Bertemu Tristan

“Kamu mau kemana Nay?” tanya Ibu melihat Nayaka surah rapih, padahal baru jam enam pagi.

“Aku mau melamar lagi, Bu. Doakan kali ini berhasil.”

“Ibu selalu doakan, nak. Tapi kamu melamar kemana? Bukannya kamu bilang kalau nggak ada orang dalam susah dapat kerja?”

“Ini Bu, ada pesan masuk isinya informasi lowongan pekerjaan,” sahut Naya sambil memakai sepatunya.

Ibu Naya terlihat heran, “Dari siapa? Aman nggak?”

“Insha Allah aman.” Naya berangkat dengan sangat percaya diri ditambah restu dari Ibunya membuat dia yakin akan diterima bekerja.

Turun di halte tidak jauh dari perusahaan tujuannya, sedikit berlari karena tidak ingin terlambat. Saat ini dirinya yang lebih membutuhkan pekerjaan tentu harus lebih sigap, karena kalau perusahaan bisa dengan mudah mengganti atau mencari pengganti karyawan.

Naya menyerahkan berkas lamarannya di bagian resepsionis. Agak aneh karena tidak melihat pelamar lainnya.

“Tunggu di sana ya Mbak,” ujar salah seorang resepsionis.

Naya pun duduk di tempat yang dimaksud sambil menatap sekeliling. Memperhatikan lalu lalang para pekerja di perusahaan tersebut, berharap dia akan menjadi bagian diantara orang-orang itu.

“Mbak Gendis Nayaka Putri,” panggil resepsionis tadi. Naya bergegas menghampiri.

“Mari saya antar ke HRD.”

Naya berpikir dia akan diinterview atau akan menjalani tes kompetensi tapi pihak HRD mengatakan dia diterima kerja dan besok sudah mulai bertugas.

“Maaf Pak, apa tidak salah?”

“Loh, benar Mbak. Dokumen atas nama Gendis Nayaka Putri sudah sesuai dengan kriteria karyawan yang dibutuhkan,” jawab staf HRD dengan logat Jawa yang cukup medok.

“Tapi ….”

“Mau Ndak? Kalau nggak, formulir ini saya simpan lagi.”

“Eh, mau Pak.”

Naya pun menerima formulir berisi identitas karyawan termasuk informasi honor yang dia terima. Tidak ingin kesempatan itu melayang, Naya bergegas mengisi dan menyerahkan kembali ke pria dihadapannya.

“Mulai besok ya Mbak Nay, jangan sampai telat loh. Di sini tidak toleransi dengan karyawan yang tidak disiplin.”

“Baik, Pak. Saya akan berusaha semampu saya,” ujar Naya dengan penuh semangat. Tanpa dia ketahui kalau semua adalah rekayasa dari pihak Tristan.

“Sudah oke, gadis itu akan mulai bekerja besok,” ujar seseorang pada Tristan.

Tristan yang sedang berdiri di depan jendela yang cukup besar di belakang meja kerjanya, menatap suasana Jakarta dari lantai tempatnya berada. Tersenyum membayangkan apa yang akan gadis itu terima dan kesakitan apa yang akan dirasakan oleh Daru sebagai balas dendam atas kematian Sheryl.

... ***...

“Aku diterima kerja, Bu,” ujar Naya dengan bahagia sambil memeluk ibunya.

“Alhamdulillah,” ujar sang Ibu turut bangga.

“Ada apa sih, kayak yang habis dapat rejeki nomplok aja pada peluk-peluk sambil ketawa gitu,” seru Daru yang baru saja keluar dari kamar akan berangkat ke bengkel.

“Memang aku dapat rejeki,” sahut Naya lalu menceritakan kejadian yang baru saja terjadi. Dari mengenryitkan dahinya merasa ada yang aneh dari cerita Naya.

“Sudah ah, aku masuk dulu. Persiapkan untuk besok,” seru Naya.

“Makan dulu Nay,” titah Ibu sambil beranjak ke dapur.

“Aneh,” gumam Daru. Menurut Daru sehebat apapun orang dalam yang mengajak bekerja pasti akan ada yang namanya interview dan tes masuk. Tapi berdasarkan cerita Naya, dia tidak menjalani itu semua hanya pemeriksaan dokumen.

Ponsel Daru bergetar ternyata panggilan dari bengkel, membuat dia bergegas keluar rumah dan menuju bengkel mengabaikan sejenak masalah Naya yang menurutnya aneh.

Naya mempersiapkan dirinya untuk besok. Mengecek pakaian-pakaiannya di lemari, termasuk tas dan sepatu yang akan dia gunakan untuk bekerja.

Tinggal hanya bertiga semenjak ayahnya pergi, walaupun bukan hidup dalam kemewahan tapi kesederhanaan. Ibunya mendapatkan uang pensiun Almarhum ayah, sedangkan Daru meneruskan usaha yang pernah Ayahnya rintis yaitu bengkel.

Keesokan hari.

Naya yang hendak membantu ibunya seperti yang biasa dia lakukan, ditolak oleh Ibu. “Nggak usah Nay, biar nanti Ibu saja. Kamu lebih baik bersiap, katanya hari ini mulai bekerja.”

“Iya, tapi siapa yang kerjakan ini,” tunjuk Naya pada pakaian kotor yang cukup menggunung.

“Bisa Ibu, kalau belum kepegang ya nanti sorean aja.”

“Hmm, ya udah nantu sore aja aku bantu cuci.”

Daru yang ikut bergabung di dapur untuk membuat kopi mengacak rambut Naya. “Bagi waktu Nay, biar tetap bisa kerja dan bantu Ibu,” seru Daru.

“Iya, Kak.”

Akhirnya Naya tiba di kantor. Berdiri di depan gedung yang menjulang tinggi dan menatapnya. “Semangat,” gumam Naya.

Sebuah mobil mewah, baru saja melewatinya dan berhenti di lobby. Seorang pria dengan perawakan cukup tinggi dengan penampilan rapih dan gagah, karyawan yang berada di sekitarnya menganggukan kepala dan memberikan salam kepadanya.

“Itu siapa?” gumam Naya.

“Tuh, kalau kita datang jam segini pasti bisa lihat Pak Tristan. Ganteng banget, ‘kan,” ujar seorang wanita tidak jauh dari Naya.

“Biar apa coba, ketemu Pak Tristan. Dia kenal lo juga nggak,” ujar seorang pria.

“Ya siapa tahu dia jodoh gue. Kayak di drama Korea gitu, tiap pagi lihat salah satu karyawannya lama-lama dia tertarik, terus pacaran dan menikah. Ih, so sweet … eh  jalan pakai mata,” seru wanita itu.

“Maaf Mbak, nggak sengaja.” Tetiba Naya tersandung dan menambrak wanita dan pria yang berjalan di depannya.

“Sudah, nggak usah marah-marah masih pagi. Lo karyawan baru ya?”

“Iya Mas.”

“Divisi apa?” tanya pria itu lagi.

“Keuangan.”

“Wah, sama dong. Kenalin gue Adi, dia Maya divisi marketing,” ujar Adi.

“Saya Gendis Nayaka Putri, panggilan Naya.”

“Ya udah, masuk yuk. Nanti malah telat,” seru Maya.

Naya tersenyum, ternyata alam kembali berpihak kepadanya. Pagi ini dia sudah mendapatkan teman baru.

“Lo mau ke HRD dulu ya?”

“Iya Mas,” jawab Naya.

Adi berdecak mendengar panggilan Naya, sedangkan Maya terkekeh. “Lo emang pantas jadi Mas-mas.”

Naya diantar ke divisi keuangan olah staf HRD yang kemarin dia temui, setelah mendapatkan banyak informasi tentang tata tertib perusahaan.

“Namanya Gendis Nayaka Putri, junior accounting yang baru pengganti Nancy yang sebelumnya mutasi ke cabang. Jangan dijahatin nanti dia kabur.”

“Nggak bakal dong, yang ada nanti kita sayang-sayang,” ujar salah satu tim keuangan yang kemudian mendapatkan sorak dari rekan lainnya.

“Selamat datang Naya.”

“Terima kasih, mohon kerjasamanya.”

Naya sudah berada di meja kerjanya, mendapatkan arahan tugas dari seniornya. Saat diberi arahan, Naya mengangguk mengerti dan sesekali bertanya ketika ada yang tidak dia pahami.

“Sementara itu dulu, beberapa hari ini kamu konsen input itu. Udah lumayan numpuk karena biasanya ini dikerjakan oleh staf sebelum kamu.”

“Baik Bu,” sahut Naya.

...***...

Sudah lebih dari satu bulan Naya bekerja dan mampu menyesuaikan diri. Pagi ini sungguh pagi yang hectic, angkutan umum yang Naya tumpangi tiba-tiba berhenti dan tidak dapat hidup kembali. Menunggu angkutan di tempat yang cukup ramai, membuatnya hampir terlambat tiba di kantor.

Naya bergegas dengan sedikit berlari saat berada di lobby menuju lift, karena sebulan ini dia masih dalam masa training jadi dituntut untuk selalu disiplin.

Bugh.

“Aaa.” Pekik Naya. Berpikir kalau dia akan terjerembab ternyata kedua tangannya dalam cengkraman pria yang dia tabrak.

Pria itu melepaskan tangan Naya setelah tubuh Naya kembali stabil.

“Kalau jalan hati-hati, karena kamu bisa terluka atau melukai orang lain.”

“Maaf, Pak. Saya buru-buru,” ujar Naya ketika dia menabrak seseorang. Naya mengusap keningnya yang menabrak dada tubuh seorang pria, otot tubuh itu cukup keras dan kencang.

“Hm.”

Pintu lift terbuka, pria itu masuk tapi Naya tetap pada posisinya. Bahkan saat ini pintu lift sudah ditahan karena menunggu Naya masuk, “Bukankah kamu buru-buru, kenapa masih berdiri disitu?”

Naya ragu bergabung dalam satu lift dengan pimpinan tempatnya bekerja, pria itu adalah Tristan. Apalagi tadi dia ceroboh dengan menabraknya.

“Hm, Bapak duluan saja.”

“Sepertinya kamu memang ingin sampai di ruangan terlambat ya.”

“Ehh, tunggu Pak. Saya ikut,” ujar Naya lalu melangkah ke dalam lift. Berdiri di samping Tristan sambil menundukkan wajahnya.

Sebagai pimpinan Tristan memang  disegani, auranya membuat nyali Naya ciut. Tristan sendiri menyunggingkan senyum melirik gadis yang berdiri di sampingnya.

Pintu lift terbuka di lantai tujuan Naya. Sebelum keluar, Naya sempat menangguk pelan dan ijin mendahului pada Tristan. Di jawab hanya dengan berdeham.

“Wah, lo terlambat Nay,” seloroh Adi ketika Nayaka tiba di kubikelnya.

“Maaf, tapi Cuma lima menit kok.”

“Tadi di panggil Bu Mira, samperin aja ke ruangannya,” ujar Adi.

Ternyata ada kesalahan input transaksi yang dilakukan oleh Naya, otomatis berimbas pada laporan bulanan.

“Ini sudah aku approve perbaikannya tapi laporan revisinya harus minta persetujuan Pak Tristan. Kamu ke ruangannya ya bawa dokumen ini dan jelaskan kenapa bisa salah. Ini berita acaranya sudah dibuat tapi biasanya Pak Tristan akan tanya langsung juga.”

“Aku Bu?”

“Ya iya dong, masa saya harus minta OB yang menghadap Pak Tristan.”

“Kira-kira saya bakal dimarahi nggak Bu?”

Ibu Mira terdiam, sudah bukan rahasia kalau Tristan termasuk orang yang tidak menoleransi kesalahan dan kedisiplinan. Sebagai pimpinan dia disegani karena ketegasan dan cukup arrogan juga.

“Kalau itu konsekuensi, jadi tidak akan ada petunjuk kamu akan kena marah atau tidak. Kesalahan dan penyelesaiannya ini adalah prosedur sistem, bisa jadi dia marah bukan karena hasil pekerjaan tapi karena kecerobohan kamu.”

Naya menghela nafasnya. Bagaimana pun dia harus bertanggung jawab, Naya pun beranjak membawa dokumen menuju ruang kerja Tristan.

Terpopuler

Comments

tris tanto

tris tanto

dit4 kerjaan manggil dr sendiri pas lg ngomong sm atasannya kyknya kurang pantas nybut nm "aku"..lebih sopan "saya"

2023-09-15

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

KASIAN NAYA,, GARA2 ULAH ABANGNYA,, DY AKAN JDI KORBAN BALAS DENDAM TRISTAN... SEBAGAI UMAT MUSLIM, HIBDARI BRTEMAN DGN ORG2 YG MMBAWA KEMUDHARATAN & KMAKSIATAN, APALAGI SAMPAI PRGI KE CLUB, DN MINUM2AN KERAS HINGGA MABUK, SDH JELAS ALLAH MNGHARAMKN MINUMAN KERAS, TPI MSH BNYK UMAT ISLAM YG MELANGGAR LARANGAN ALLAH, DGN BRTEMAN DGN SETAN, YAITU MABUK2AN DN BERZINAH DN PRBUATAN MAKSIAT LAINNYA

2023-06-03

1

маяшан

маяшан

sungguh kebetulan naya melakukan kecerobohan dan hrs menghadap tristan

2023-02-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!