Sepulang dari salon aku dan Stevi tak langsung pulang. Kami pergi ke mall terlebih dahulu karena kata Stevi, dia ingin mengambil barang yang sudah lama dia pesan.
Aku merasakan perbedaan saat diriku melintasi orang-orang. Aku melihat tatapan yang seakan kagum padaku, entah mungkin karena setelah dari salon, aku terlihat lebih segar.
Namun, aku melihat Stevi yang terlihat melenggak-lenggokkan tubuhnya sambil tersenyum dan sesekali menyibakkan rambut panjangnya ke belakang. Entah berapa kali aku melihatnya melakukannya. Apa yang direncanakannya sehingga terus-menerus melakukan itu?
Kami pun sampai di sebuah toko tas yang menurutku lumayan bagus dan memiliki harga cukup mahal untuk orang biasa seperti kami. Aku pun melirik kartu debit yang dikeluarkan dari dompet Stevi. Mataku membola saat melihat bahwa itu adalah kartu debit mamaku. Aku melihat ada tulisan nama Anna di sana.
"Stev, itu kan kartu debit mama, kok ada sama kamu sih?" tanyaku sambil terus melihat kartu debit yang sudah berpindah tangan ke pemegang mesin kasir.
"Oh, iya, Mbak, soalnya Tante Anna minta tolong aku buat ambilin pesanannya."
"Jadi kamu tau dong password kartu debit mama?"
"Hehe, iya, Mbak, aku tau."
Aku hanya melengos saja. Tidak ingin berdebat lama-lama dengan Stevi karena yang harusnya menjawab pertanyaan ini adalah mamaku.
"Ya udah, ayo sekarang kita pulang," ajakku.
"Nanti dulu, Mbak, aku laper nih, yuk kita makan dulu," ucap Stevi sambil memegangi perutnya. Aku pun juga merasa lapar karena kami cukup lama berada di salon dan hanya memakan makanan ringan saja.
Kami pun pergi ke salah satu restoran yang ada di sana dan memesan makanan sesuai selera kami. Selagi menunggu pesanan datang, aku hanya memainkan ponselku, untuk melihat apakah ada yang mengirim ku pesan, atau operator tidak penting yang menawarkan pinjaman ataupun jasa.
Namun, mataku terasa sedikit risih ketika melihat pemandangan yang ada di depanku. Stevi berkali-kali melakukan foto selfie dengan gaya yang sangat centil. Tersenyum, menjulurkan lidah, memakai gaya peace, atau berpura-pura ke arah lain seolah-olah tidak sengaja terfoto.
Foto selfie? Ah, aku pun teringat dengan diriku sendiri yang tidak pernah sekalipun berfoto selfie. Bukan aku tak bisa, tapi aku sangat malu karena tidak pandai bergaya dan juga penampilanku yang sangat tidak menarik.
Aku terus memperhatikan tingkah laku Stevi yang semakin membuatku muak. Bisa-bisanya dia terus berfoto tanpa lelah. Dan setelah selesai berfoto, dia memainkan ponselnya seperti sedang mengedit sambil terus tersenyum. Aku tahu itu adalah senyuman manis yang dibuat-buat. Tapi untuk apa?
Aku pun menoleh dan melihat bahwa di belakang kami ada beberapa orang pria yang sedang memperhatikan Stevi sedari tadi. Ah, jadi ini maksudnya? Dia sedang tebar pesona?
Pria itu tampak saling berbisik dan menunjuk-nunjuk Stevi. Mereka terlihat berdiskusi hingga akhirnya salah satu dari mereka pun mendatangi kami.
"Hai, boleh kenalan, nggak?" tanya pria itu sambil mengulurkan tangannya kepada Stevi.
Stevi dengan cepat menjabat tangan pria itu dan memperkenalkan dirinya dengan sangat imut dan manja. Cih, aku tidak pernah melihatnya seperti itu di rumah. Apakah begini tingkah lakunya jika sedang di luar?
Pria itu pun pergi setelah saling bertukar nomor ponsel dengan Stevi. Aneh sekali, mengapa Stevi memberikan nomornya sembarangan bahkan kepada pria yang baru dikenalnya? Aku hanya menggelengkan kepalaku saja, lalu beralih kembali ke ponselku.
Tingg, ada sebuah pesan yang masuk, yaitu dari mama. Aku pun membuka pesan itu dan betapa terkejutnya aku ketika melihat isi pesan tersebut adalah foto....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Tati st🍒🍒🍒
masih beetanya2 kenapa mamahnya memberi perhatian lebih buat stevi
2022-12-21
2
susi
🤔🤔🤔🤔🤔
2022-12-15
0
🍆Uswah Mulyono🍆
karna Stevi kurang kasih sayang,jd iri sebenere sama hanin
2022-12-15
0