Buronan Tampan
Bag
Big
Bug
Pukulan bertubi-tubi melayang pada wajah seorang lelaki berseragam abu-abu tua dengan celana berwarna coklat tua pula. Kopel hitam melingkar posesif di perutnya yang buncit. Baret cokelat berlambangkan padi dan kapas terpasang ketat di kepala.
Termakan usia, lelaki itu sebenarnya tampak lebih senior dibandingkan yang lainnya. Namun, dia tetap bersemangat menjalankan tugas demi menangkap seorang pemuda yang baru saja dilaporkan seorang saksi atas kasus pembunuhan.
Seorang pemuda berhidung mancung, bermata tajam, alis dan bibir tebal, serta brewokan, tampak sedang berdiri dengan kuda-kuda sempurna. Pukulan yang dilayangkannya tadi benar-benar telak mengenai lawan. Bahkan pak polisi dengan gelar perwira dua itu berhasil dibuatkan terkapar di tepi jalan.
BRUUUGH
Si petugas berperut buncit langsung tak sadarkan diri.
"Tangkap dia!" teriak salah seorang polisi yang perawakannya lebih muda. Ia mengerahkan beberapa anggota polisi junior untuk melumpuhkan pertahanan pemuda itu, lalu menjebloskannya ke dalam penjara--niatnya.
Alih-alih melawan, pemuda itu malah pergi dengan gerakan cepat karena khawatir akan tertangkap. Sebelumnya ia sempat berpikir bahwa sekuat dan seperkasa apa pun dirinya, tetap saja tidak akan bisa melumpuhkan semua anggota polisi yang jika tidak salah hitung berjumlah sekitar satu peleton.
"Lari kemana dia?"
Anggota polisi yang lebih dulu tiba di tepi jalan raya tampak kelimpungan, karena kehilangan jejak buronannya.
"Itu dia!"
Salah seorang dari mereka menangkap pergerakan pemuda itu yang saat ini sedang menaiki sebuah jembatan penyeberangan. Hiruk-pikuk kendaraan yang berlalu-lalang tak membuat pergerakannya terhambat. Dengan lihai ia menaiki satu per satu anak tangga hingga mencapai atas.
Tak ingin kehilangan jejak untuk yang kedua kalinya. Sebagian dari anggota kepolisian itu menunggu di ujung jembatan sebelah Utara, dan sebagiannya lagi berjaga di ujung selatan.
"Sial!" umpat pemuda itu karena sekarang posisinya sudah terjepit. Jika ia berlari ke kanan, maka akan tertangkap. Sedangkan, jika ia berlari ke kiri, maka akan disergap.
Dalam kondisi genting, tiba-tiba kedua netra tajamnya menangkap kelebat sebuah truk besar yang melintas dari arah timur. Dengan keberanian yang cukup besar, akhirnya ia memutuskan untuk terjun bebas ke dalam bak truk--itu baru rencananya.
Namun, akal pikiran pemuda itu seolah telah terbaca oleh beberapa anggota yang sudah berpengalaman dalam mengejar buronan. Dua orang pemuda berseragam dari arah kiri dan kanan bergerak cepat ke arahnya dengan todongan senjata mengarah ke depan.
Pemuda brewokan itu sudah berdiri pada besi pengaman jembatan, siap untuk terjun. Namun, karena dua orang polisi itu lebih dulu sampai di posisinya berdiri, alhasil pemuda itu gagal melompat. Ia pun jatuh karena terdorong, kemudian bergelantungan pada penyangga yang terbuat dari besi.
"Aaaarrgh!"
Teriakan histeris dari beberapa pengguna jembatan penyeberangan menambah kegugupan pemuda tersebut.
Truk yang tadinya menjadi sasaran terjun, kini sudah melewatinya. Sekarang rencananya gagal total.
Kaki masih menjulur ke bawah, sementara tangan masih kokoh menggenggam besi, sehingga menampakkan urat-urat besar pada otot kedua tangannya. Ia masih bertahan.
Berdecak kesal, pemuda itu terus melihat ke bawah, mencari sasaran lain, namun tak kunjung ditemukan. Sementara beberapa anggota polisi sudah menunggunya di atas jembatan bersiap menembakkan peluru jika ia berani terjun bebas.
"Jangan bergerak!" instruksi salah seorang polisi. Todongan senjatanya tak lepas sama sekali.
Mendengar sebuah instruksi yang diarahkan padanya, pemuda itu sontak mendongak seraya berkata, "Sampai jumpa kembali, Komandan!"
Setelah mengatakan kalimat itu, ia pun melepaskan kedua tangannya dari besi pengaman. Tubuhnya langsung melayang, dan mendarat sempurna pada atap mobil sedan berwarna hitam mengkilat yang entah datangnya dari mana.
BRAAAK
Kelakuan si pemuda sontak membuat sang pengemudi sedan tersentak. Kepalanya refleks mendongak dengan kedua alis bertautan.
Apakah mobilnya kejatuhan durian runtuh? Mungkin seperti itu pikirnya.
Sedikit terusik, arah kemudi pun langsung melenceng dari garis awal. Tikungan di depannya menjadi jalan alternatif untuk mengecek apa sebenarnya yang mendarat telak di atas atap mobilnya.
Seorang gadis bermata bulat dengan bibir mungil langsung menepikan kendaraannya, ketika kemudinya sudah memasuki kawasan sepi. Ia melepas sabuk pengaman, lalu keluar dari mobil.
"Hei!"
Gadis itu tak segan-segan meneriaki pemuda tadi yang dengan berani menjadikan atap mobilnya sebagai tempat pendaratan.
"Kau pikir mobilku ini bandara darurat?" pekiknya seraya memelototi pemuda tersebut. Kedua tangan dibuat berkacak pinggang. Persis seperti posisi seorang preman pasar.
Si lawan bicara masih enggan berpindah tempat. Wajahnya seakan terpana dengan pemandangan indah di hadapan.
Sungguh sempurna ciptaan Tuhan, mungkin begitulah isi kepalanya.
Selama si gadis mengomel tanpa jeda, si pemuda malah asik memandangi bibir mungil yang tak berhenti mengucapkan banyak kata. Semilir angin yang membelai rambut depannya yang sedikit panjang membuat ia semakin lena dalam geming.
Ia terpesona.
Ia terkesima.
Sekarang, mata bulat dengan netra bening gadis itu menjadi sasaran pandangnya. Bisa ia tangkap kebeningan netra gadis itu melebihi embun yang jatuh di pagi buta.
Rambut panjang ikal si gadis yang tertiup angin membuat pergerakannya tampak sangat lamban di pelupuk mata. Pemuda itu kembali mengedipkan kedua netra seraya tersenyum tipis.
Inikah rasanya jatuh cinta? pikirnya.
"Itu dia, tangkaaap!"
Suara gerombolan petugas kepolisian sukses membuyarkan lamunannya. Untuk sesaat ia sempat melupakan bahwa diri adalah seorang buronan.
Dalam sekali hentakan, tubuhnya berpindah tempat. Melompat dengan lincah untuk mencapai daratan. Tangan sigap menggandeng lengan gadis di hadapan, lalu mendorongnya masuk ke kursi penumpang bagian depan. Sementara ia memutar posisi, lalu duduk di kursi kemudi.
"Hei, lancang sekali kau!" sergah gadis itu seraya menatap pemuda di sampingnya dengan penuh amarah.
Yang semakin membuatnya kesal adalah pemuda itu tak sedikit pun menggubris ocehannya. Ia malah terus menjalankan mobil dengan kecepatan penuh.
"Hei, kau sedang menculikku?" tanyanya dengan wajah yang mulai panik. "Tolong! Tolong! Aku diculik di dalam mobilku sendiri!" pekiknya sambil menggedor-gedor kaca jendela.
Pemuda itu sedikit melirik tingkah absurb si gadis dari ekor matanya. Tampak lengkungan tipis terbentuk di kedua sudut bibirnya.
Gadis barbar, komentarnya dalam hati.
Selagi ia mempercepat laju mobil, semakin gadis itu berteriak histeris.
"Kau, berani sekali kau menculikku!" Tak segan-segan gadis itu menggigit lengan si pemuda dengan sekuat tenaga. Membuat konsentrasi pemuda itu terganggu dan kemudinya pun goyah.
CKIIIT
Hampir saja kendaraan roda empat itu menabrak bahu jalan. Namun, keahlian menyetir pemuda tersebut sangat tidak bisa diragukan. Mobil itu pun kembali pada poros yang sebenarnya dalam sekali kendali.
"Berhenti kubilang!" titahnya, namun sia-sia. "Hei, apa kau bisu?" pekik gadis itu lagi. "Tolong! Tolong! Siapa pun tolong aku! Aku diculik orang bisu." Ia kembali melolong.
Membuat pemuda di sebelahnya kembali tersenyum tipis. Ia terus membuang muka ke luar jendela agar si gadis tak menangkap raut wajahnya.
"Apa kau sedang menertawakanku?!" tuding si gadis dengan tatapan benci. Ia paling tidak suka jika ada orang yang menertawakannya. Sungguh, menyebalkan.
Seperti sebelum-sebelumnya, jawaban yang diharapkan tak juga didapatkan. Alih-alih merespon, pemuda itu malah membawanya ke suatu tempat yang ia sendiri pun tak tahu di mana.
"Kau membawaku kemana? Hei, kenapa kita melewati hutan belantara seperti ini?" tanya si gadis yang kembali disergap kepanikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐
Akhirnya rilis juga ni buronan
2022-12-14
1
Machan
🤣🤣🤣🤣🤣 astoge
2022-12-14
2
Machan
meteor jatoh🤣
2022-12-14
1