Melihat begitu banyak orang yang berbaju hitam, dan mobil yang terparkir di depan rumahnya, membuat Yumna buru-buru turun dari motor, ia pun segera berlari tanpa mempedulikan barang belanjaannya.
"Assalamualakum, Bi, Bapak kenapa,?" Tanyanya pada saudara kandung Ibunya yang bernama Bi, Nurul.
"Waalaikumsalam,, Yumna,? kau kenapa?" Ucap sang bibi balik bertanya tanpa menjawab pertanyaannya, saat melihat Yumna seperti orang yang di kejar hantu, karena terlihat dari nafasnya yang ngos-engosan tidak beraturan itu.
"Bi, Bapak, Bi, Bapak kenapa,?" tanyanya lagi tanpa mempedulikan pertanyaan sang Bibi.
"Masuklah, nanti kau akan tau sendiri," suruh sang Bibi, dan benar saja Yumna langsung menghambur masuk untuk melihat ke adaan sang bapak dengan perasaan yang tak menentu.
"Bapak...!" Cicit Yumna, membuat semua orang yang berada di dalam rumah sederhana itu menoleh ke arahnya.
"Assalamualaikum Una," Ucap uluk salam Pak Ahmad memanggil sang Putri dengan panggilan kesayangan nya yaitu Una, begitu melihat sang Putri, masuk dan lupa memberi salam.
"Waalaikum salam Bapak, maafkan Yumna, tadi__ Yumna hanya terkejut saja, karena di depan banyak orang," Ujar Yumna, merasa lega sekaligus malu, Pak Ahmad pun hanya tersenyum lembut dengan sikap sang putri.
"Apa Bapak ba__"
"Nah, ini dia Putri saya sudah datang, Kemarilah nak, ayo masuk beri salam kepada kedua calon mertuamu dan juga calon suamimu ini," Sela Pak Ahmad, menggantung kalimat Yumna yang ingin bertanya apakah sang bapak baik-baik saja.
Sesaat Yumna pun tertegun melihat orang-orang yang ada di dalam rumahnya itu, dan ia baru tersadar bahwa di dalam ternyata ada tamu yang tak dikenalnya, dan saat mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh sang bapak dan itu membuatnya sangat lebih terkejut lagi.
"Yumna,! apa kau tak mendengar apa yang Bapak katakan padamu barusan,?" tegur sang Bapak membuat Yumna tersadar dari lamunanannya.
"As-Assalamualaikum," Ucap Yumna menyapa dengan uluk salam yang terdengar gugup, kepada tamu yang baru saja di lihatnya itu, sambil menundukkan pandangan, dan juga sambil memikirkan, apa yang dikatakan oleh sang Bapak barusan.
"Calon mertua, dan calon suami?" kejutnya lagi, Nampak Yumna langsung tersadar, menatap satu persatu orang yang dantang, dan nampak ia memang tidak pernah mengenal orang tersebut, namun ia tidak boleh menampak kan ke terkejutan nya itu, apa lagi saat mata seorang lelaki yang menatapnya dengan tatapan membunuh, membuatnya semakin menunduk, entah apa yang ada di fikiran lelaki tersebut, kenapa begitu nampak kebencian yang begitu jelas di matanya itu padahal kenal saja tidak.
"Kemarilah...! duduk di sini di samping Bapak...!" panggil, sang bapak padanya, membuat Yumna tersadar, la pun segera melangkah masuk mendekati sang bapak karena sejak tadi ia masih berdiri di dekat pintu.
"Ternyata kau cantik sekali ya Nak,?" tegur seorang wanita yang hampir seumuran dengan ibunya itu."
"Terima kasih Tante," sahut Yumna menimpali dengan sopan, ibu yang di katakan akan menjadi ibu mertuanya itu.
"Tidak usah panggil Tante sayang, panggil saja Mama, sebentar lagi kan kau akan menjadi menantu kami, benarkan itu Pa...?" lirik ibu yang bernama ibu Hesti wulandari, itu kepada suaminya.
"Ya, benar sekali Nak, kami datang kesini untuk melamarmu dan akan menikah, dan menjadi pendamping Putra kami Emmeril Elvano," Timpal Adiaksa Brata wijaya.
Deg.
Apa yang di Katakan Pak Adiaksa membuat Yumna membulatkan matanya dengan sempurna.
"M-melamar? m-menikah,? Tap-Tapi Yumna belum mengenal ses-siapa, El, nono itu," Gugup Yumna pada akhirnya.
"Elvano Nak, bukan nono, tapi kau boleh memanggilnya El, atau Vano, atau bisa dengan Emmeril." Ujar sang calon ibu mertua tersenyum karena tingkah sang calon menantu yang begitu polos.
"M-maafkan saya tante," ucapnya menunduk, menahan malu saat di ingatkan sang calon ibu mertua karena salah mengucapkan nama calon suaminya itu.
"Tidak apa-apa sayang, kau nanti pasti akan terbiasa dan jangan panggil tante, mulai sekarang panggil Mama saja, biar kamu terbiasa," pinta calon ibu mertuanya.
"Iya! tan-m-eh-ma-Mama..." ucapnya kaku karena masih merasa malu.
"Bagaimana kalau Mama ingin berbicara empat mata padamu boleh,?" pinta bu Hesti.
"Tentu saja Boleh tan- eh, Mama..."
"Baiklah... ayo kita keluar, Mama ingin berbicara padamu." Ajak nya pada Yumna, Yumna pun mengikuti langkah Bu, Hesti dan mengajaknya ke sebuah ruangan yaitu di kamarnya, sendiri.
"Yumna, ibu tau kau pasti sangat terkejut dengan perjodohan ini, apa lagi perjodohan ini sangat mendadak, perjodohan ini harus terlaksana karena ini wasiat Almarhum mertua Mama, Almarhum mertua Mama dengan Almarhum kakekmu ternyata bersahabat dan mereka teman seperjuangan, kakekmu memilih tinggal di pedesaan sedangkan Mertua Mama memilih tinggal di kota untuk membangun bisnisnya, apa kau melihat laki-laki yang duduk di kursi roda tadi? dia adalah Vano, yang akan menjadi suamimu, Mama mohon sama kamu Nak, untuk tidak menolak perjodohan ini, setidaknya sampai Vano sembuh, Mama janji akan membayar semua hutang pengobatan bapakmu dan Mama akan membantu membiayai hingga bapakmu itu sembuh, untuk itu terimalah Vano karena sudah banyak wanita yang menolak menikah dengan nya karena dia cacat, padahal kami akan membayar nya berapapun, hingga pengacara Almarhum Kakek Vano datang memberikan surat wasiat yang kami sendiri tak tahu menahu tentang surat itu, bagaimana apa kau setuju?" ya! bu Hesti menjelaskan dengan panjang lebar tujuannya untuk menjodohkan putra nya dengan gadis itu.
"Apa Kak El, juga setuju dengan perjodohan ini?" Bukannya menjawab pertanyaan Bu Hesti, namun Yumna balik bertanya, karena ia masih mengingat bagaimana tatapan tidak suka lelaki tersebut kepadanya.
"Kamu jangan Khawatirkan itu sayang, kalau Dia tidak setuju untuk apa Dia ikut dan ingin bertemu langsung denganmu," ucap Bu Hesti meyakinkan Yumna.
"Apa kau merasa terganggu dengan tatapannya?" selidik bu Hesti. "Dia memang seperti itu orang nya, jangan khawatir ada mama bersama mu, jadi bagaimana apa kau menerimanya,?" lanjutnya lagi.
"Tapi Ma, aku ingin berbicara dulu dengan Kak El, apa boleh,?" pintanya penuh harap sambil menyentuh tangan wanita baya itu.
"Ya,, sudah kalau begitu, ayo sekalian kamu dan Vano berkenalan," ajak Sang Mama, mereka pun keluar saling beriringan, sesampainya di ruang tamu Bu, Hesti pun memberikan kode pada suaminya agar meninggalkan mereka ber dua saja.
"Aku ingin ada Kayla di sini menemani, agar tak jadi fitnah antara kami," pintanya begitu melihat sepupu nya itu tiba-tiba masuk.
"Baiklah,, Kayla temani Kakak sepupumu disini tapi usahakan kau jangan mengganggu pembicaraan mereka,!" seru pak Ahmad kepada Kayla yang terkenal suka kepo itu.
"Baiklah,, Pamanku yang tersayang aku akan menemani Kakak ku yang cantik dan baik hati ini hingga Dunia dalam Berita," ucap nya bercanda dan mendapat mendapat tatapan tajam dari paman nya itu.
"Bab__baiklah aku akan menemani Onni tersayang agar tak ada lambe turah menyimak gosip dan di jadikan berita, karena dunia permediaan pasti penasaran kenapa Onni tiba-tiba menikah, dan lambe turah pasti akan mencari berita yang falit lalu menjadikannya duit, hehe benarkan paman,?"
"Berhenti dengan dunia halumu itu! pamanmu sedang serius," ujar, Bi Nurul yang muncul lalu menjewer telinga sang Anak.
"Aduh...Mama sakit, iya-iya Kayla hanya bercanda biar mereka berdua tidak tegang," Terangnya sambil menggosok telinganya yang masih terasa sakit dan panas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments