Kelas hampir berakhir, semua siswa jurusan akutansi bersiap-siap untuk pulang, tidak terkecuali Althaf, Cleon, Satrio and the gang yang memiliki jurusan yang sama.
Berbeda dengan Al dan Cleon yang memang satu kelas sejak kelas satu, Satrio merupakan siswa pindahan dari Jakarta saat dikelas dua yang lalu. Dia memutuskan pindah ke Bandung demi mengejar cintanya, Cleon.
"Leon..., pulang bareng gue ya!" Leon panggilan khusus dari Satrio untuk Cleon. Bukan sekedar kalimat ajakan, namun lebih kepada perintah yang tidak mau dibantah. Satrio menghampiri meja Cleon sesaat setelah guru meninggalkan ruang kelas.
Cleon yang saat itu sedang memasukkan buku terahir ke dalam tasnya, sejenak melihat ke arah laki-laki yang mengajak dirinya untuk pulang bareng.
Ganteng, tinggi, putih, pintar, serta kaya dan juga apa yang melekat pada laki-laki itu semua barang mewah. Dari jam tangan, sepatu, tas, ikat pinggang, dan gelang yang di pesan khusus dari merk terkenal dunia menambah kesan glamor. Terkecuali seragam sekolah, karena memang disiapkan dari pihak sekolah. Semuanya sangat cocok ditubuhnya. Sehingga kegantengan yang dimiliki semakin menanjak di atas rata-rata. Satu kata untuk Satrio, sempurna.
Jika semua perempuan berlomba-lomba untuk mendekati Satrio, tidak untuk Cleon. Dimata Cleon Satrio terlihat biasa saja. Malah ada laki-laki yang lebih sempurna dimatanya. Dia adalah Al, Althaf Altharun.
"Sorry Sat, gue ada janji pulang bareng teman" bohong Cleon.
Soalnya dia punya rencana sendiri yang harus ia perjuangkan. Mengejar cintanya Althaf. Yang sejak dulu belum berbalas.
Cleon melihat sekilas pada Al yang sudah berdiri bersiap untuk pulang.
Satrio mengikuti arah pandang Cleon, "sial....! anak ingusan itu lagi!" suara hati Satrio. Tangan mencengkram kuat meja Cleon, melampiaskan rasa marah karena diabaikan. Sudah berkali-kali Cleon menolak dirinya hanya karena seorang Althaf. Ini menambah daftar kebencian Satrio pada seorang Al yang tidak tau menahu tentang urusannya dan Cleon.
Secara tidak langsung, Cleon telah merendahkan harga diri Satrio. Satrio tidak terima ditolak hanya demi laki-laki miskin, dia harus membuat perhitungan dengan orang yang bernama Al. Apa pun caranya, dia harus merasakan bagaimana sakitnya hati Satrio saat ini. Itu janji Satrio pada dirinya.
"Al..., tunggu Al....!" Cleon berteriak memanggil Althaf yang sudah berada diambang pintu.
Tanpa permisi atau basa basi, Cleon bangkit, lalu sedikit berlari untuk mengejar Althaf. Meninggalkan Satrio yang masih berada di sisinya.
Bukannya Cleon tidak sadar akan perhatian Satrio padanya, hanya saja cintanya pada Al terlalu besar sejak pertama kali mereka bertemu dua tahun yang lalu, saat dibangku kelas satu. Sedang pada Satrio, Cleon hanya menganggap teman, tidak lebih. Terlebih sikap Satrio yang terkadang pemaksa membuat Cleon semakin tidak suka, apalagi cinta.
Cleon berusaha menyamakan langkah disamping Althaf. Langkah Althaf yang terbilang lebar, Membuat Cleon sedikit berlarian di samping Al. Sudah beberapa langkah berjalan beriringan, Al masih tetap diam, tak sedikit pun ia melirik pada gadis cantik yang sedang berjalan di sampingnya. Pandangannya lurus kedepan. Langkah kakinya juga sama ianya, jangankan berhenti memelan saja sepertinya tidak.
Cuek.....
Itulah sikap yang ditujukan Althaf pada Cleon. Padahal jika dengan orang lain ia selalu ramah. Bukan karena tidak tertarik, apalagi pada wanita sesempurna Cleon, pasti Althaf tertarik. Hanya saja, ia masih berpikir ribuan kali, dan terus mengingat pesan Mak, yang seolah tidak ada bosannya berpesan pada Al juga El, untuk mengejar cita-cita dulu, setelah semua tercapai barulah memikirkan tentang jodoh.
Mak menginginkan ke dua anaknya bisa menjadi "orang", sehingga bisa mengubah garis kemiskinan yang selama ini membelit hidup mereka.
Althaf juga sadar diri, siapalah dia dibanding Cleon, mereka ibarat bumi dan langit. Mana mungkin bisa disandingkan. Langit yang berada tinggi diatas, sementara bumi jauh berada di bawah, mungkin sampai kiamat pun tidak akan pernah menyatu.
Karena itulah Al tidak pernah membalas pernyataan cinta Cleon.
Mencari jodoh biarlah sekufu, itulah pesan dari seorang ustaz tempat Al mengaji. Secara bahasa, kufu diambil dari istilah Arab kafa'ah yang artinya sepadan atau setara. Jadi, sekufu dalam hal memilih pasangan adalah kesepadanan atau kesetaraan antara laki-laki dan perempuan yang ditinjau dari berbagai aspek baik agama, kekayaan, suku maupun keturunan. Agar tidak memicu perbedaan dikemudian hari yang bisa memicu konflik dan mengakibatkan perpisahan.
Mata Satrio menajam penuh kebencian. Satrio bisa melihat bagaimana cueknya selama ini Cleon padanya, tapi bila berhadapan dengan Al, sungguh perlakuan yang berbeda ia tampilkan. Apa sebenarnya yang digilai Cleon pada Al?
Bukankah seorang Satrio lebih segalanya?
Kegantengan, juga kekayaan, dia lebih dari Althaf.
"Kenape Lo? kalah lagi?" seorang datang menepuk punggung Satrio, yang masih lekat melihat kearah pintu. Pertanyaan mengejek yang membuat hati Satrio semakin panas.
Satrio menoleh, lalu mendorong tubuh Joe, yang berdiri menghalangi langkahnya.
"Masak seorang Satrio Dewanto, kalah sama tikus curut?" Seorang lagi mendekat semakin memanasi hati Satrio yang memang benar-benar sudah panas. Siapa lagi kalau bukan si Anjar.
Satrio, Anjar dan Joe bersahabat karib sejak Satrio datang ke Bandung. Sama-sama terlahir dari keluarga kaya, kegantengan yang dimiliki hampir sama membuat ketiganya punya chemistry sehingga bisa berteman dekat hingga saat ini. Meski Satrio lah yang paling lebih segalanya diantara mereka bertiga. Makanya mereka menganggap Satrio sebagai ketua gang mereka.
Mereka bertiga adalah gang yang disegani di SMK itu. Bagaimana tidak semua akan tunduk dan patuh pada mereka, jika ada yang berani membangkang, atau mengusik kesenangan mereka, dapat dipastikan orang itu berada dalam masalah. Karena mereka tidak akan segan menyakiti siapapun itu. Apalagi hanya seorang Al, itulah yang akan mereka lakukan nanti, karena sudah berani mengganggu kesukaan salah satu dari mereka, yaitu Cleon.
"Apa maksud Lo berdua ha......?" bentak Satrio sambil memegang kerah baju Anjar. Cengkramannya menguat, sehingga membuat kerah baju Anjar berantakan. Tidak hanya itu, tubuh Anjar yang lebih rendah dari Satrio dibuat sedikit terangkat.
Siswa yang melihat adegan itu merasa ketakutan, pasalnya Satrio benar-benar terlihat menyeramkan. Mata membulat seperti mau keluar dari sarangnya, urat diotot tangan juga bermunculan, akibat kuatnya dia mencengkram kerah baju Anjar.
"Tenang bro!" Joe ikut melerai, berusaha melepas cengkraman Satrio dileher Anjar. Karena Joe tau bagaimana Satrio kalapnya jika terbakar api emosi. Bisa-bisa dibantingnya tubuh Anjar ke meja dikelas itu.
"Anj*ng Lo! " maki Anjar, pada Satrio. Sesaat setelah terlepas dari cengkraman.
"Kalian berdua apaan sih? kok malah berantem, seharusnya yang kenak tu si curut tu" tunjuk Joe dengan mulutnya kearah pintu.
"Sorry bro" Satrio menepuk punggung Anjar.
"Ia gue tau Lo lagi kesal, kita berdua juga kesal ngeliatnya" ucap Anjar sambil kembali bertos ria dengan Satrio menggunakan lengan, tanda persahabatan kembali terjalin.
"Kita harus buat perhitungan, biar curut itu kapok" si Joe memberi cadangan.
"Gue mau dia ngerasain sakit yang gue rasain, bila perlu lebih!" ucap Satrio berapi-api.
Ketiganya masih berdiri disamping meja Cleon.
"Bagaimana kalau................" Anjar membisikkan sesuatu ditelinga Satrio, kemudian Joe. Diakhir bisikan itu, ketiganya tertawa seperti setan, menakutkan.
Siswa yang masih ada didalam ruangan itu dibuat bergidik ngeri, secepatnya mereka keluar dari kelas, takut nanti mereka yang akan terkena masalah. Entah kegilaan apa yang bakalan mereka lakukan.
"Al......., tunggu dong Al, Lo kok nyuekin gue?" merasa dicuekin dari tadi membuat Cleon merasa kesal. Belum lagi nafasnya yang sudah terengah-engah efek menyamakan langkah dengan Althaf.
Akhirnya Al menghentikan langkah, dilirinya sekilas Cleon yang membungkuk, masih terengah-engah.
"Ada apa? gue mau pulang" suara bariton menyapu rungu Cleon, tidak hanya bulu kuduk yang ikut berdiri, badan yang tadi membungkuk secepatnya menegak. Senyum manis juga ia tampilkan.
"Al, boleh gue nebeng Lo?"
Pertanyaan bodoh yang Cleon ucapkan. Sejak lahir dia tidak pernah naik motor, sekali ngomong maunya nebeng sama Al yang hanya memiliki motor Supra tahun 2000an sebagai tunggangan, apa itu tidak salah?
"Maksud Lo?" Al merasa salah dengar dengan apa yang ia dengar barusan.
"Maksud gue, gue pulang mau nebeng sama Lo" ulang Cleon dengan wajah penuh harap.
Al tertawa, entah untuk apa tawanya itu. Tanpa memperdulikan Cleon, Al berjalan ke arah motor yang terparkir.
Disaat bersamaan Elma berjalan ke arah parkiran.
"Eh ada Cleon, nunggu siapa?" tanya Elma ramah. Agak sedikit aneh sebenarnya melihat Cleon ada disana, pasalnya itu parkiran motor, bukan mobil.
Cleon jadi salah tingkah, serasa jadi pencuri yang tertangkap basah.
"Eh....enggak.....gue....gue....,pamit dulu ya?" Cleon berjalan meninggalkan parkiran, melangkah terbesar, sekali-kali ia kembali menoleh kebelakang ke arah El berada. El membalas tersenyum. Padahal El dari tadi sudah memergoki Cleon juga Al jalan bersama.
"Ternyata pengagum Al bukan kaleng-kaleng" suara hati El, dia merasa kagum dengan saudara kembarnya Al.
"Kenapa Lo, senyum-senyum sendiri?" tanya Al di atas motor bututnya, yang sudah berada di depan El.
"Enggak, tadi ada putri kayangan jatuh ke bumi" ucap El diiringi tawa.
"Sudah, kita jangan ngayal ketinggian, ntar kalau jatuh sakit" ucap Al, seraya memberikan helm pada El.
El menerima helm dan memasang dikepalanya.
"Ngayal doang boleh kali Al, kalau pun jatuh kan hanya dalam angan" jawab El.
"Udah ayo naik, panas tau"
"Iya....ia....Al yang ganteng"
El mendudukkan dirinya dibelakang Al. Mereka berdua tertawa bersama. Tampak sekali raut kebahagian diwajah keduanya. Tanpa mereka sadari ada tiga pasang mata yang menatap mereka penuh arti.
Bersambung.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Dewi Payang
si Anjar, pake manas2in segala.
2023-02-12
1
Dewi Payang
Sabar Satrio
2023-02-12
0
mom mimu
lanjut di sini kak Lin, semangat 💪🏻💪🏻💪🏻
2022-12-14
1