“Bulan depan, keluarga Anton akan ke sini untuk melamarmu. Jadi kamu jangan banyak alasan lagi!”
Nisa membulatkan bola mata lebar saat mendengar ucapan ibunya.
“Nisa belum setuju, Bu!” Nisa sampai meletakkan sendok ke piring.
Mereka bicara saat sedang makan malam, tentu saja hal itu membuat suasana makan malam tidak nyaman.
“Sudah Ibu bilang, kamu tuh nurut saja! Ibu tidak menerima penolakan! Pokoknya kamu harus nikah sama pilihan Ibu!” bentak Santi.
Mata Nisa terasa panas, bola matanya kini berkaca-kaca karena ucapan ibunya, kenapa Santi sangat memaksakan kehendak.
Gadis itu menatap sang ayah, berharap Abdullah mau membantunya bicara. Namun sayangnya, sang ayah hanya diam seolah mengiakan semua keputusan Santi. Nisa kecewa, kenapa keluarganya tidak mau mendengarkan keinginannya, hanya karena sang kakak mau dijodohkan oleh pilihan ibunya, bukan berarti Nisa pun sama. Dia tidak ingin seperti sang kakak yang dijodohkan, meski diakui jika kakaknya hidup berkecukupan.
“Aku sudah kenyang!” Sebagai bentuk dari protes akan rasa tidak sukanya, Nisa memilih meninggalkan meja makan.
“Nisa! Jangan pura-pura marah, karena Ibu tidak akan pernah mengubah keputusan Ibu!”
Nisa mengabaikan teriakan sang ibu, memilih masuk ke kamar dan mengunci pintu. Gadis itu duduk di kasur, mendesau berulang kali karena memikirkan tentang perjodohan yang disiapkan ibunya.
“Kenapa Ibu suka sekali memaksa? Keputusan apa yang dibuat Ibu dan tidak aku terima? Semua aku terima meski terpaksa. Tapi kenapa Ibu tidak mau mendengarkan dan menerima satu keputusanku saja?”
Nisa benar-benar sedih. Wajahnya muram bahkan terus terdengar helaan napas panjang dari mulut.
**
Pagi itu Nisa melakukan aktivitasnya seperti biasa, tapi dirinya masih marah ke sang ibu dan tidak mau menyapanya. Sifat keras kepala Santi, tanpa disadari menurun ke Nisa. Gadis itu juga memiliki sifat yang keras dan tidak mau diatur.
“Kalau sudah selesai semua, nanti dandan yang cantik. Joya mau menerima lamaran, jadi kita harus ke sana,” kata Santi sedikit ketus karena Nisa mengabaikannya.
“Joya mau lamaran, kenapa mendadak? Bukankah baru pulang kemarin sama pacarnya?” tanya Nisa akhirnya mau bicara kepada sang Ibu.
“Mana aku tahu!” balas Santi kemudian meninggalkan Nisa karena harus membantu saudaranya menerima lamaran dadakan dari calon besannya.
Nisa tampak komat-kamit, sungguh menghadapi ibunya membuatnya mungkin akan cepat tua.
**
Di sisi lain, pagi itu Rion sudah berpakaian rapi mengenakan kemeja lengan panjang berwarna navy. Dia hendak pergi ke kampung tempat teman juga bosnya akan melamar gadis pujaan hati. Rion menunggu teman satunya menjemput karena mereka akan pergi bersama.
“Berapa lama perjalanan ke rumah Joya?” tanya Rion saat sudah masuk ke mobil temannya yang bernama Zayn.
“Sekitar dua atau tiga jam. Kita masih harus ke rumah orangtua Kenzo dulu, baru berangkat bersama,” ucap teman Rion bernama Zayn, menunggu Rion memakai seat belt, sebelum kembali melajukan mobil.
Rion dan temannya pergi ke rumah orangtua teman mereka yang bernama Kenzo, lantas berangkat bersama menuju kampung tempat orangtua gadis bernama Joya itu tinggal.
**
Di kampung, Nisa sudah berada di rumah adik sepupunya yang akan bertunangan. Setelah merantau di kota selama bertahun-tahun lamanya, akhirnya sepupunya yang bernama Joya itu akan menikah.
“Mas Kenzo ganteng sekali,” puji Nisa saat melihat calon saudaranya terlihat berpakaian rapi dan terpancar aura ketampanan luar biasa, menandakan jika pria itu dari kota dan bukan kampung seperti dirinya.
“Kamu juga cantik, Sa. Lagi bantu-bantu?” tanya pemuda bernama Kenzo itu.
“Iya, Mas. Biar cepat selesai sebelum keluarga Mas Kenzo datang,” jawab Nisa dengan senyum lebar.
Nisa pun melanjutkan apa yang dilakukan, dirinya tidak mau dianggap sok cari perhatian oleh beberapa tetangga yang memang suka bermulut pedas, jika berlama-lama bicara dengan calon adik sepupunya itu.
**
Setelah beberapa jam perjalanan, serta sempat mampir ke sebuah pasar tradisional untuk membeli dua ekor sapi sebagai hadiah keluarga Joya. Rion dan yang lainnya pun sampai di rumah keluarga Joya.
“Wah, ini penghuni satu blok perumahan hadir semua,” gumam Rion sambil melepas seat belt. Bola matanya menatap betapa ramainya halaman rumah Joya, banyak orang yang berdiri menyambut mereka.
“Bukan satu blok perumahan, tapi satu kampung,” balas Zayn yang juga heran dengan kebiasaan di kampung itu.
Rion menggaruk kepala, merasa benar dengan ucapan Zayn. Mereka akhirnya turun dan berdiri di belakang kedua orangtua Kenzo, melihat para orangtua itu sedang saling bicara.
Nisa dan sepupunya yang lain, juga menyambut kedatangan keluarga pria yang akan melamar saudara mereka. Saat itu, pandangan Nisa jatuh ke salah satu pemuda yang baru saja turun dari mobil, entah kenapa Nisa tidak bisa mengalihkan tatapannya dari pemuda itu.
“Kenapa dia imut sekali?” Nisa bergumam dalam hati, bahkan kedua sudut bibirnya tertarik ke atas.
Setelah para orangtua itu terlibat perbincangan, mereka pun dipersilakan masuk. Di sana Rion dan yang lainnya langsung mendapatkan jamuan spesial, setelah acara pertunangan selesai.
“Singkat, padat, nggak ribet,” bisik Rion yang merasa jika acara itu tidak bertele-tele dengan adat aneh-aneh.
“Bukankah enak, jadi malah tidak terlalu lama prosesinya,” balas Zayn. Dia mengambil gelas di meja dan menyesap perlahan teh yang disediakan.
Rion pun tampak menikmati hidangan yang tersaji, hingga matanya menangkap sosok yang tak asing baginya.
“Sepertinya aku pernah melihat, tapi di mana?” Rion berpikir dengan keras.
Zayn melirik Rion, merasa aneh dengan temannya itu yang melamun.
“Lihat apa kamu?” tanya Zayn penasaran.
Rion terkejut dan menoleh Zayn, hingga saat akan membuka mulut untuk menjawab, dia dan Zayn terkejut mendengar suara menyapa.
“Kakak, boleh kami duduk sini?” tanya seorang gadis berumur sekitar delapan belas tahun yang tak lain adalah sepupu Nisa.
Nisa sendiri sebenarnya malu diajak bergabung di meja dua pemuda itu oleh sepupunya yang bernama Mai.
Mai tersenyum manis, tapi tatapan Rion tertuju pada satu gadis satunya yang juga tersenyum hangat. Rion terus memperhatikan Nisa yang terlihat malu-malu tapi juga tak melepas senyum dari wajah.
“Di mana aku pernah melihatnya?” Rion bertanya dalam hati, mencoba mengingat kapan pernah melihat gadis yang kini berdiri di hadapannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
udah inget belom yon, kalo belum tak keplak dulu kepalanya pake ciuman biar inget hahaha
2022-12-20
0
⸙ᵍᵏ Sari Kᵝ⃟ᴸ
kamu pernah liat Nisa do sosmed, saat dijodoh²in temannya 😀.
Wih, joya, zayn, dkk singgah disini 🏃🏃
2022-12-18
2
Raisha
oh iya baru inget di sini Nisa kenalan ama Rion gnt nama tukeran no hp🤭🤭pas Rion mau pulang...bener ga sih udah lemot ini daya ingat'y😂😂
2022-12-12
0