Diam menyaksikan dia memasak, Noah sabar sampai makanan matang. Sulit untuk menebak gadis ini karena biarpun dia terkesan mengada-ada, memang terlihat hanya ubi dan jagung yang dia miliki.
Duduk di meja makan yang sama, mereka menikmati makanan sambil pura-pura tidak saling mengobservasi.
"Di mana Ayah dan Ibumu?"
"Sudah mati."
Dingin.
"Lalu dengan siapa kamu tinggal?"
"Bibiku."
Noah merasa kalau ia bertanya lagi, dia akan merasa terlalu waspada.
Apa yang harus ia lakukan pada gadis ini?
*
"Nona."
Ilina tidak banyak bereaksi ketika suara samar Harja terdengar di dekat jendelanya.
"Pihak intel berkata pria itu mengakses informasi mengenai keluarga Bumantara beberapa waktu lalu."
"Apa yang dia cari?"
"Anda."
Jadi benar bukan kebetulan.
Ilina sudah hidup dalam persembunyian sekian lama dan belum pernah ia kebetulan bertemu orang sepenting itu, dengan latar belakang seburuk itu dan kebetulan lagi dia terdampar di sini.
Tapi kenapa dia mencari Ilina?
Ilina bangkit untuk membuka kotak di dekat tempat tidur. Isinya hanya beberapa senjata kecil khusus wanita yang bisa dibawa ke mana-mana.
Ia mengambil jarum, mengolesinya dengan racun, dan bersiap untuk keluar.
"Tunggulah di luar."
Bergegas Ilina keluar. Mendekati tempat Noah sedang tidur demi meredam sakitnya. Dia tampak pucat dan tidak berdaya. Target yang mudah untuk dibunuh dan dibuang.
Entah apa urusan keluarga Palmer dengan Bumantara, tapi kalau dia mengusik ketenangan Ilina, tidak ada jalan kecuali dia mati dan membusuk di neraka.
Tanpa keraguan, Ilina mengarahkan jarum itu ke titik nadi di lehernya. Namun sesaat sebelum ia berhasil, tangannya dicengkeram, tahu-tahu berlutut di lantai dengan lengan yang siap dipatahkan.
Sial.
"Kamu menundanya cukup lama, Nona Muda." Noah pun tak ragu memberi tekanan seolah siap mematahkan tangan gadis itu. "Apa tujuanmu?"
"...." Ilina menggerakkan sedikit wajahnya namun itu seperti sebuah alarm bahaya bagi Noah.
Dia mendorong Ilina ke lantai, menyebabkan kacamatanya patah dan Ilina mengerang.
"Jawab."
"Kamulah yang harus menjawab. Apa tujuanmu mencari Nona?"
"Nona?"
"Nona Ilina Bumantara."
Ada reaksi dari cengkramannya. "Kamu mengenal Ilina Bumantara?"
"Dia tuanku." Saat ini bodyguard-nya pasti mendengar percakapan mereka. Ilina bermaksud membunuh Noah saja, tapi melihat dari ketangkasannya, dia memang bukan orang biasa. "Kami melindunginya dari orang sepertimu."
"Di mana dia?"
"Aku membunuhmu agar tidak tahu, lalu kamu berpikir aku akan menjawab?"
Dia menginjak punggung Ilina dan semakin menarik lengannya. Ancaman bahwa itu akan patah.
"Patahkan. Nonaku lebih berharga darimu."
"...."
Tak Ilina sangka dia melepaskannya.
Noah terhuyung dan jatuh ke sofa memegang bagian di mana dia terluka. Tentu saja itu menyakitkan. Perban di tubuhnya langsung dirembesi darah segar.
Segera Ilina bangkit. Agak memegang lengannya yang ia pikir harus patah hari ini.
Tidak ada ragu, tidak ada takut, tidak ada belas kasihan. Kenapa dia melepaskan jika dia memiliki semua kebekuan di hatinya itu?
"Pertemukan aku dengan Nonamu."
Ilina tak lagi menyembunyikan rasa curiga. Sekarang ia harus berpura-pura jadi pelayan setia yang protektif. "Kenapa kamu mencari Nona, jawab itu dulu sebelum meminta sesuatu."
"Ada sesuatu yang harus kusampaikan padanya."
"Itu bukan alasan mendekati Nona."
"Beritahu namaku. Andreas Noah dari keluarga Palmer."
"Itu bukan alasan." Memang kenapa kalau dia Palmer? Anak haram berpikir mencari Ilina dan dia merasa namanya cukup penting untuk digunakan?
Noah diam. Sejenak hanya memandangi Ilina lagi.
Ia sedikit ragu kalau-kalau orang ini tidak percaya dirinya cuma pelayan. Harusnya kemarin Ilina beri dia nama yang lebih jauh seperti Wulan atau Pipit.
Lia terlalu memberi kesan Ilina.
"Beritahu dia," Noah tiba-tiba berkata, "bahwa aku tahu siapa pembunuh orang tuanya."
Tatapan Ilina tidak berubah.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments