Cahaya di langit biru, perlahan mulai meredup. Petanda tidak lama lagi akan terjadi pergantian waktu.
Di jam seperti ini biasanya orang-orang akan kembali kerumah setelah seharian mencari nafkah diluar.
Begitupun Mak Leha. Semua pekerjaan di dalam rumah majikan, sudah ia selesaikan. Kini, dia sudah terduduk manis disalah satu bangku taman rumah majikan. Satu tas selempang tua berwarna hitam usang, juga ikut duduk disampingnya. Bukan barang mewah atau pun dompet yang berisi banyak uang, melainkan baju ganti juga uang gocengan yang bersemayam di dalam tasnya.
Mak Leha duduk disana menunggu Althaf menjemputnya pulang. Karena ini memang saatnya Mak Leha pulang bekerja. Setiap hari aktivitas ini selalu dijalani, pagi sebelum berangkat sekolah Althaf mengantar Mak leha dan di jam empat seperti saat ini kembali menjemputnya. Terkecuali hari Minggu, majikan tempat Mak Leha bekerja, memberinya waktu libur dihari itu.
Dulu, semasa suaminya masih hidup juga bekerja disana sebagai seorang sopir. Mak Leha mengabdi disana sudah cukup lama, sejak kematian almarhum suaminya. Berarti kurang lebih sepuluh tahun lamanya.
Majikan Mak Leha orang yang baik, tidak terkecuali anaknya juga selalu bersikap baik terhadap Mak Leha. Majikan Mak Leha punya seorang anak tunggal, Arga namanya. Sekarang masih kuliah di universitas negeri ternama di Jakarta. Jika pulang hanya di hari libur saja. Sedangkan majikan Mak Leha sendiri, adalah pasangan pengusaha. Majikan perempuan memiliki usaha butik pakaian bermerek, sedang suaminya seorang pengusaha kaya raya yang tidak Mak Leha ketahui dibidang apa.
Diusianya yang mulai beranjak senja, Mak Leha tanpa lelah masih berusaha mencari nafkah menggantikan sosok ayah bagi kedua anaknya. Tidak ada kata mengeluh, meski hanya bekerja sebagai pembantu, Mak Leha tetap selalu bersyukur, karena itu pekerjaan halal. Baginya, anak-anak bisa makan dan sekolah, itu yang paling utama. Mak Leha yakin, suatu hari kedua anaknya bisa menjadi kebanggaan bagi dirinya.
Tet....tet......
Klakson dibunyikan oleh pemilik mobil.
Sebuah mobil sport hitam berplat nomor B, berhenti tepat di depan pagar hitam rumah dua lantai bernuansa monochrome.
Mak Leha yang sedang duduk santai dikursi taman, tergopoh-gopoh berjalan ingin membukakan pagar. Kebetulan penjaga rumah sedang izin kebelakang untung shalat asar, sekalian menunggu Althaf, Mak Leha dimintai tolong menjaga pagar.
"Mau pulang mak?"sapaan ramah dari Arga yang baru saja menurunkan kaca mobil.
"Iya den....." Mak Leha tersenyum ramah dan sedikit membungkukkan badan, petanda hormat. Tak peduli usia majikan hampir sama dengan usia anaknya.
"Mau diantar? ayo sekalian saya antar!" tawar Arga yang masih enggan menggerakkan ban mobilnya.
"Nggak usah den, makasih. Althaf udah dijalan" lima jari Mak Leha melambai-lambai didepan dada, tanda penolakan. Mak Leha cukup tau diri, tidak ingin merepotkan majikan yang baru saja pulang dari perjalanan jauh, Jakarta.
Mak Leha membuka pagar lebar-lebar, agar mobil Arga leluasa masuk kedalam.
"Benar nggak mau diantar Mak?" Arga kembali memastikan.
"Nggak usah den, nah......itu jemputan Mak sudah datang" tunjuk Mak Leha pada Althaf yang sudah berhenti dibelakang mobil Arga.
"Oh.....ya udah deh Mak, saya masuk dulu ya" Arga kembali menjalankan mobilnya.
Mak Leha hanya membalas anggukan diiringi senyuman.
Mak Leha kembali ke arah bangku santai tempat ia tadi duduk untuk mengambil tas miliknya. Setelah itu kembali berjalan kearah pagar, disaat bersamaan kang Tarjo yang tadi pamit untuk shalat, sudah kembali.
"Mau pulang mak?" tanya kang Tarjo ramah, ia melihat sudah ada Althaf di luar pagar.
"Ia, mau pulang...., duluan ya..... kang!" pamit Mak Leha sambil berjalan mendekat ke arah Al.
"Hati-hati mak. Jangan ngebut Al!" pesan kang Tarjo yang sudah siap kembali menutup pagar.
"Siap....., duluan kang...." masih di atas sepeda motor, Al pamitan pada kang Tarjo.
"Udah Mak?" Al memastikan Mak Leha benar-benar sudah siap di atas motornya.
"Udah" jawab Mak Leha, yang sudah memeluk pinggang Al.
Motor butut Al akhirnya berlalu pergi meninggalkan rumah mewah tempat Mak Leha dan keluarga menggantungkan hidupnya.
Cukup lima belas menit perjalanan, motor Al sudah terparkir rapi di halaman rumah era 80an. Rumah yang dijadikan tempat mereka bernaung dari teriknya panas mentari, juga dingin dikala hujan.
"Mak....!" El tergopoh-gopoh mendatangi Mak Leha yang masih berdiri diambang pintu. El ingin mencium tangan orang yang sudah melahirkan juga membesarkannya hingga seperti sekarang. Bagi El, Mak Leha adalah keramat, pintu menuju surga.
Gadis cantik itu, tidak pernah ketinggalan untuk melakukan ritual cium tangan, saat Mak Leha akan dan pulang bekerja.
Elma gadis cantik yang punya akhlak di atas rata-rata, berkat didikan Mak Leha tentunya. Selalu menghormati yang lebih tua, dan sayang kepada yang lebih muda.
Mak Leha dan El jalan beriringan masuk ke dalam, sementara Al, mengekor dibelakang dengan menjinjing tas milik Mak Leha.
****
Malam hari.
Meja makan bertaplak plastik motif bunga-bunga hasil karya Althaf. Dibuat dari sisa-sisa papan mal yang dipinta dari tetangga saat membangun rumah tempo lalu, menjadi saksi bisu betapa bahagianya keluarga kecil itu. Meski hanya tahu dan tempe sebagai hidangan, tidak menyurutkan nafsu makan mereka. Tidak pernah terdengar keluhan atas rezki yang diberikan Tuhan. Ketiganya makan dengan nikmat, sambil diiringi obrolan ringan yang diselingi tawa, menjadi bukti jika bahagia tidak mesti didapat dengan kemewahan.
Padahal diluaran sana, banyak anak seusia Al dan El, menuntut makanan lezat. Atau bahkan berkuliner ria bersama teman-teman seusianya dikafe-kafe ternama. Tanpa pernah memikirkan bagaimana susahnya orang tua mereka mencari uang.
Selesai makan, El yang dibantu Al, mengemaskan dan mencuci piring kotor bekas mereka makan malam. Mak Leha langsung berpindah keruang keluarga yang sekaligus dijadikan ruang tamu tempat mereka bersantai dikala bersama. TV tabung ukuran empat belas inchi, dijadikan hiburan untuk menunggu rasa kantuk menyerang.
Baru saja mendudukkan diri di sofa usang, terdengar bunyi deringan hape yang masih tersimpan di dalam tas Mak Leha, bekas ia bekerja.
Dert......dert......dert.....
"El.....tolong ambilin hape Mak nak!" Mak Leha sedikit berteriak, agar suaranya terdengar oleh El yang masih sibuk mencuci piring di belakang.
"Ia Mak" sahut El.
Tidak lama El pun datang membawa hape yang diminta Mak Leha.
Setelah El menekan tombol hijau, juga mengaktifkan loudspeaker, panggilan di hubungkan.
"Halo, assalamualaikum......" Mak Leha
"Walaikum salam....." Nyonya Anggara, ibunya Arga.
"Ia nya, ada apa ya?"
"Maaf Mak....., gangguin malam-malam. Ini...., rencananya saya hari Minggu mau buat party ulang tahun kecil-kecilan buat si Arga. Hanya mengundang keluarga dekat juga teman-temannya Arga. Jadi,.kalau Mak Leha tidak keberatan, saya minta tolong Mak sama Elma buat bantu-bantuin" tutur nyonya Anggara.
Dengan maksud meminta pendapat. Mak Leha melihat El yang masih berdiri disamping, yang terlanjur ikut mendengar obrolan sejak pertama dimulai.
El mengangguk, tanda menyetujui.
"Gimana Mak?" tanya nyonya Anggara lagi.
"Boleh nya, insyaallah Minggu pagi kita ke sana" jawab Mak Leha.
"Alhamdulillah....., makasih banyak Mak.."
Rasa lega. Itu yang dirasakan nyonya Anggara disebrang sana. Pasalnya rencana dibuat sangat mendadak, tepatnya saat dirinya pulang bekerja. Arga yang lebih dulu sampai dirumah, meminta untuk dibuatkan pesta ulang tahun, biar kecil, asal bisa berkumpul dengan keluarga juga teman dekat.
Ternyata bukan hanya nyonya Anggara yang merasa paling lega. Arga yang sejak tadi menempel di samping nyonya Arga, tersenyum dalam hati.
Arga beralasan, sudah lama dia tidak bertemu teman-temannya, jika ada acara seperti itu bisa dipastikan menjadi ajang berkumpulnya teman-teman yang sudah lama menghilang. Padahal dibalik itu semua, Arga punya tujuan sendiri. Entah apa yang sedang direncanakan lelaki tampan itu.
****
Pagi-pagi sekali Mak Leha juga El sudah bersiap-siap. Pagi ini mereka akan kerumah nyonya Anggara. Mak Leha sudah siap dengan long dress berwarna hitam, dengan bahan rayon, dipadankan dengan jelbab berwarna kunyit. Hari ini Mak Leha boleh dikatakan berpenampilan terbaik dibanding hari biasanya. Soalnya tidak mungkin juga dia memakai baju seperti biasa, takutnya nanti dibilang kurang sopan. Sedangkan Elma hanya memakai baju kaos pas body berwarna tosca yang dipadankan dengan celana levis joger berwarna biru. Rambut lurus di bawah bahu, sengaja dikuncir kuda, biar mudah saat membantu Mak di dapur nanti.
"Udah siap Mak?" Al baru saja keluar dari dalam rumah berniat akan memanaskan motor untuk mengantar Mak juga El, secara bergantian tentunya.
"Udah....., tinggal nungguin kamu, lama amat ke WC nya" Mak sedikit cemberut, pasalnya sudah lebih lima belas menit dia menunggu.
"Biasa Mak....., pagi-pagi wajib lapor" ucap Al sambil cengengesan.
"Lapor, sih lapor, Mak kalau telat gimana?" Mak bangkit dari duduknya di samping Elma. Menarik tas kebanggaannya, lalu mengenakan sendal jepit bermerek swallow.
El tersenyum mesem melihat tingkah saudara juga ibunya. Dia masih duduk santai, diteras, dikursi rotan hasil pembagian warisan, dikala tetangga pindahan.
"Ayo.....kita jalan sekarang deh, biar Mak nggak telat" pujuk Al pada Mak Leha.
Baru saja ingin menstarter motor, derdengar bunyi klakson mobil masuk pekarangan.
Sontak ketiganya langsung menoleh, ada sebuah mobil sport hitam mendekat kearah rumah Mak Leha. Siapa lagi pemiliknya? pasti si Arga anak majikan Mak Leha.
El ikut berdiri, untuk melihat secara pasti siapa yang pagi-pagi begini datang kerumah mereka, dengan mobil menyaingi Lamborghini.
Kalau Mak Leha sudah barang tentu tau siapa pemiliknya.
Pintu mobil dibuka, muncullah sosok yang sudah tiga bulan tidak pernah El lihat.
"Kak Arga.....?" El sedikit membola.
Tidak menyangka ternyata orang yang slalu dikaguminya berdiri gagah di depan rumah.
Bersambung........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Mom La - La
dag dig dug ngaak tuh?!!!
2023-03-19
0
Vinoya Chan
mampir kak 🙏😊
2023-02-18
0
Buna Seta
Semangat selalu
2023-02-17
0