Pisau Kupu-kupu

"Ack! Aku ingat. Mata ini akibat aku melihat gerhana matahari waktu lalu. Tapi, kenapa jadi berwarna emas? Aku akan aneh kalo seperti ini", Noah mengeluh.

Noah menundukkan kepala berfikir sejenak mencari solusi. Tiba-tiba seseorang muncul dan duduk di atas meja wastafel hendak menanggapi celotehnya.

"Nona, aku lapar. Beri aku makan"

"Eh?", Noah menoleh dan sedikit kaget.

"Salaam.. Apa kabarmu?", sapa Vampir itu ramah dengan mengangkat telapak tangannya.

Noah hanya bisa memicingkan bibir penuh heran.

"Kenapa kamu meremehkanku seperti itu? Apa aku masih kurang ramah menyapamu?"

"Uhuk! Ahahaha..", respon Noah.

"Kamu. Kamu sangat aneh. Ini tidak masuk akal seorang vampir begitu ramah kepada manusia. Vampir macam apa itu? Ahihihihi.."

"Apa katamu?!"

"Pergilah! Ini kamar mandi wanita. Jika ada wanita lain melihatmu, mereka akan memukulmu habis-habisan"

"Apa? Bagaimana bisa ada wanita yang sekejam itu?"

"Pergilah, Tuan Vampir yang ganteng..", pinta Noah dengan baik dan sabar.

Seketika Naru mendekatkan wajahnya, keramahannya berubah menjadi keseriusan. Dia memegang dagu Noah dengan mata tajam dan serius.

"Aku suka ekspresi ini. Teruslah tersenyum dan terlihat cantik, Nona"

"Glek!", Noah mematung.

"Kamu sangat menarik perhatianku", Naru perlahan menyentuh anting jam pasir yang menggantung di telinga kanan Noah.

"Dan mata emas ini, itu karna aku telah memberikan separuh nyawaku kepadamu. Kamu harus menjaganya baik-baik", bisik Naru di telinga Noah.

Noah bergidik ngeri mendapat perlakuan Naru. Terdengar suara sayup dari luar ruangan kamar mandi. Naru menghentikan tingkahnya.

"Jangan lupa, saat kamu pulang nanti belikan aku buah-buahan penambah darah", lanjut Naru.

Kadar keseriusan Naru pun kembali menjadi ramah. Dia pamit dengan tersenyum ramah dan menghilang dalam sekejap mata dari hadapan Noah.

"Va-vampir yang sadis!", Noah menganga.

Noah berjalan menuju kelas. Mencari tempat duduk dan mulai merenung kembali.

"Ini tidak mungkin. Mata ini bukan ulah dari Vampir sadis itu. Aku ingat bahwa mata ini adalah pemberian dari Dewi Matahari"

Sejenak Noah menyentuh bibirnya, "Melainkan, inilah hasil ulahnya", Noah memalingkan matanya.

Seorang Dosen pun memasuki ruang kelas. Beberapa mahasiswa pun juga sudah berada di tempat duduknya masing-masing.

Dosen itu mendorong sebuah troli yang berisi penuh dengan artefak masa lalu.

Hari ini perkuliahan Noah akan mempelajari tentang Teknofak. Teknofak adalah artefak yang berkaitan dengan teknologi untuk bertahan hidup. Seperti alat berburu, alat pertanian, alat pengamanan, peralatan rumah tangga, dan sebagainya.

Noah tertarik pada suatu benda yang terbuat dari perak. Dia mencoba mengambilnya, namun tiba-tiba rasanya tangannya seperti tersetrum. Benda itu bereaksi terhadap Noah.

Noah hanya tersentak kaget. Dia tetap berusaha untuk mengambil benda tersebut dengan menggunakan sapu tangan.

Para mahasiswa begitu tertarik dan riuh satu sama lain, sedangkan Noah lebih ingin fokus sendiri dengan pengamatannya.

"Benda apa ini?"

Dosen pun datang menghampirinya. Beliau hendak membantu Noah.

"Ini adalah sebuah pisau kelebek. Pisau lipat kupu-kupu. Begini cara memakainya"

Noah takjub melihat Dosen mengajarinya cara memakai pisau tersebut, namun dia menjadi sedikit ngeri karena melihat pisau tersebut begitu tajam dan runcing.

"Apa kamu takut Noah?"

"Ehehehe.. Sedikit Pak"

"Kalo kamu takut, kamu bisa menggantinya dengan benda lain. Kalo tidak, silahkan diteliti dan catat dibukumu. Ya?"

"Baik Pak. Terima kasih"

Melihat pisau itu, mata emas Noah menyala lagi. Dia melihat bayangan masa lalu muncul dari pisau tersebut.

"Aku masih belum bisa mengerti. Tapi, aku bisa melihat sesuatu yang tidak masuk akal"

Noah melihat bayangan tentang seseorang sedang menancapkan mata pisau itu ke dada seseorang. Pisau itu masih menancap. Dan korban langsung dimasukkan ke dalam sebuah peti mati. Melarungnya ke sungai.

"Kyaaa!!!", Teriak Noah.

Seketika seluruh pasang mata melihat ke arahnya.

"Ada apa Noah?", tanya Dosen khawatir.

"Ti-tidak apa-apa Pak. Ma-maaf"

Noah menjadi penasaran dengan bayangan yang sekejap hadir di hadapannya. Dia berniat membawa pisau itu dan menelitinya lebih lanjut di rumah nanti.

Noah meminta izin kepada Dosen untuk meminjam benda tersebut. Karena dia seorang putri dari profesor arkeolog, dia pun mendapat perlakuan spesial. Noah pun diberi izin untuk membawa pisau tersebut.

Setelah kelas usai. Noah pergi ke kantin kampus. Tiga orang mahasiswi dari kelasnya datang menghadap di depan meja tempat duduk Noah berada.

"Dasar gadis manja! Hanya karna kau seorang anak profesor jangan harap kau bisa bertindak sesuka hatimu disini", ujar seorang mahasiswi bernama Puan.

"Haa ah. Kalo gitu, kalian gak usah repot-repot menasehatiku. Anggap saja aku tidak terlihat oleh kalian", jawab Noah santai.

"Apa kau bilang?! Dasar gadis menyebalkan!", Bentak Puan sambil mendobrak meja Noah.

"Sangat mengganggu.. Sangat mengganggu..", sahut Shelly salah satu teman Puan.

"Benar sekali. Kalian itu yang sangat mengganggu. Jangan membuat keributan di dalam kantin", ucap Delano yang tiba-tiba datang.

"Kak Delano?", gumam Noah.

"Kita pergi teman-teman", ajak Puan kepada kedua sahabatnya.

"Sampai kapan kamu harus sendirian seperti ini Noah?" tanya Delano.

"Hehe.. Tidak tau"

"Bertemanlah dengan mereka. Atau, setidaknya miliki satu teman yang bisa kamu percayai. Setiap gadis harus memiliki kehidupan yang ceria, Noah"

"Aku sudah terlanjur nyaman seperti ini Kak"

"Kalo gitu, aku yang akan menjadi temanmu"

"Ahahaha.. Kak Delano mau jadi anak perempuan?"

"Jika itu bisa sih", jawab Delano sedikit malu.

"Kalo pun iya, aku juga gak mau", ejek Noah.

Delano hanya bisa tersenyum menanggapi jawaban Noah. Mereka berdua pun menikmati makanannya.

"Aku dengar, ayahmu akan dinas ke luar negeri lagi Noah"

"Apa? Kok aku baru tau?"

"Iya, mungkin karna baru aja kali. Jadi ayahmu belum sempat memberitahumu"

"Emm.."

"Apa kamu akan mengikuti ayahmu lagi?"

"Iya donk", jawab Noah yakin.

"Haa ah.. Kamu kan sudah besar Noah, apa kamu harus mengikuti ayahmu terus kemanapun dia pergi?"

"Iya donk", jawabnya lagi.

"Tinggallah disini. Aku akan menjagamu. Bila perlu, aku akan meminta izin kepada profesor untuk menjagamu"

"Aku? Sama Kak Delano? Apa jadinya nanti", Noah tidak percaya.

..."Nona.. Tolong belikan aku buah-buahan. Aku sudah kelaparan. Apa kau mau melihatku mati lagi?"...

Tiba-tiba terdengar sebuah suara hadir di telinga Noah. Dia tidak tau suara siapa itu, yang jelas dia menjadi teringat akan pesan si Vampir untuk membelikannya buah-buahan.

"Kak Delano, aku pergi dulu ya", ucap Noah langsung pergi meninggalkan Delano.

Noah mencari ayahnya untuk pergi menemaninya membeli buah-buahan pesanan dari si Vampir.

"Jika dia mati lemah, apa dia akan menggigitku lagi. Kenapa aku jadi takut sekali dengan ancamannya. Ini sedikit membuatku gila", gerutu Noah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!