"Kalau dipikir-pikir pria yang menghampiri aku kemarin lumayan juga ya, walaupun dia hitam tapi manis dipandang," ujar Jesi sambil berjalan menuju perpustakaan.
"Ah kamu ini, baru aja di samperin laki-laki kayak gtu udah mulai kepikiran, jangan geer dulu kamu Jes," ledek Arita.
Serlin mengalihkan pembicaraan, "Ayo cepat kita ke atas, banyak sekali buku yang harus kita cari untuk tugas kita."
Mereka menaiki anak tangga satu persatu untuk sampai ke lantai dua, menuju ruang perpustakaan.
Sampai di ruang perpustakaan, mereka mulai mencari buku-buku yang dibutuhkan. Setelah menemukan buku tersebut, mereka duduk di kursi. Serlin membawa buku-buku tersebut dan meletakkannya ke atas meja.
Suasana hening, sepi, karena semua orang fokus membaca buku.
Tiga puluh menit kemudian, pintu berbunyi, krek …
Seseorang membuka pintu, ternyata pria kemarin yang mereka jumpai waktu di tepi pantai.
"Ih, kok ada dia sihhh." Serlin mulai risih.
"Hey manis," pria tersebut menyapa Jesi, karena sejak kemarin ia hanya berkenalan dengan Jesi yang lainnya kabur.
"Rozi!" Panggil Jesi. "Sini gabung sama temen-temen aku."
Rozi pun menghampiri mereka, sambil berkenalan. "Perkenalkan saya Rozi," ucapnya sembari berjabat tangan dengan Arita dan Arum, sedangkan Serlin masih tengah asyik membaca buku.
Hingga Rozi menyapanya Serlin, "Cewek, cuek amat sih!"
"Mengapa aku harus bertemu pria ini lagi di kampus," batin Serlin yang tampak tidak suka.
Serlin menjawabnya dengan ketus, "Namaku Serlin." Dia tidak memandang pria itu dan masih membaca buku.
"Kenalin, aku Rozi. Namamu sungguh indah ya, seperti putri," puji Rozi yang tak terus saja memandang wajah cantik Serlin.
"Kalian anak baru ya, keliatan sekali mukanya masih imut-imut," seru Rozi Sambil membuka skripsinya.
"Kok kamu bisa ada disini, apa kamu dosen disini?" Tanya Arita.
"Aku mahasiswa semester akhir, sekarang lagi bikin skripsi," jawab Rozi.
"Maaf aku kira dosen," ucap Arita terkekeh.
"Pantesan keliatan tua kayak bapak-bapak aja," ejek Serlin.
Arum yang duduk di samping Serlin langsung mencubitnya.
"Aduhhhhhhhh sakit," rintih Serlin seraya memegangi bekas cubitan di tangannya itu.
"Makanya omongannya dijaga sedikit Neng," kata Arum mengingatkan temannya itu.
Rozi tertawa kecil. "Tidak apa-apa kok, saya menganggapnya dia hanya sedang bercanda."
"Tapi kamu sakit hati kan sebenarnya dengan omonganku tadi?" Gumam Serlin dalam hatinya.
Dia memang sengaja mengejek Rozi, agar pria tersebut tidak betah duduk bersama mereka. Tetapi nyatanya Rozi masih saja tetap duduk di sana. Otaknya berputar mencari cara agar jauh dari pria tersebut.
Serlin kesal, menarik tangan Arita dan Arum. "Ayo kita ke kantin, aku sudah sangat lapar sekali sejak dari tadi."
"Kalian duluan ya, nanti aku menyusul," kata Jesi.
"Bye ... beb," ucap Arum sembari melambaikan tangannya.
Mereka pun keluar dan turun ke bawah menuju kantin. Sementara itu Jesi masih menemani Rozi mengobrol di perpustakaan.
***
Rozi mahasiswa jurusan Ilmu Hukum, dikenal sangat ramah dan baik hati kepada siapapun, hal ini membuat dia menjadi mahasiswa kesayangan Pak Soleh kepala jurusan ilmu hukum di kampus mereka. Namum sayangnya penampilannya berubah sejak ia putus cinta dengan kekasihnya dulu waktu semester 1. Rambutnya jadi panjang tidak beraturan, kulit sedikit kasar, hitam dan berkumis tebal seperti tidak pernah dipotong membuatnya terlihat agak tua.
Jesi memperhatikannya, lalu mengomentari, "Rozi maaf sebelumnya, aku tidak bermaksud mengejek penampilan mu. Sebenarnya kamu ini tampan, tapi kenapa kelihatan tidak terurus seperti ini?"
Rozi tersenyum dengan santai dan berkata, "Aku begini karena wanita, hatiku benar-benar hancur karena Andini, mantan pacarku."
Jesi terkejut. "Haaa ... ternyata kamu pernah berpacaran? Aku kira tidak ada wanita yang mau denganmu."
Rozi akhirnya menceritakan kisah cintanya bersama Andini kepada Jesi.
"Dulu, sewaktu aku baru masuk kuliah, aku bertemu dengan gadis bernama Andini, dia sangat baik, cantik dan juga berprestasi. Kami teman sekelas, dia sering mengajakku membuat tugas bersama. Seiring waktu bersamanya aku mulai menyadari kalau aku menyukainya dan dia pun juga begitu. Masuk semester dua kami pun akhirnya berpacaran, setiap malam minggu kami selalu kencan, tidak lupa aku menjemputnya di rumahnya dan berpamitan dengan ibunya. Ibunya sangat menyukaiku, dia begitu percaya kalau Andini keluar bersamaku karena aku tidak pernah berbuat yang aneh-aneh kepada Andini. Aku benar-benar sayang kepadanya, makanya aku tidak pernah menyakitinya bahkan menyentuhnya pun aku takut. Perasaan ini hanya untuk melindunginya saja bukan untuk menghancurkannya. Waktu demi waktu berlalu sampai kami semester 6, Andini semakin sibuk dengan tugas kuliah dan juga organisasi yang ia geluti, begitupun denganku yang sibuk dengan hobiku bermain futsal bersama teman-teman ku, hingga kami jarang untuk keluar malam mingguan lagi, bahkan komunikasi pun hanya sesekali saja."
Tengah asik bercerita, tiba-tiba handphone milik Rozi berdering.
Ring ... ring ... ring ...
Rozi meraih handphonenya diatas meja, ternyata temannya yang menelepon.
"Halo ... Rozi, ayo kita main futsal sore ini," ajak temannya.
"Aku lagi malas, kalian saja yang bermain," jawab Rozi sambil menutup telponnya.
"Ceritamu belum selesai, ayo lanjut lagi," pinta Jesi.
Rozi melanjutkan ceritanya, Jesi mendengarkan dengan seksama kisah cinta Rozi itu.
"Singkat cerita, semakin lama hubungan kami pun semakin jauh, aku tidak pernah menghubunginya lagi, karena aku pikir aku akan mengganggu kesibukannya. Hingga suatu hari aku benar-benar ingin bertemu dengannya, tapi aku berfikir apa cuma aku saja yang ingin bertemu dengannya? Apa dia tidak ingin bertemu denganku? Aku bertanya pada diriku sendiri sambil menatap handphone dengan lesu. Dalam lamunan, handphone bergetar masuk pesan WhatsApp dari kekasihku, Andini.
"Aku ingin bertemu dengan mu, kita bertemu di kafe tempat biasa ya, ada yang ingin aku omongin."
"Dengan senang hati ku membalas, Ok Sayang aku akan datang tepat waktu. Sampai di kafe, aku sudah melihat Andini duduk di kursi sudut kafe dan aku mengatakan kepadanya aku sangat merindukannya. Andini menangis dan dia berkata,"
"Sudahlah,jangan kau merinduiku lagi, aku tidak pantas untukmu, kamu laki- laki yang terlalu baik."
"Apa maksudmu?"
"Apa kau tidak mencintaiku lagi?"
"Aku terus bertanya kepada kekasih ku itu."
"Lalu dia pun menjawab,"
"Maafkan aku Rozi, aku telah dinodai seorang pria, dia teman sekolahku."
"Karena jarang ketemu Aku, ditengah-tengah kesibukannya Andini diam-diam kencan dengan teman sekolahnya dulu, mereka dipertemukan kembali pada organisasi yang mereka ikuti. Aku sangat terkejut dengan pernyataannya itu."
"Apa?"
"Bagaimana bisa kamu dinodai???"
"Lalu Andini menceritakan kejadiannya kepadaku. Suatu malam, saat kami berkemah di sebuah tempat, temanku datang mengajakku jalan. Kami memang selalu bersama jadi aku berani ikut kemana dia membawaku, tiba-tiba aku terbuai oleh rayuannya kemudian terjadilah sesuatu yang tidak diinginkan Rozi, aku sangat menyesalinya tapi ini sudah terjadi. Andini menangis sejadinya saat bercerita kepadaku."
"Aku sangat menyayangi, mencintai dan menjaganya setulus hati, ini penghianatan terbesar bagiku," kata Rozi.
"Lalu Andini mengatakan kepadaku,"
"Maafkan aku Rozi, aku akan menikah dengannya dua Minggu lagi."
"Andini memberikan undangan kepadaku lalu dia pergi meninggalkan aku sendirian. Aku menatap kesal. Kenapa ini terjadi kepada ku? Kurang apa aku sehingga diperlakukan seperti ini, hingga aku yang baik ini di tinggalkan dia? Aku meneteskan air mataku lagi Jes," kata Rozi
Jesi terbawa suasana. "Sedih sekali kisah percintaanmu," kata Jesi sambil mengelap air matanya.
"Luka batin yang dia berikan ini begitu membekas sangat dalam, hingga diriku menjadi seperti ini, bahkan untuk mengurus diriku sendiri seperti tidak mampu lagi," ucapnya.
"Sudahlah jangan disesali, mungkin kamu akan diberikan jodoh yang terbaik. Andini bukan jodohmu Roz," ucap Jesi
"Ini kejadian sudah setahun yang lalu Jes, Sekarang aku berangsur pulih kembali," kata Rozi tersenyum kecut.
"Saatnya kamu memperbaiki diri dan merubah penampilanmu Roz," ucap Jesi sambil memberikan semangat kepada Rozi.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
kaktus berduri
sedih banget ya Rozi
2023-01-27
1