Pagi-pagi buta Salsa sudah memuntahkan seluruh isi dalam perutnya yang terasa bergejolak. Semenjak mengetahui tentang kondisi dirinya yang berbadan dua, Ia harus tersiksa dengan rasa mual, kepala yang sering pusing dan badan yang mudah lelah saat beraktifitas. Wanita muda itu membasuh bibirnya dengan air keran setelahnya melangkah menuju ke kamar dengan langkah sempoyongan, di tambah tadi malam Ia belum makan apapun. Bukan apa-apa, Ia harus berhemat untuk pengeluaran apalagi Ia sebagai pendatang baru di Jakarta untuk mencari pekerjaan termasuk mencari keberuntungan untuk mengubah nasib perekonomian keluarganya.
"Kepala ku pusing..." lirih Salsa yang mendudukkan dirinya di kasur lantainya.
Tok tok
Suara ketukan pintu yang cukup keras membuat Salsa tersentak kaget, baru saja Ia ingin mengistirahatkan kembali tubuhnya di kasur. Dan ketukan pintu itu semakin lama semakin nyaring.
"Siapa pagi-pagi bertamu?" gumam Salsa melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 05: 45 pagi. Dengan lesu Salsa bangkit dari kasur dan berjalan menuju ke pintu keluar.
Ceklek
Tubuh wanita itu mematung ketika tahu siapa yang bertamu pagi-pagi ke rumah kontrakan nya.
"A...ada apa Bapak ke sini?" tanya Salsa gugup dan suara tercekat.
"Siapkan diri mu, pagi ini kita akan menikah. Dan hari ini saya harus pergi keluar kota," ucapnya tegas dan tak ingin di bantah.
"Tapi ini terlalu pagi, Pak. Saya..."
"Cepat! Jangan buang-buang waktu saya," sela Rafka menatap tajam Salsa." Kau yang ingin saya bertanggungjawab jadi jangan bertele-tele lagi."
Salsa menundukkan kepalanya sejenak, menghembuskan napas berat. Wanita itu membalikkan tubuhnya masuk ke dalam rumah. Ia mengambil pakaian yang biasanya Ia pakai saat bepergian.
"Cepat, waktu saya tidak banyak," desak Rafka memperingatkan. Sesekali pria itu melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kekarnya. Hari ini Ia akan terbang ke Bali untuk peresmian hotel miliknya yang baru di buka dan akan segera beroperasi.
Pandangan Rafka mengedar menatap sekitar rumah kontrakan Salsa yang menurutnya sangatlah kecil. Hanya ada satu ruangan yang menjadi kamar dan dapur. Dan satu lagi, kamar mandi. Entah bagaimana wanita itu bisa betah tinggal di sini. Tidak lama Salsa keluar dari kamar mandi dan sudah berganti pakaian.
"Sudah lama tinggal di sini?"
"Baru satu bulan, Pak." Rafka manggut-manggut mendengarnya.
"Nanti orang suruhan saya akan memindahkan semua barang-barang kau ke apartemen."
Mata Salsa terbelalak mendengarnya." Kenapa harus pindah ke apartemen?"
"Kau kira saya akan betah tinggal di sini! Kita akan menjadi suami istri dan kau harus ikut saya termasuk tinggal di apartemen. Dan saya tidak mau anak saya yang kau kandung kenapa-kenapa karna tinggal di kontrakan yang lebih tepatnya seperti pembuangan sampah."
Salsa tampak menganga mendengar itu. Menurutnya rumah kontrakannya sudah sangat bersih dan layak untuk di tempati.
"Arjo!" panggil Rafka dengan suara yang cukup keras.
"Iya, Tuan." Arjo, pria yang mengenakan pakaian serba hitam kini berdiri di samping Rafka.
"Suruh anak buah kita memindahkan semua barang-barang perempuan ini ke apartemen ku. Sebelum saya pulang, semuanya sudah selesai," perintahnya.
Pria bertubuh kekar itu mengangguk."Siap Tuan."
"Ayo ikut saya." Rafka meraih pergelangan tangan Salsa dan menariknya menuju mobil yang terparkir di depan gang.
"Tapi saya belum mengemasi barang-barang saya. Mereka tidak tahu mana yang harus di bawa ke apartemen Bapak." Salsa berusaha melepaskan cengkraman tangan Rafka yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Anak buah saya lebih pintar dari pada kau. Mereka tahu mana yang harus di angkut." Rafka membukakan pintu mobil dan mendorong pelan Salsa yang kini sudah duduk di jok depan mobil.
"Kita akan menikah di apartemen saya. Setelah itu saya akan berangkat ke Bali." Rafka menjalankan mobilnya. Salsa diam.
Mobil sedan Lamborghini yang di kendarai Rafka melaju dengan kecepatan normal membelah jalanan yang lengang, hanya ada beberapa mobil dan mengendara lain yang berpapasan. Sementara Salsa menatap ke arah jendela luar mobil dengan segala pemikiran yang memenuhi kepalanya. Dan matanya rasa ingin tertutup, rasa kantuk masih tersisa.
"Sudah sampai," ucap Rafka. Pria itu lebih dulu turun dari mobil dan di susul oleh Salsa yang mendongak menatap apartemen mewah yang setiap hari Ia lewati saat akan pergi ataupun pulang kerja. Apartemen 20 lantai dengan 200 unit hunian.
Rafka mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang. Sementara Salsa menatap penuh kagum apartemen yang sangat-sangat mewah. Wanita itu mengikuti langkah Rafka yang berjalan menuju lift yang membawa mereka berdua ke lantai 12.
"Ini apartemen Bapak?" tanya Salsa ketika mereka berdua sudah berdiri di depan pintu apartemen.
"He'em."
"Maaf menunggu lama," ucap Rafka ketika baru saja memasuki apartemen miliknya. Sudah ada tiga orang yang menunggu di dalam apartemen termasuk penghulu yang akan menikahkan mereka berdua.
"Tidak apa-apa, Pak. Apa ingin langsung dilaksanakan nikahannya?" tanya penghulu tersebut dan sekilas menatap Salsa yang menundukkan kepalanya.
Rafka mengangguk." Tentu, itu lebih baik." Ia menoleh ke arah Salsa yang terus berdiri di sampingnya." Ganti pakaian mu," titah Rafka pada Salsa.
Inilah saatnya. Rafka dan Salsa sudah duduk bersanding dihadapan penghulu dan meja kecil sebagai pembatas. Rafka terlihat tenang, sementara Salsa terlihat sangat gugup apalagi rasa pusing di kepalanya masih mendera.
"Sudah siap?" tanya penghulu. Rafka mengangguk.
Rafka dan penghulu saling berjabat tangan. Ada dua orang saksi yang hadir dalam pernikahan siri Rafka dan Salsa yaitu Aryo sekretaris Rafka dan Doni menejer yang juga bekerja dengan Rafka. Tentu mereka berdua harus merahasiakan pernikahan siri atasan mereka dengan Salsa yang merupakan cleaning servis kebersihan di perusahaan tempat mereka bekerja.
"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Rafka Adelard Anggara bin Revin Anggara dengan Salsa kasyafani binti Seno Ardiantoro dengan mas kawin uang tunai lima juta rupiah."
"Saya terima nikah dan kawinnya Salsa Kasyafani binti Seno Ardiantoro dengan mas kawin uang tunai lima juta rupiah."
"Bagaimana para saksi?"
"Sah!"
Rafka menghembuskan napas lega. Salsa mengusap kasar air mata yang tanpa Ia inginkan meleleh membasahi pipi chubby nya.
"Silahkan mempelai perempuan mencium tangan suaminya sebagai penghormatan dan sebaliknya mempelai laki-laki mencium kening istrinya," titah penghulu.
Dengan penuh ragu Salsa menggapai tangan Rafka, mencium punggung tangan pria yang kini sudah sah menjadi suaminya. Aroma maskulin dari tangan Rafka menyeruak ke indra penciuman Salsa. Entahlah, rasa pusing di kepalanya tiba-tiba mereda, aroma tubuh Rafka seolah sebagai obat mujarab bagi dirinya.
Salsa memejamkan mata ketika Rafka hendak mencium keningnya. Namun, sebelum bibir tipis itu menyentuh keningnya, Rafka sudah menjauhkan wajahnya. Seolah enggan memberikan ciuman di keningnya.
"Selamat, kalian berdua sudah sah menjadi suami istri," ucap penghulu. Rafka tersenyum tipis. Salsa menundukkan kepalanya. Apa Ia wanita yang egois karna sudah memaksa Rafka menikahinya? Tapi Ia tidak ingin di cap menjadi wanita murahan karna hamil tanpa ada suami.
________________
Hei girl! Terima kasih sudah mampir.
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan like dan komen. Terima kasih.
See you di part selanjutnya:)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
shebina putri
kok salsa nikah nya GK pake wali yaaa.. apakah bpk nya sedah meninggal ato emang salsa sebatang kara...
2023-05-09
0
manda_
kasihan ya salsa nasib orang gak punya selalu direndahkan
2023-01-09
0
Maulana ya_Rohman
blm tau yang sbenernya si Salsa🤔
2022-12-28
1