Bab 4

Khalifah hanya diam mendengar desas desus yang beredar di sekolahan. Semua teman kelasnya sibuk membahas tentang jadiannya Dean dengan Wirda adik kelasnya.

Khalifah hanya diam tanpa mau membahas. Entah kenapa hatinya terasa sakit saat mendengar berita itu. Namun dia harus bisa menyembunyikan semuanya. Karena bagi Khalifah ini hanya cinta monyet. Masa depannya masih panjang.

Aulia nampak berlari masuk ke dalam kelas Khalifah. Dia nampak agak ngos - ngosan.

Aulia menarik kursi di depan Khalifah. Teman sebangku Khalifah yang bernama Arsy juga nampak menunggu berita apa yang akan di sampaikan oleh Aulia.

"Fa, ternyata berita itu benar, tadi aku nampak Dean bersama Wirda ngobrol di dekat tangga." ucapnya seperti mata - mata yang melaporkan berita penting kepada atasannya.

"Benaran kamu nampak mereka ngobrol?" tanya Arsy nampak membara.

"Benar, kamu sih fa nggak peka." ucap Aulia menyalahkan Khalifah.

"Aku kenapa?" tanya Khalifah mencoba menutupi rasa kesedihannya.

"Kamu kurang peka, kemaren - kemaren kamu terlalu lama mengabaikan dia." ucap Aulia.

"Bukan macam itu, aku ragu sama perasaan ku sendiri, kita ini anak pondok Au, kamu taukan kita di larang berpacaran , kita tidak boleh pacaran." jawab Khalifah.

"Tapikan kamu suka fa? kan kamu juga bisa membatasi pacarannya, jangan berbuat yang negatif." ucap Arsy.

"Kamu bukan anak pondok sy, jika ketauan pacaran bisa - bisa aku di keluarkan." jawab Khalifah.

"Berarti diam - diam, kamu kan pacarannya di sekolah bukan di pondok." jawab Arsy lagi yang memang bukan mondok.

"Aku tidak berani seperti itu, aku takut pacaran akan merusak apa yang telah di ajarkan di pondok, aku hanya ingin menjaga apa yang aku dapatkan di pondok." jawab Khalifah.

"Berati kamu siap kehilangan dia?" tanya Aulia.

"Tidak apa-apa, ini masih cinta monyet, suka bukab berarti memilikinya." jawab Khalifah mencoba tersenyum walaupun hatinya sakit.

"Tapi apa bedanya suka dengan pacaran? toh kamu masih memikirkan dia." ucap Arsy.

"Suka itu wajar sy, karena bagaimanapun aku ini wanita, yang nggak normal jika aku suka sama kamu." jawab Khalifah.

"Ih amit - amit." jawab Arsy tertawa.

"Kamu nggak apa-apa fa? kamu nggak marah sama Wirda?" tanya Aulia.

"Kenapa aku harus marah?"

"Kamu taukan bahwa awalnya Wirda dulu yang menyukai Dean, Wirda meminta bantuan bang Habibie." ucap Aulia.

"Ohw jadi bang Habibie yang membantu membuat mereka dekat, padahal bang Habibie juga mendukung aku dan Dean pada awalnya."

"Iya, bang Habibie itu nggak konsisten tau, kepada si A dia ngomong gini kamu ke B juga ngomong gitu." jawab Aulia.

"Habibie itu besar omongan, kata orang Barat gadang Ota." ucap Cahaya membuat Khalifah dan Aulia tertawa.

"Barat sumatera ya sy."

"Betul, udahlah kita liat bagaimana Dean itu sama si Wirda, ayo ke kelas aku biar bertemu dengan dia." ajak Aulia.

"Nggak ah, malas melihat dia."

"kamu malu bertemu dengan dia?" tanya Arsy kepada Khalifah.

"Malas aja, lain kali aja, jajan yuk, lapar nih."

"Ayukkkkk." jawab Arsy yang kebetulan juga lapar.

Mereka berjalan menuju kantin sekolah beriringan. Sampai di kantin mereka mengantri untuk memilih makanan yang mereka mau.

Khalifah mengedarkan pandangannya ke arah tempat duduk yang kosong. Tiba-tiba matanya tertuju ke salah satu meja. Di meja itu ada Dean, Habibie, Wirda dan Lala.

"Kamu melihat juga? liat mereka sudah mulai terang - terangan pacaran." bisik Aulia.

"Biarin saja, dunia hanya milik mereka, yang jomblo hanya numpang." jawab Khalifah membuang muka.

Ada kekecewaan di hatinya untuk dean. Dia menyadari bahwa cinta lelaki itu hanya sedikit untuknya. Jika lelaki itu benar-benar mencintainya maka ia yakin bahwa dia akan bersabar menunggunya sampai waktu yang pas.

Setelah sampai di depan meja kantin, Khalifah mengambil apa yang ia mau beli. Dia membeli nasi goreng yang sudah di kotakin.

"Kita duduk di meja sana aja." ajak Arsy.

"Cari tempat lain aja sy." ucap Khalifah tau kemana arah temannya itu.

"Katanya tidak apa - apa kenapa harus segan segala." ucap Aulia.

"bukan seperti itu, walaupun tidak apa - apa bukan berarti kita sengaja duduk di sana, seolah-olah kita menantang mereka, aku hanya tidak ingin membuat suasana tidak baik." jawab Khalifah.

"Jika membuat suasana hatimu tidak baik jika kita makan di pohon aja kali." ucap Aulia mencoba memahami hatinya Khalifah.

"Tapi aku pakai mangkokih, seblak aku giman dong." ucap Arsy.

"Ya udah, karena tempat lain tidak ada yang kosong, kita di sana aja."jawab Khalifah mengalah.

Dia tidak mungkin egois hanya memikirkan dirinya sendiri. Bagaimanapun dia harus menghormati Arsy.

"Benaran kamu nggak apa-apa fa?" tanya Aulia meyakinkan sahabatnya itu.

"Iya nggak apa-apa."

Mereka berjalan menuju meja yang kosong. Khalifah duduk dengan berpura-pura tidak melihat siapa yang duduk di sebelah kiri mejanya.

Sebelah kiri Khalifah duduk Wirda yang menghadap Dean. Dean menyadari Khalifah duduk di meja yang tidak jauh dari mejanya. Wanita itu tidak menatapnya sama sekali.

Dean melihat wanita itu hanya fokus dengan makanannya. Sekali - kali dia hanya tersenyum dengan Aulia yang duduk di hadapannya.

Wanita itu makan dengan diam tanp berbicara. Dia hanya tersenyum manis saat Arsy mengoceh.

Dean merasa bersalah kepada wanita itu. Bagaimanapun wanita itu adalah cinta pertamanya.

"Manis sekali senyumnya, makan tanpa bicara, adab kamu memang benar-benar bagus." ucap Dean dalam hatinya.

Habibie menyadari kemana arah pandangan Dean. Dia segera memijak sepatu Dean agar menyadari bahwa ada Wirda di antara mereka.

"Sepertinya kami harus ke kelas dulu, ada tugas yang belum selesai." ucap Dean berpamitan.

"Baik, sampai jumpa nanti." ucap Wirda tersenyum.

"Sepertinya kita juga harus ke kelas juga." jawab Lala yang mengetahui kenapa Dean harus pergi.

Dia melihat rombongan Khalifah duduk di meja sebelah mereka. Mereka akhirnya beranjak meninggalkan kantin.

"Huuuu merasa terganggu mereka dengan kita." ucap Arsy yang melihat rombongan itu meninggal kantin.

"Nggak baik mengganggu orang sy, nggak boleh senang di atas kesengsaraan orang lain." nasehat Khalifah yang telah selesai makan.

"Kita itu bukan menganggu loh, mereka aja yang terganggu sama kita, kita itu di sini sebagai penolong mereka agar tidak terjerumus kepada Zina." jawab Arsy dengan semangat.

"Terserah kamu aja lah sy, jangan berlebihan, nanti nggak enak sama Wirda." ucap Khalifah.

"Kamu masih aja baik, dia sudah merebut Dean dari kamu." jawab Arsy.

"Dia tidak merebut siapapun dari aku karena Dean bukan suami aku." jawab Khalifah.

"Tapi dia tau bahwa kamu menyukai Dean." jawab Aulia.

"Dia juga suka, udah jangan kayak gitu." ucap Khalifah yang tidak ingin teman-temannya seperti itu.

"Itu si Habibie ngapain juga masih datang ke sekolah, udah lulus masih aja nongol." ucap Aulia nampak tidak suka.

"Biarin aja ah, ornag bersilaturahmi kok gitu." jawab Khalifah.

"Laki-laki kok ember, iyakan Au?" tanya Arsy.

"Udah ah, nggak baik berburuk sangka kepada orang lain, jika rasa suka yang aku punya membuat kalian berpikiran negatif kepada orang lain, lain kali aku tidak akan mau cerita, Yuk ke kelas." ajak Khalifah menegur mereka berdua.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!