Sore menjelang magrib di kediaman Arga.
"Alhamdulillah....., beres" senyum terkembang diwajah cantik El. Ia menatap kagum juga lega, karena berhasil menata buah, yang merupakan pekerjaan terahir untuk diselesaikan.
"Udah....?" Mak Leha datang menghampiri seraya mengamati hasil pekerjaan El. Ia pun merasa bangga pada El, ternyata anak itu bisa diandalkan.
"Udah Mak, jadi kita nggak kemalaman pulangnya" ucap Elma sambil berlalu menyimpan buah di meja yang telah disiapkan.
"Lho, kok mau pulang?" Nyonya Anggara yang baru masuk kedapur sempat mendengar obrolan El dan Mak Leha.
"Ia nya, apa masih ada yang bisa kami bantu?" Mak Leha kembali bertanya untuk memastikan. Karena sesuai pembicaraan di awal nyonya Anggara hanya memerlukan bantuan untuk membersihkan ruangan, menyiapkan dan menata buah juga kue, sedangkan sisanya semua menjadi urusan pihak catering, termasuk menyiapkan piring dan gelas. Menurut nyonya Anggara itu lebih enak, tidak perlu repot-repot untuk masak dan mencuci piring.
Untuk dekor ruangan, nyonya Anggara sudah ada yang mengerjakan. Jadi rasanya sudah tidak ada lagi yang perlu dikerjakan.
"Sejauh ini nggak ada sih, tapi kalau Mak Leha mengizinkan, saya masih butuh bantuan El, untuk memantau apa saja nanti yang kurang. Maklum acara anak muda, kita yang tua-tua begini ya tau ajalah Mak" ucapan disertai permintaan tolong disampaikan nyonya Anggara.
"Kalau saya terserah anaknya aja nya" Mak Leha tidak bisa menolak juga mengiyakan, ia akan menyerahkan keputusan pada El.Terlebih besok hari Senin, El akan sekolah.
Mak Leha melirik pada El yang baru selesai menyimpan piring buah.
"Ada apa mak?" tanya El yang merasa diperhatikan oleh mak Leha juga nyonya Anggara.
"Begini El, untuk saat ini pekerjaan semuanya memang sudah beres, hanya saja Tante masih butuh bantuan El, untuk memantau apa saja yang kurang saat acara dimulai"
El tidak langsung menjawab, ia melirik ke arah Mak Leha untuk meminta pendapat.
"Mak terserah kamu aja El" ucap Mak Leha seraya memberi kebebasan untuk El menerima ataupun menolak.
El masih tampak berpikir. Ditolak tidak enak, diterima juga dia masih takut-takut. Ia juga sepemikiran sama Al, yang namanya pesta anak orang kaya, beda jauh sama perta ulang tahun teman sekampungnya.
El merasa minder, juga takut nanti menjadi bahan olokan.
"Udah jangan khawatir, kerjaannya gampang kok, hanya ngeliat mana makanan yang kurang, mana yang perlu ditambah, gitu aja kok, boleh ya...?" Nyonya Anggara berusaha memohon sekaligus membujuk agar El setuju.
"Baik Tante, saya setuju, tapi....." El kembali ragu.
"Tapi apa sayang?" Nyonya Anggara bertanya apa yang membuat El ragu.
"Mak masih disinikan? El takut pulang sendirian" El memang masih gadis polos. Jika banyak anak seumuran dirinya ingin kebebasan tidak mau lagi diperhatikan orang tua, tidak dengan El. Belum pernah sekalipun ia pergi terlebih malam hari tanpa Mak Leha atau Al.
"Udah....kamu tenang aja, Mak...biar sopir yang antar sekarang. Kalau untuk El nanti gampanglah, ada sopir juga Arga yang bisa antar. Atau nginap aja, besok baru pulang" ucap nyonya Anggara sambil mengelus sayang pucuk kepala El.
Akhirnya El mengangguk setuju.
"Alhamdulillah....makasih sayang" ucap nyonya Anggara tulus.
"Kalau begitu saya pamit ya nya, takut keburu magrib" Mak Leha kembali bersuara. Lagian dia juga sudah tau apa keputusan El, ditunggu semakin lama nanti bisa kemalaman.
"Mak Leha di antara sopir aja, tunggu sebentar saya panggilin" Nyonya Anggara berlalu pergi meninggalkan Mak Leha juga El.
"El....!" Mak Leha diantar El untuk berjalan menuju halaman depan.
"Ia Mak" El masih setia berjalan sambil memeluk mesra tangan Mak Leha, tak ada kata malu, meski Mak Leha hanya seorang pembantu.
"Ingat........" belum selesai Mak Leha melanjutkan ucapannya, El sudah melanjutkan kata-kata Mak Leha.
"Jaga diri, jaga nama baik keluarga, jangan bikin malu, jangan tergoda dulu dengan laki-laki" tutur El. Karena itulah kata-kata yang selalu dipesankan mak Leha juga Al saat dirinya akan pergi belajar kelompok bersama teman.
"Ih....kamu paling bisa kalau dibilangin" Mak Leha mencubit lengan El. Membuat keduanya tertawa bersama.
"Kok udah mau pulang?" Arga baru selesai memarkirkan mobil. Ia baru saja kembali dari nge-gym bareng teman-temannya. Dia melihat Mak Leha juga El sudah berada di halaman. Mak Leha sudah lengkap dengan tas kebangsaannya. Ia mengira El dan Mak Leha akan pulang. Ada rasa tak terima.
"Iya den, soalnya udah selesai kerjaannya" jawab Mak Leha yang memang benar adanya.
"Senyum Arga sedikit luntur, padahal mati-matian ia membujuk nyonya Anggara untuk mengadakan acara, agar ia bisa bertemu El lebih lama. Tapi sekarang?
"Hanya Mak Leha yang pulang, El masih tetap disini" tiba-tiba nyonya Anggara datang dari dalam rumah bersama seorang sopir. Ia tau anak tunggalnya mulai cemas, takut El juga ikut pulang.
"Seketika wajah Arga kembali berseri, apa yang dikhawatirkan tidak terjadi. Ia menatap penuh arti pada sang mama. Mungkin berterima kasih.
"Udah......jangan senyum-senyum sendiri, kamu sana mandi! bau tau" Nyonya Anggara berpura-pura memencet hidung. Saat Arga mendekati dirinya.
Untuk memastikan apa yang dikatakan nyonya Anggara, Arga ikut menciumi bau badannya.
"Nggak bau kok ma, hanya keringat doang" ucapnya sedikit cemberut.
"Ih...mandi dulu sana, nanti acara keburu dimulai!" nyonya Anggara mendorong tubuh Arga.
Mak Leha dan El hanya bisa tersenyum melihat tingkah dua majikannya.
Sedang di mobil, sopir sudah menghidupkan mesin, siap untuk mengantar Mak Leha pulang.
"Nya....Mak pamit ya? titip El, kalau dia nakal dibilangin aja nya bila perlu dimarah sekalian" Mak Leha menitipkan El pada nyonya Anggara. Dan seperti orang tua pada umumnya, tidak ingin anaknya membuat malu.
"Udah Mak Leha tenang aja, El anak manis, nggak mungkin macem-macem" jawab Nyonya Anggara yang sudah sangat mengenal bagaimana El. Jika bisa malah ia teringin menjadikan El sebagai anaknya.
El melepas, pelukan tangannya ditangan Mak Leha. Kemudian mengecup punggung tangan Mak Leha hikmat sebagai salam perpisahan.
"Nya, saya pamit ya?" ucap Mak Leha, dan diangguki nyonya Anggara juga Arga.
"Jangan ngebut pak!" pesan Arga pada sopir.
"Siap Den"jawab sopir mantap.
Nyonya Anggara, El juga Arga melambaikan tangan pada Mak Leha, begitupun Mak Leha. Setelah mobil meninggalkan pekarangan rumah, ketiganya masuk kedalam.
"Sayang, mandi dan istirahat saja dulu dikamar tamu ya!"
El hanya mengangguk.
"Oya...., pakai aja sekalian baju yang tadi Tante berikan, untuk ********** Tante sudah siapkan ada dalam lemari, pilih saja ya" ucapan nyonya Anggara tanpa ada filter, mungkin ia lupa masih ada Arga disana. Membuat El memerah malu, saat nyonya Anggara membahas soal dalaman.
"I...ia tante" jawab El malu-malu.
Arga tersenyum mesem, ia tau saat ini El sedang dilanda malu.
"Kamu kenapa? dari tadi suka senyum sendiri? sana mandi!" gerutu nyonya Anggara pada Arga.
"Siap bos!" Arga memberi hormat pada sang mama, dan setelahnya sedikit berlarian menuju anak tangga. Saat ini hatinya sangat bahagia. Karena wanita yang dicintai sejak ia tau akan cinta masih berada dirumahnya. Hanya saja, cinta itu tidak pernah diungkapkan. Karena setiap kali diungkapkan, El pasti hanya menganggapnya sebagai gurauan. Seperti contohnya saat tadi pagi ketika di mobil. Tapi memang itulah El. Arga juga tau, dan sangat bersyukur jika El sampai saat ini tidak memiliki pacar. Tapi tidak menutup kemungkinan untuk hari esok. Jadi jika bisa, Arga ingin secepatnya mengungkapkan perasaannya pada El.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
mom mimu
semangat kak Lin 💪🏻💪🏻💪🏻
satu iklan untukmu...
2022-12-19
0
mom mimu
apa pada akhirnya nanti El bakal bersama sama Arga? gak yakinnya karena di awal cerita udh d kasih tau El di bobol orng 😞
2022-12-19
0
Authophille09
Semangat kak, ayo up lagi💪
2022-12-18
0