis sebagai pengisi waktu luang.

"Padahal ada yang bilang kalau nulis bisa dapet cuan, loh, Vie," bisik Lili.

"Gue tahu, tapi gue gak terlalu berharap untuk itu. Yah, lu pada tahu sendiri lah tulisan gue kayak apa. Kata kalian kalau ada yang baca dan like selain kita-kita aja udah sukur banget, kan?" tukas Vie yang selalu ceria.

"Andai aja gue bisa mikir sesederhana lu, Vie," kata Miu, kedua sahabat mereka yang lain mengangguk membenarkan.

"Lah, tinggal ikutin aja, gak usah dibuat ribet!" kata Vie menimpali.

"Gak segampang itu, Vie. Banyak yang emang kayak dibuat jadi masalah dan harus dipikirin sebaik-baiknya sebelum dilakuin atau dijalani," ujar Indi menjelaskan.

"Stop bahas masalah yang ribet, kita di sini buat liburan dan main air sepuasnya. Ayo rehat dulu, ntar sore baru kita jalan-jalan!" tukas Vie berdiri dari duduknya.

"Yup, mari kita dengarkan kata sesepuh kita yang satu ini!" kekeh Miu sedikit bercanda.

"Dih, inget aja lu kalau gue udah idup selama ribuan tahun di bumi ini!" dengus Vie berpura-pura kesal. Tak lama keempatnya tertawa bersama, mereka masuk ke kamar yang mereka sewa dan beristirahat di dalam sana, menunggu sore hari datang dan mereka akan bermain air di pantai sepuasnya.

Mereka sangat tahu setelah liburan ini mereka akan sibuk dengan urusan masing-masing. Jadi, mungkin hanya kali ini mereka bisa berkumpul dan bermain bersama dengan leluasa. Setelahnya, akan banyak tugas yang mereka hadapi. Makanya Vie memilih membuat novel online untuk mengisi waktu luang agar tak bosan.

Kenapa harus menulis, karena menurut Vie itu yang paling mudah dikerjakan dan waktunya juga fleksibel, terserah di mana saja dan kapan saja dia bisa. Kalau memasak dan menjahit, bukannya Vie gak bisa, dia terlalu malas mengerjakan dua hal semacam itu.

Mereka berempat sudah berteman sejak kecil, makanya mereka bisa seenaknya berbicara kalau lagi berkumpul. Gak ada lagi kata ja'im, aib mereka sudah bukan rahasia lagi di antara keempatnya. Pokoknya mereka berempat tahu bagaimana sifat dan watak dari diri mereka masing-masing.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!