"Menikahlah Nak, Bapak harap kamu mau menikah dengan orang yang di jodohkan oleh Almarhum Kekekmu," ucap Pak Ahmad yang baru saja sadar dari pingsannya itu.
"Bapak... Bapak jangan pikirkan tentang pernikahan Una dulu Pak, lebih baik sekarang Bapak istirahat dulu, Una tidak ingin Bapak kenapa-kenapa," risau Yumna, lalu gadis itu pun merangkul lengan dan mencium wajah Pak Ahmad.
"Bapak hanya ingin kau menikah hari ini, kau harus segera menikah, karena mertuamu akan segera pulang ke kota, kalau Bapak tiada, tidak akan ada yang menjagamu Una, dan ini juga wasiat terakhir kakekmu, dengan kau menikah Bapak bisa menjadi lebih tenang," keluh Pak Ahmad lagi sambil terlihat agak sedikit sesak.
"Pak, Bapak Akan baik-baik saja, Bapak akan selalu menjaga Yumna, kalau Yumna menikah lalu siapa yang akan mengurus Ibu dan Bapak?" cemas Yumna menatap orang tuannya dengan wajah sendu, bahkan kini ia mulai terisak.
"Kamu jangan khawatir sayang... akan ada orang yang menjaga kedua orang tuamu, masih ada Bibi dan juga Kayla apa kau melupakan kami,?" Sela Bi, Nurul mengusap punggung keponakan nya yang masih bergetar karena menangis.
"Ingat apa yang dokter katakan tadi Yumna," lanjut sang Bibi mengingatkan.
Deg.
"Iya Benar sekali, kenapa aku hampir lupa" fikirnya dalam hati.
"lya! Bi, Terima kasih Bibi sudah mengingatkan Yumna," Dan benar saja begitu Yumna mengiyakan
keinginan Sang Bapak, Pak Ahmad nampak kembali lebih ceria dan lebih bersemangat di banding sebelumnya.
Yumna dan semuanya pulang pun akhirnya pulang untuk bersiap-bersiap setelah semuanya setuju, karena tidak ada waktu lagi, acara akan di laksanakan Ba'da Sholat lsya.
Sedangkan Vano yang di kabari akan pernikahannya malam ini nampak mengepalkan kedua tangannya.
"Gadis penipu! kau dan orang tuamu sama saja, kalian hanya menginginkan harta kedua orang tuaku! Baiklah, kita akan lihat sampai kapan kau bertahan untuk hidup bersamaku, kau sendiri yang memilih jalan ini jadi terimalah nasipmu, yang akan berakhir di tanganku,' geramnya dalam hati.
Tok...tok...tok...
"Maaf Tuan, apakah Anda di dalam Kami dari tim MUA. khusus di datangkan oleh Nyonya Hesti untuk mempersiapkan Anda Tuan,!'' teriak seseorang di balik pintu.
"Masuk...!" suruh nya, pada Orang yang berada di seberang pintu dengan suara datar, para Petugas itu pun segera masuk, dan mendekati Vano, dan tanpa mengulur waktu lagi, mereka pun segera bertugas untuk melakukan tugasnya yaitu mempersiapkan Vano agar bisa segera berangkat menuju tempat yang di mana malam ini ia akan melaksanakan ijab kabulnya.
Sementara itu di tempat lain, Abizar pun tengah sibuk mempersiapkan dirinya untuk segera berangkat ke rumah sang pujaan hatinya yang tak lain adalah Yumna.
Entah sudah berapa kali ia harus mengganti pakainya agar bisa terlihat tampil keren di depan pujaan hatinya yang ia cintai hanya dalam diamnya saja, Namun malam ini ia ingin mengakhiri semuanya, tentang perasaan selama ini yang hanya di pendam dalam kebungkamannya.
"Abizar...Apa kau belum selesai juga Nak,? nanti kita telat loh, Abahmu dari tadi sudah nungguin tuh di bawah," Cicit Bu Sarah mendekati putranya yang semata wayang itu.
"Iya! Ummi maafkan Abi, membuat Abah, dan Ummi lama menunggu," ujarnya penuh sesal berjalan mendekati sang Ummi.
"Sudah... tidak apa-apa, ini adalah hari bahagiamu, kau memang pantas untuk mempersiapkan semuanya biar tidak mengecewakan orang yang ingin kau temui," Ujar Ummi Sarah memberi dukungan.
"Bagaimana kalau baju ini Ummi,?" tanyanya pada sang Ummi.
"Bagus kok, apa pun yang kamu pake pasti akan terlihat cocok di tubuhmu," Jujur Ummi Sarah, karena memang benar apa pun yang di pakai oleh Abizar, akan terlihat bagus di tubuh putranya tersebut.
"Ayo sekarang kita berangkat Nak, Takutnya nanti keburu malam, sekalian kita akan melakukan salat Isya berjamaah di Masjid Hidayatul Mukhtar." Tutur sang Ummi
"Baiklah Ummi mari" Timpal Abizar Ia pun melangkah menuruni tangga mengikuti langkah Umminya dari belakang.
"Ayo Bah,! kita berangkat, Abi udah siap ajaknya juga kepada sang suami.
Abah Usman pun bangkit dari duduknya, mengikuti langkah sang istri dan anaknya itu.
Kini mereka bertiga berjalan keluar menuju garasi.
"Abah,, ummi,, bagaimana kalau Abi naik motor saja, sudah lama nih Abi tidak naik motor keliling kampung ini, Abah sama ummi pakai mobil saja, Biar Abi yang pakai motor," ujar Abi pada Umminya.
"Apa kamu tidak sekalian ikut bareng kami saja dalam mobil,?" tawar sang Ummi
"Sudahlah Mi, Biarkan saja, Dia itu ingin menghirup udara pedesaan sini, Mengertilah anakmu itu," sela Abah utsman
"Baiklah,, Terserah kamu saja, tapi hati-hati ya nak!" cicit sang Ummi.
"Iya Ummi, Insya Allah sampai bertemu di sana ya! Umi, ya Abah, Assalamualaikum," pamitnya sambil bersiap naik motor.
"Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh" Balas Ummi dan Abah bersamaan.
Akhirnya Umi Sarah dan Abah Usman memilih naik mobil, sedangkan Abidzar memilih naik motor Sport kesayangannya, dan tak memakan waktu lama mereka pun tiba di kampung Muhajirin dan kini Mereka pun singgah di masjid Hidayatul Muchtar, yang kebetulan tidak terlalu jauh dari rumah Yumna, setelah selesai dengan ibadah salat Isya secara berjamaah, Abizar pun keluar dari masjid melangkahkan kaki kanannya terlebih dahulu, dengan jantung yang masih berdegup kencang, harap-harap cemas ia rasakan saat membayangkan akan datang ke rumah Yumna untuk memberikan surprise kalau Dia akan meng khitbah nya malam ini juga, jika Yumna dan keluarganya setuju maka ia akan segera melaksanakan akad nikah secepatnya karena pekerjaannya sebagai seorang dokter tidak bisa ditinggalkan terlalu lama.
"Ya,, memang selama ini Abizar mengambil pendidikan yang berkaitan dengan kesehatan karena ia ingin mendedikasikan dirinya di desanya, tapi untuk sementara ini ia akan mencari pengalaman di kota besar terlebih dahulu sebelum ia mengambil keputusan untuk menetap di kampung, apalagi kelak Jika ia akan menikah dengan Yumna, Dia tidak akan mungkin Sanggup berjauhan dengannya.
Sedangkan Yumna tidak mungkin akan ikut dengannya karena ia masih mempunyai kedua orang tua yang masih ingin dijaganya apalagi Pak Ahmad diketahuinya sekarang sedang sakit-sakitan.
Namun saat Abidzar melangkahkan kakinya keluar tiba-tiba saja ia melihat Yumna, yang berjalan bersama Kayla.
Sepertinya mereka hendak menuju ke masjid
"Assalamualaikum Yumna, Kayla," tegurnya membuat Yumna, dan Kayla, terkejut, apalagi Yumna jangan ditanya tentang jantungnya sekarang yang berdetak begitu kencang, saat melihat lelaki yang sangat ia cintai dalam diam itu, berdiri dengan begitu gagahnya memakai kemeja batik dan celana berwarna hitam nampak begitu tampan dan sempurna
"Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh Kak Abi..." jawab uluk salam kedua gadis di depannya itu, Abizar begitu tertegun saat melihat Yumna begitu cantik menurutnya malam ini, wajah Yumna bersinar bak Bulan Purnama yang bertabur bintang, sedangkan Yumna masih terlihat gugup sambil menunduk, membuat Abizar semakin terkesima.
"Masya Allah, Dia cantik sekali," gumamnya dalam hati penuh rasa takjub.
"Astaghfirullah hal adzim, kenapa aku sampai menatapnya begitu dekat,? Dia kan belum sah menjadi istriku, ampunkan hamba ya Allah"
lirihnya saat kembali tersadar.
"Kak Abi? Kak Abi...! kau kenapa? Bukankah dari tadi aku bertanya kenapa kau tak menjawabku?" cicit Kayla.
"Oh,, benarkah? kau bertanya padaku Kayla.?" Gugup lelaki itu saat tersadar dari lamunan nya.
"Iya,, terus aku akan bertanya pada siapa? yang ada kan cuma kakak, dan si Onni aja di sini, masa aku bertanya kepada ombak kepada matahari, atau Kayla harus bertanya kepada rumput yang bergoyang,?" kelakar Kayla mendapat cubitan di pinggangnya dari Yumna.
"Aduh Onni sakit," ringisnya mendengus kesal "Kamu sadar nggak kamu berbicara dengan siapa,?" bisik Yumna tersipu.
"Ya,, sadarlah Onni, Dia itukan calon Imamku" jawab Kay begitu percaya diri.
"Kay, kau...!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hai...singgah juga yuk di novel teman aku di bawah ini...dan Budayakan like, komen, vote, dan hadiahnya ya! karena dukungan kalian akan membuat Author untuk terus tetap berkarya.
Dia didera oleh penyakit yang membuat dia harus berjuang keras di tengah ekonomi keluarga yang yang serba kekurangan.
Mengharap keajaiban dari sang Maha Pencipta mengharap mentari bersinar di tengah mendung.
Akankah dia memperoleh kesembuhan?
Akankah mentari kembali bersinar?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments