Bab 3

Aryaaan!

Aryaaan!

Aryaaan!

Teriak anak-anak antusias begitu Aryan keluar dari mobil sedannya. Suasana kampus menjadi riuh menyambut kedatangan sang idola. Tiga teman se_band Aryan mengikuti di belakang. Aryan berjalan memasuki gedung kampus dengan segak bergaya. Ia melepaskan kacamatanya dan memasukkan dalam kerah baju sambil melangkah dengan membusung dada.

Aryan!

Aryan!

Aryan!

Aryan membalas dengan senyum dan lambaian tangan ke arah para fans. Dari jauh Ruqayyah tak berkedip melihat Aryan yang melewati para fansnya saat masuk ke kelas.

Ruqayyah segera berlari ke kantin lalu memesan sarapan buat Aryan. Aryan tidak menyukai sarapan roti di rumahnya, itu sebabnya ia datang pagi-pagi ke kampus demi makan lontong pecel. Namun Aryan tidak tahu, kemudahan dia bisa sarapan lontong pecel itu hasil Ruqayyah mengantri panjang.

"Qayyah,"

Seseorang menepuk bahu Ruqayyah dari belakang. Suasana kantin sangat ramai, apalagi menu lontong pecel spesial simbok bertubuh gemuk itu sangat laris.

"Eh Anas. Lama nggak jumpa ya." Qayyah hanya menoleh sebentar lalu fokus ke penjual lontong yang sedang merapikan pesanannya.

"Maklum, band lagi sibuk rekaman lagu baru."

"Ini seperti biasa, sambalnya di pisah dan susu Milo," serah Qayyah pada Anas. Ia melihat-lihat sekeling takut ada yang memperhatikannya, tapi siapa yang peduli dengan Ruqayyah. Gadis itu tidak pernah mengundang perhatian seperti perempuan lain. Meski dia berkomunikasi dengan Anas salah satu personal band yang sama dengan Aryan, anak-anak tidak peduli.

"Ternyata kamu masih ingat, kirain lupa karena lama nggak jumpa."

"Udah, sana bawa! Nanti keburu maghnya kambuh."

"Ok. Thank you, Ruqayyah." Anas segera membawa nampan berisi sarapan Aryan, pemberian Ruqayyah tadi.

"Yap, sama-sama Anas," balas Ruqayyah setelah Anas sudah menjauh. Gadis berjilbab biru muda itu kemudian balik ke kelas karena jam pelajaran akan di mulai.

Begitulah hariannya bila sang idola masuk kampus. Setiap pagi ia akan memesankan lontong pecel khas Mbok Darsih untuk Aryan. Entah itu bentuk tanda sayang atau cinta dia juga sulit membedakannya. Yang Ruqayyah tahu, setiap makanan pesanannya disukai Aryan, dua jauh lebih bahagia daripada menemukan yang tabungan yang hilang.

"Jeng jeng jeng ... Bro, ini sarapan Lo."

Anas meletakkan nampan yang berisi makanan untuk Aryan. Aryan pun tak sabar lalu mengambil nampan tersebut. Mereka berempat sedang duduk santai di ruang istirahat khusus. Demi kenyamanan mereka, keluarga Aryan memesan kamar khusus untuk anaknya supaya bisa belajar dengan konsentrasi.

"Tumben, cepet banget kamu pesannya."

Anas duduk di sofa lain, di kampus mereka memiliki ruangan sendiri untuk istirahat. Aryan tidak suka antri memanjang oleh itu dia selalu merepotkan Anas.

"Anas gitu lho, ya cepatlah kan udah dipesan kian sebelum Lo sampai sini.")perhatian ya," ledek si Tino lelaki berambut cepak dan sedikit pendek dari Aryan.

"Gue iri sama Lo Yan. Dalam banyak-banyak fans di luar sana ternyata ada yang sangat perhatian," timpal Gilang pemilik tubuh gempal dan berkulit putih. Memang dia berbeda dengan Aryan yang memiliki kulit sawo matang. Meski ketampanan Aryan melebihinya.

"Terserah deh kalian mau ngomong apa yang penting gue kenyang." Aryan tak peduli dengan sindiran para teman bandnya sekaligus sahabat sejak SMP itu.

"Aryan, cepat makannya. Pagi ini kelasnya Profesor Musa lho."

"Lalu kenapa kalau Profesor Musa yang masuk?" Terus mengunyah tanpa mempedulikan orang yang di ajak bicara.

"Lo lupa? Beliau itu sangat tegas dan nggak pandang bulu. Dan pelajaran hari ini adalah tentang halal dan haram."

Aryan menghabiskan kuah terakhir lalu mengambil tisu dan mengelap mulutnya.

"Ayo masuk. Nanti ada pula yang kena hukum khuruj tiga hari," ujarnya seraya berdiri lalu diikuti ketiga temannya yang lain.

Khusus kelas Profesor Musa jika ada yang melanggar peraturan kelasnya maka akan di hukum khuruj tiga hari, untuk memperbaiki diri. Beliau terkenal ramah dan juga tegas di antara dosen-dosen lain.

"Palingan Lo nginep di bar kan kalau di hukum khuruj lagi," timpal Anas, ia menyugar rambutnya kebelakang sambil jalan keluar.

"Apa serunya nginep di bar tanpa kalian."

Mereka menjawab ucapan Aryan dengan tertawa. Dalam hati Anas, Aryan takut juga di hukum khuruj. Padahal kalau dihukum khuruj itu adalah hukuman yang paling seru. Bisa jalan-jalan menambah wawasan, makan gratis dan menambah ilmu tentang Islam. Bahkan bisa menjelajah ke berbagai masjid-masjid atau musholla-musholla dari berbagai kota pula. Aryan tahu bahwa sahabat-sahabatnya itu beragama muslim, tapi nggak solat juga sama seoertinya, meski beragama Kristen tapi malas ke gereja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!