Hari ini Rania kuliah siang jadi ia bisa membantu ibunya bekerja, ini adalah pertama kalinya Rania kerumah majikan sang ibu. Ia takjub melihat rumah mewah tempat ibunya bekerja namun rumah ini tampak sepi, hanya ada seorang satpam.
Ia berpikir bahwa apa yang selama ini ibunya ceritakan ternyata benar, rumah ini mewah namun tidak ada kehangatan didalamnya. Dewi juga pernah bercerita tentang rasa kesepian yang dirasakan oleh sang anak majikan.
Rania juga di beri tahu bahwa anak majikan ibunya juga kuliah di universitas yang sama dengan dirinya, sang ibu juga bilang bahwa anak majikannya lebih tua tiga tahun dari Rania.
Saat ini Rania sedang membantu ibunya memasak, ia dengan telaten mengupas kentang dan memotong wortel.
"Mah.. Anak majikan mamah namanya siapa? Mamah gak pernah sebut namanya" tanya Rania disela-sela kegiatannya memotong wortel.
"Namanya den Sean, ganteng sekali anaknya" jawab Dewi, Rania hanya ber Oh ria menangapi jawaban sang ibu.
Ibu dan anak itu pun melanjutkan pekerjaan mereka. Setelah selesai dengan tugasnya, Rania bersiap-siap hendak berangkat ke suatu tempat.
"Mah, Rania pergi sekarang ya" pamit Rania.
"Loh.. Gak mau sarapan dulu sayang? Katanya kuliah siang, ini baru jam sembilan" ucap Dewi.
"Rania ada urusan mah, doain ya.. Assalammualaikum" ucap Rania, ia segera pergi setelah bersaliman dengan Dewi. Sang ibu hanya menggelengkan kepala melihat putri semata wayangnya.
*
*
Setelah beberapa malam terjaga demi mencari pekerjaan paruh waktu yang cocok dengan kegiatan belajarnya, akhirnya hari ini ia mendapat pekerjaan yang cocok untuk dirinya.
Saat ini ia sedang menunggu giliran wawancara untuk menjadi pelayan di kafe yang cukup dekat dengan kampusnya. Banyak mahasisiwa dari kampusnya yang juga bekerja paruh waktu di kafe ini.
Kafe ini juga cukup terkenal dikalangan mahasiswa, karena tempat nya yang menarik cocok untuk dijadikan tempat nongkrong sambil mengerjakan tugas.
Cukup lama menunggu giliran akhirnya nama Rania dipanggil untuk wawancara, ia pun dengan semangat memasuki ruangan itu. Rania sudah berlatih semalaman untuk wawancara ini, ia sangat percaya diri bahwa dirinya pasti diterima.
"Selamat pagi, silahkan duduk" ucap seorang lelaki. Rania pun duduk, mereka berdua saling memperkenalkan diri masing-masing.
Pria yang berada didepan Rania memperkenalkan dirinya sebagai manajer kafe itu, ia bernama Rio.
"Sebelumnya kamu udah pernah bekerja sebagai waiterss?" tanya Rio.
"Belum pak, ini pertama kalinya saya bekerja" jawab Rania.
Rio hanya mengangguk merespon jawaban Rania, ia membaca surat lamaran Rania, dan juga melihat potocopyan ijazah SMA milik gadis itu.
"Nilai-nilai sekolah kamu sangat sempurna, kenapa kamu gak cari pekerjaan magang di perusahaan-perusahaan?" tanya Rio.
"Saya mencari pekerjaan paruh waktu yang cocok sama jam kuliah saya dan jarak kampus sama kafe ini juga lumayan dekat, jadi saya memilih melamar disini" jawab Rania.
"Baiklah.. Kamu saya terima bekerja disini, masa percobaannya satu bulan. Kalau kamu ada kemajuan kamu bisa jadi karyawan tetap" ucap Rio, Rania sangat senang mendengar ucapan Rio.
"Terima kasih pak" ucap Rania.
Rio mengangguk sembari tersenyum, "Tapi kamu hanya bekerja di hari sabtu dan minggu sama seperti mahasisawa/i yang lain" ucap Rio, Rania semakin bahagia mendengarnya karena jam kerjanya tidak akan menganggu waktu kuliahnya.
"Terima kasih sekali lagi pak" ucap Rania antusias.
Rio hanya tersenyum melihat Rania yang begitu senang, "Satu lagi, jangan panggil saya 'bapak' panggi 'mas' aja. Semua karyawan disini juga manggil saya mas Rio" ucapnya.
"Baik pak... Eh mas Rio, kalau gitu saya permisi pak. Sampai jumpa hari sabtu" ucap Rania, ia pun keluar dari ruangan Rio setelah dipersilahkan.
Rania meninggalkan kafe itu dengan senyuman sumringahnya, karena jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang ia pun bergegas ke kampus untuk kuliah. Namun diperjalanan ia tiba-tiba saja teringat Rio, mas Rio udah ganteng, baik pula. Pantes aja kafenya rame, batin Rania.
+
+
+
Sementara itu dirumah mewah seorang pria tampan masih saja betah dibalik selimutnya, ia bahkan melewatkan jam sarapannya.
Tok..tok..tok.. Pria tampan itu terbangun setelah mendengar suara ketukan dipintu kamarnya, ia pun dengan malas bangkit dari ranjang dan berjalan gontai untuk membuka pintu.
"Den Sean, dari tadi pagi bibi bangunin gak bangun-bangun" ucap seorang wanita paruh baya, wanita itu adalah Dewi ibunya Rania.
"Aku baru pulang jam tiga bi, makasih udah bangunin aku" ucapnya, pria yang dipanggil Sean itu adalah Arthur.
"Yaudah den, siap-siap sarapan" ucap Dewi, Arthur mengangguk.
Arthur mengambil ponselnya untuk menelpon Rania, namun ia menjadi ragu untuk menelpon gadis itu setelah mengingat kejadian kemarin siang.
"Aahh!!" Arthur mengusap kasar wajahnya, "Gue kenapa sih?" ucap Arthur bicara sendiri, ia melempar ponselnya keatas ranjang dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Arthur telah selesai mandi, karena hari ini ia tidak ada kelas ia berencana bermalas-malasan dirumah, namun niatnya ia urungkan karena setiap kali ia berada dirumah ia selalu merasa sepi.
Setelah berpikir cukup lama ia pun memutuskan untuk menelpon Rania, ia bahkan menertawakan dirinya sendiri karena harus berpikir panjang dulu sebelum menelpon gadis itu.
"Hallo kak" bisik Rania diujung telpon.
"Lo dimana? Kok bisik-bisik gitu?" tanya Arthur.
"Aku di kelas, dosennya gak tahu aku terima telpon" bisik Rania lagi.
"Kalau lagi ada kelas ngapain angkat telpon gue sih, ntar kalau sampai ketahuan abis lo" ucap Arthur.
"Aku takut kak Arthur marah kalo gak jawab telponnya" bisik Rania
Arthur memijit batang hidungnya, entah gadis ini polos atau bodoh. "Yaudah lo jam berapa selesai kelasnya" tanya Arthur.
"Jam dua kak" jawab Rania.
"Oke, ntar gue jemput. Lo jangan kemana-mana" ucap Arthur dan langsung memutuskan sambungan telpon.
Arthur kembali merebahkan tubuhnya diatas ranjang, ia masih merasa pengar akibat minum terlalu banyak tadi malam. Ia memilih tidur lagi karena masih ada waktu satu jam sebelum Rania keluar dari kelas.
✡ ✡ ✡ ✡ ✡ ✡
Sesuai perintah dari Arthur, Rania pun menunggu pria itu di parkiran kampus. Saat ia sedang menunggu, Jessica dan teman-temanya datang menghampiri Rania.
Rania langsung gugup, ia tidak tahu harus apa. Kampus sudah sepi, Bella dan Bagas juga sudah pulang duluan. Ia memilih pergi dari parkiran namun langkahnya terhenti karena Jessica menarik keras rambut Rania.
"Mau kemana lo? Lo pikir gue bakalan takut karena Arthur ngelindungin lo" ucap Jessica.
"Kak.. Sakitt, tolong lepas" pinta Rania.
"Berani banget lo perintah-perintah gue!" ucap Jessica yang menarik rambut Rania semakin kencang.
"Dengerin ucapan gue baik-baik, ja.." ucapan Jessica dipotong oleh Sisi.
"Jess, Arthur dateng. Ayo cabut" potong Sisi yang sedari tadi mengawasi.
Jessica mendengus kesal dan pergi secepatnya dari parkiran sebelum Arthur melihatnya. Rania langsung jatuh terduduk, ia benar-benar ketakutan.
Arthur yang melihat Rania terduduk langsung memarkirkan mobilnya asal, ia segera turun menghampiri gadis itu.
"Lo kenapa? Ngapain duduk disitu. Kotor tau!" ucap Arthur.
Rania menggelengkan kepalanya, "Aku cuma capek aja berdiri nungguin kak Arthur" ucap Rania berbohong.
Arthur berdiri dan mengulurkan tangannya pada Rania yang masih terduduk, gadis itu mengerti dan langsung menerima uluran tangan Arthur.
"Temenin gue makan! Gue laper" ucap Arthur dan Rania mengangguk.
*
*
Setengah jam menghabiskan waktu diperjalanan akhirnya mereka pun sampai di kafe favorit para mahasiswa/i. Selama perjalanan menuju kafe Rania hanya diam, ia memikirkan bagaimana agar dirinya terbebas dari Arthur.
"Lo gak mau turun?" tanya Arthur membukakan pintu untuk Rania, gadis itu tampak bingung, ia tidak tahu kalau mereka sudah sampai tujuan. Ia juga tidak sadar kapan Arthur keluar dari mobil.
Rania dengan cepat membuka seatbeltnya, ia pun turun sambil cengengesan. Mereka berdua pun masuk, setelah mendapat meja Arthur langsung memanggil pelayan untuk memesan makanan. Ia sangat lapar karena perutnya belum terisi dari pagi.
"Banyak banget pesannya" ucap Rania setelah pelayan pergi.
"Gue laper" ucap Arthur.
Cukup lama akhirnya makanan yang mereka pesan tiba, pelayan pun pergi setelah menata makanan mereka di meja. Arthur langsung menyambar spageti kesukaannya, ia makan dengan lahap membuat Rania mengulum senyumnya.
"Kafenya bagus ya kak" ucap Rania tiba-tiba, Arthur menaikan sebelah alisnya menatap heran gadis itu.
"Mulai hari sabtu nanti aku kerja disini" ucap Rania lagi.
"Kok lo gak bilang dulu sama gue kalau mau kerja?" tanya Arthur.
Rania tampak heran mendengar kata-kata Arthur.
"Emm.. Maksud kak Arthur? Emangnya aku harus bilang dulu?" tanya Rania.
Arthur menghentikan kegiatan makannya karena mendengar pertanyaan dari Rania, ia meletakkan garpu dengan keras sehingga membuat suara bising di meja mereka. Tapi untungnya para pengunjung yang lain tidak merasa terganggu sehingga mereka tidak menjadi pusat perhatian.
"Lo lupa siapa diri lo?" Arthur bertanya balik, nada bicaranya sangat dingin membuat Rania sedikit gugup.
Rania menundukkan kepalanya karena tidak tahu harus menjawab apa, terlebih lagi tatapan matanya menusuk Rania.
"Lo gak bisa jawab pertanyaan gue?" Arthur bertanya lagi.
"A..a..aku.. B..b..budak kak Arthur" jawab Rania terbata.
"Mulai sekarang lo adalah milik gue" ucap Arthur, Rania mengangkat kepalanya menatap Arthur seolah meminta penjelasan.
"Jadilah pacar yang baik maka gue bakal memperlakukan lo dengan baik" ucap Arthur lagi, sebenarnya ia juga tidak mengerti ada apa dengan dirinya. Entah ini cinta pada pandangan pertama atau ia hanya sekedar penasaran dengan gadis dihadapannya ini, ia akan mengetahuinya nanti.
"Lo gak mau?" tanya Arthur, namun lagi-lagi ia tidak mendapat jawaban dari Rania. Diamnya Rania membuat dirinya kesal bukan main, ia tidak suka di abaikan seperti ini.
"Oke, gue kasih pilihan. Jadi pacar gue atau.." ucapannya menggantung.
"Jadi alat pemuas nafsu gue, kalau gue udah bosan main sama lo, gue bakal buang lo" lanjut Arthur.
Kedua pilihan itu sama saja menurut Rania, ia menatap dalam-dalam manik hitam pekat milik Arthur.
"Jadi pacar kak Arthur" ucap Rania, ia seperti tersihir oleh keindahan manik mata milik pria di depannya ini. Kini ia benar-benar tidak bisa terbebas dari seorang Arthur.
Arthur tersenyum penuh kemenangan mendengar pilihan Rania, entah mengapa hatinya menghangat.
"Pilihan yang bagus" ucap Arthur, ia pun melanjutkan memakan spagetinya yang mulai dingin.
"Aku.. Boleh kerja disini kan?" tanya Rania hati-hati.
"Emangnya lo perlu banget kerja? Bukannya lo dapet beasiswa penuh?" tanya Arthur.
Rania menghela napasnya, ia memang mendapat beasiswa penuh. Namun ia ingin membantu ibunya mencari uang, mengembalikan uang yang telah ia habiskan untuk pengobatan traumanya.
"Aku.. " jawab Rania menggantung, ia tidak bisa memberi tahu Arthur alasan sebenarnya ia bekerja.
"Kalau lo gak bisa kasih alasan yang bagus, gue gak akan kasih izin buat lo kerja" ucap Arthur.
"Aku punya banyak hutang!" ucap Rania spontan, lalu sedetik kemudian ia menyesali perkataannya. Alasan yang konyol Ran, mana mungkin cewek 19 tahun punya hutang, batin Rania.
"Hah?" ucap Arthur, ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Jelas-jelas itu tidak masuk akal.
"Yaudah, boleh. Gue gak mau punya pacar yang punya banyak hutang" ucap Arthur menggoda gadis itu. Rania tampak malu mendengar ucapan Arthur.
"Makasih kak" ucap Rania menampilkan senyum cengengesannya.
\[{}\] \[{}\]
Setelah kenyang dan berkeliling sebentar, Arthur mengantar Rania pulang kerumah. Entah mengapa ia merasa waktu begitu cepat berlalu saat dirinya bersama Rania, ia merasa dirinya seperti remaja yang sedang kasmaran.
Namun sepertinya tidak untuk Rania, gadis itu terlihat tidak nyaman sama sekali berada di dekat Arthur, ia merasa seperti terintimidasi.
"Makasih kak udah nganterin aku pulang" ucap Rania.
"Lo tinggal sama siapa dirumah?" tanya Arthur.
"Cuma berdua sama mamahku, papah udah meninggal dan aku anak tunggal" jawab Rania.
"Gue gak nanya, kan gue cuma nanya lo dirumah sama siapa" ucap Arthur ketus.
"Cuma kasih tahu doang" ucap Rania, "Yaudah aku turun. Bye" lanjutnya.
Arthur pun langsung melajukan mobilnya ketika Rania sudah turun, tanpa pamit ia pergi begitu saja.
(Bersambung... ❤)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Ikoh Jenggung
kya nya seru
2020-06-17
0
Ika Aprianti SSC🌹
ku rasa certanya bagus....kisah perjuangan hidup seorang gadis yg ingin bangkit dari keterpurukan dan sangat menyayangi ibunya
ok...lanjut dan semangat utk author nya
2020-06-10
1