Bab 4

"Prof!" Aryan angkat tangan.

"Ya, silakan!" Profesor Musa memberi Aryan kesempatan bertanya.

"Mengapa anjing dan babi itu diharamkan padahal kan bisa buat cerdas menurut orang cina."

"Aryan, bagi agama lain memang tak ada hukum. Namun dalam islam dua hewan tersebut haram dimakan orang muslim. Karena bila seorang muslim yang memakannya akan membuat dia bodoh dalam hal akherat. Dan setiap perintah Allah Itu pasti ada kebaikan untuk hambanya. Sebagai seorang muslim juga harus taat dengan ketentuan sang Kholiqnya. Dalam arti lain Allah ingin menguji hambanya, siapakah yang akan mena'ati perintah_Nya. Dan siapa yang akan melanggar larangan_Nya."

"Lalu bagaimana jika dia non muslim dan sering makan dua hewan tersebut kemudian masuk Islam?"

"Seorang yang kafir apabila dia masuk Islam maka saat dia mengucapkan dua kalimat shahadat gugurlah semua dosa-dosanya sebagaimana bayi yang baru keluar dari rahim bundanya. Bersih dan suci dari semua kesalahan di masa lalunya atau makanan haram yang pernah ia makan menjadi hilang tanpa bekas. Bila ingin lebih afdhol maka cukup mencuci mulutnya sebagaimana mensucikan sesuatu yang terkena najis mungolazoh."

"Baiklah saya mengerti," angguk Aryan dengan senyum termanisnya. Ya Allah... Meleleh hati para gadis-gadis yang melihat barisan gigi putihnya yang rapi.

"Baiklah anak-anak, hari ini sampai di sini saja materi kita. Semoga apa yang saya sampaikan bisa kalian sampaikan lagi pada yang lain dan kalian amalkan. Ayo kita tutup dengan kifarotul majlis."

سبحاناللهوبحمده سبحان نك اللهم وبحمدك اشهدان لااله الانت استغفرك و اتوب ا ليك

Profesor Musa meng-akhiri kelasnya dengan do'a yang selalu ia bawa setiap habis kelas. Bahkan bukan hanya setiap majlis habis kelas saja. Profesor Musa juga selalu membaca do'a tersebut setiap selesai rapat atau selesai berkumpul dengan teman sekantornya. Karena do'a tersebut mengandung Fadhilah yang sangat dibutuhkan pembaca. Fadhilahnya dapat mengampuni dosa-dosa kecil ketika terjadi dalam majlis tersebut.

Profesor Musa, lelaki berumur yang hampir berkepala 5 itu sangat disegani mahasiswa-mahasiswi. Beliau sangat berwibawa dan selalu punya cara dalam menyelesaikan masalah para mahasiswanya.

Hari sudah beranjak sore, kampus sudah mulai sepi karena anak-anak sudah pada kembali ke asrama. Dan ada juga yang lansung pulang kerumah bagi yang dekat seperti Ruqayyah. Namun sore ini Ruqayyah tak lansung pulang ke rumah ia lebih dulu mampir ke sebuah butik ternama di kotanya. Bibi Zita memesan gaun istimewa untuk anak-anaknya. Meminta Ruqayyah menjemputnya sekalian agar Minggu besok bisa dibawa kerumah bibi Zita. Rumah bibi Zita beerada di pulau Karimun yang lumayan jauh dari pulau Pekanbaru. Mau ke sana harus menggunakan kendaraan jalur laut berupa spet bot atau feri Dumai Express.

"Madam, aku mau ambil pesanannya bibi Zita."

Berita Ruqayyah pada manejer butik yang sedang duduk memilah-milah majalah. Pemilik butik itu juga merupakan teman bibi Zita sejak SMA. Makanya kenal sama Ruqayyah, apalagi Ruqayyah sering mengantar dan ambil pesan bibi Zita di situ.

"Owh Ruqayyah ya?" Beliau bangkit dari kursi langsung berniat menuju ruang penyimpanan pesanan.

"Iya madam."

"Silahkan duduk dulu, anggap saja rumah sendiri." Madam Marina beranjak masuk dalam mengambil gaun.

Ruqayyah duduk di sofa yang tersedia sembari melihat sekeliling butik elit tersebut. Nuansa dalam butik ini sangat indah, desain gaun-gaunnya pun cantik. Lengkap sekali dengan Jaz pengantin laki-lakinya. Butiq ini menyediakan gaun bermacam model sesuai pesanan konsumen. Bisa untuk acara pesta ulang tahun, atau acara besar dan banyak lagilagi, sesuai request pembeli.

"Ruqayyah, ini pesanannya bibi Zita. Maaf ya saya nggak bisa antar sehingga merepotkan kamu datang ke sini. Soalnya kurir bibi sedang libur ke Batam." Wanita bersanggul modern itu menyerahkan tiga kotak, berwarna beda.

"Lho. Bukannya cuma dua kotak ya?" Ruqayyah heran karena seingat dia anak bibi Zita kan cuma dua itupun laki-laki dan perempuan.

"Nah yang ini khusus buat kamu, kata bibi Zitamu suruh kamu pakai waktu acara nanti," ujar madam Marina dengan senyuman penuh arti sambil menyerahkan kotak biru muda.

"Bibi Zita ada-ada saja. Terlalu berlebihan memesan gaun buat acara begitu," sungut Ruqayyah pelan. "Apalagi saya kan memakai gamis, masa harus berganti mengenakan gaun yang terbuka kayak anak bibi."

"Udah mau magrib nih, segera pulang! Soal itu kamu tanyakan saja pada bibimu yang modern itu. Madam hanya membuat sesuai pesanan saja."

"Baiklah. Terima kasih madam."

Ruqayyah membawa dua kotak yang sudah di masukkan dalam plastik di tangan kirinya sambil menjinjing, dan sekotak lagi ia pegang tanpa pakai plastik. Keluar dari butik dengan jalan kaki ia menuju jakan raya. Mau naek bis sudah nggak terkejar karena bis sudah berjalan. Perjalanan dari butik kerumah memakan waktu satu jam-an.

Itung-itung buat olahraga sore sekalian sambil menikmati pemandangan sore di alun-alun kota.

Dari jalan yang berlawanan arah Aryan menyamar menjadi anak remaja biasa berjalan dengan tergesa-gesa mengenakan celana jeans dan jaket hodi. Maklum saja penggemarnya ada di mana-mana, saat ia bepergian seorang diri ia tak dapat mengawal kehisterisan mereka. Sehingga beginilah dia harus menyamar menggunakan masker. Sahabatnya tidak ada yang bisa menemaninya sama sekali. Karena itu ia pergi sendiri menggunakan taksi online.

Ruqayyah berjalan dengan cepat karena hari sudah mau gelap. Pandangannya lurus ke depan, ia mengejar waktu sambil menahan beban tiga kotak pesanan bibi Zitanya itu. Dan Aryan dari arah depannya pun berbuat sama, ingin cepat sampai tujuan. Ia berjalan sambil menyeluk saku jaket dengan langkah lebar.

Bruk!

Sesuatu yang tak diinginkan terjadi pada keduanya. Di belokan tajam bertepatan tak ada orang lewat dan sepi mereka bertabrakan.

Keduanya jatuh di tikungan jalan khusus pejalan kaki. Ruqayyah jatuh bersama dengan kotak-kotaknya. Untung dua kotak dalam plastik selamat, satu kotak gaunnya yang tidak berplastik terbuka. Gaunnya terkeluar dari kotak dan tergeletak di atas pafing blok.

"Allah hu Akbar. " Ruqayyah bangun sendiri sambil melihat kotak tak jauh dari tempat ia terjatuh.

Aryan pun berbuat sama dan ia ternampak gaun yang terlepas dari kotak tersebut alu menolong Ruqayyah sambil minta maaf.

Gaun yang sangat indah,' gumam Aryan pelan.

"Maaf, aku nggak sengaja," ujarnya kemudian lalu memasukkan gaun yang terkeluar dari kotak.

"Aku juga minta maaf, aku buru-buru takut kemalaman jadi nggak lihat jalan kiri kanan. Maaf ya," sela Ruqayyah cepat, ia grogi sekilas melihat wajah tampan si penabraknya dari balik masker. Dari suaranya, Ruqayyah seperti mendnegar suara seseorang yang sangat ia kenal.

"Kamu, nggak ada yang luka kan?" Aryan memperhatikan wajah Ruqayyah dengan seksama.

"Nggak," jawab Ruqayyah cepat sambil mengibas pasir yang menempel di telapak tangannya.

"Ini." Aryan memberikan kotak yang sudah ia rapikan. Ruqayyah mengambilnya sambil memandang wajah Aryan lagi, tanpa sengaja.

"Aryan?" Gumamnya pelan nyaris terdengar ke telinga Aryan. Sesaat waktu berjalan lambat dan Ruqayyah terpesona dengan pemandangan didepannya ini. Meski Aryan mengenakan masker ia bisa mengetahui dari tatapan mata hitam kecoklatan itu. Aryan juga terhipnotis dengan wajah ayu yang manis di depannya. Seketika keduanya saling pandang takjub.

"Ehem. " Aryan berdehem begitu ia tersadar dari tatapan Ruqayyah.

Ruqayyah juga tersadar dari lamunan sesaatnya, beginilah dia jika bertatapan dengan sang idola. Dan ini juga lah yang ia takutkan bila berhadapan lansung. Ia tak bisa mengontrol rasa senangnya pada sang idola. Di mana letak rasa malu sebagai wanita muslimah? Bertemu sang idola lansung klepek-klepek. Tidak bisakah dirinya jaga imej sedikit begitu berhadapan dengan lelaki jangkung tersebut. Masih mending menatapnya dari jauh, bisa berlama-lama dan bebas. Inikan depan mata, begitu melihat senyumnya yang menawan aduhay...

"Eh, maaf. Terima kasih." Ruqayyah mengambil kotak dan lansung beranjakberanjak meninggalkan Aryan.

Ya Allah, dia ganteng banget bahkan cuma pakai baju biasa aja gantengnya na'udzubillah. Itulah mengapa ia selalu menatap Aryan dari arah yang jauh. Dan itu juga mengapa ia selalu menyiapkan sarapan Aryan diam-diam. Bahkan Ruqayyah hafal semua makanan kesukaan dan makanan yang di benci Aryan. Sampai jadwal Aryan pun ia hafal. Namun ia tak pernah berani bertatap muka dengan pria idola tersebut apatah lagi bertatapan mata dengannya.

"Dasar bodoh." Umpat Aryan sambil tersenyum mistri melihat punggung Ruqayyah yang mulai menjauh.

Ia lanjut perjalanannya menuju butik ternama yang dikunjungi Ruqayyah tadi.

"Permisi madam," sapa Aryan setelah masuk butik.

"Oh HayHay, Babang handsome, mengapa kamu telat? Aku hampir saja mau tutup."

"Maaf madam, tadi ada kecelakaan sedikit."

"Apa? Apa ada yang luka?, ada yang patah, nggak." Madam Marina kepoh sambil meneliti tubuh Aryan. Wanita bersanggul modern itu sok khawatir.

"Madam, tidak ada apa-apa kok."Aryan menolak perhatian madam Marina pelan.

"Oh syukurlah,"

"Madam, pesanan ibuku mana?"

"Oh iya sampai lupa aku kan, sebentar ya." Madam Marina masuk ke ruangan kerjanya dan tak lama kemudian ia keluar lagilagi sambil membawa sekotak.

Wanita separuh baya itu memberikan kotak yang berisi pesanan ibu Aryan. Jas cople edisi terbatas bulan ini. "Ini Jaz nya, madam buat cople dengan gaunnya sekali, tapi gaunnya sudah dengan orang lain."

Aryan menerima dengan raut wajah bingung.

"Cople dengan gaun? Maksud madam kembar atau bagaimana."

"Ya ada pasangannya."

"Lalu pasangannya mana?"

"Kamu akan tau kalau kamu bisa menemukan gaun yang di kenakan orang dengan bahan yang sama nanti di acara bibi Zita. Tadi orangnya juga barusan dari sini."

"Aduh madam jangan bercanda deh, kan serem kalau nemu nenek yang make'nya."

"Hahaha, madam jamin bukan nenek kok pasangannya. Ya udah, pulang gih nanti kemalaman pula."

"Kok madam tau Aryan nggak bawa mobil."

"Yeelah... Memangnya madam kenal sama kamu baru hari ini? Udah sana cepetan."

Aryan tak membuang waktu ia segera beranjak pulang. Adzan Magrib sebentar lagi menggema, lampu-lampu jalan sudah mulai di hidupkan. Jika tak dapat taksi maka terpaksa ia jalan kaki sampai rumah. Sudah menjadi kebiasaan Aryan memilih naik taksi online daripada mengendara mobil jika bepergian sendirian. Namun bila terdesak ia juga mengendara mobil pribadinya.

Walaupun Aryan bukan muslim namun entah mengapa sejak bertemu wanita berjilbab biru di tikungan tadi sudah menarik perhatiannya. Ia menyukai gadis itu dalam sekejap. Ada keindahan dalam balutan kain biru tersebut.

Mendengar adzan magrib Aryan segera mencari tempat berteduh dan mendengarnya. Tatapannya tak putus dari melihat manusia berkoko peci dan sarung yang berbondong-bondong menuju masjid. Ada rasa kagum melintasi hatinya, sungguh pemandangan yang sangat menyejukkan mata. Sejak tamat SMA, Laki-laki penyuka lontong pecal tersebut juga menyukai pemandangan orang-orang pergi masjid saat adzan.

Berbeda dengan agamanya yang mewajibkan beribadah hanya sekali dalam seminggu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!