"Ya kencan. Apa kau sudah pernah berkencan?"
"Belum Nala, karena aku belum pernah pacaran."
"Oh bagus, bagaimana kalo aku jadi pacarmu?" ucap Nala sambil memainkan jarinya. Mendengar ucapan Nala, Alvaro kemudian menggelengkan kepalanya. "Hahahahaha, tenang saja aku hanya becanda," sambung Nala sambil meringis. Alvaro pun tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
"Lalu apa kita bisa berkencan sekarang?"
Alvaro kemudian mengerutkan keningnya. "Mungkin lain kali. Hari ini aku harus mempersiapkan observasi untuk Laurie."
"Oh baiklah, kalau begitu aku pulang dulu."
"Iya Nala."
"Hanya itu?"
"Lalu?"
"Berikan aku pelukan," jawab Nala yang membuat Alvaro tertegun. Namun, belum hilang rasa terkejutnya tiba-tiba Nala sudah memeluk dirinya. Meskipun ragu karena baru pernah berpelukan dengan seorang wanita, Alvaro pun akhirnya membalas pelukan itu."
"Terima kasih, aku pulang dulu Alvaro."
"Iya Nala."
Nala kemudian keluar dari ruangan Alvaro, sementara itu setelah Nala tak lagi terlihat Alvaro tampak tersenyum. "Gadis yang cantik dan lucu, tapi entah mengapa berdekatan dengannya rasanya berbeda, tidak sama seperti saat aku bersama Laurie," gumam Alvaro.
****
Sebuah mobil tampak berhenti di depan sebuah panti asuhan, lalu seorang sopir keluar dari mobil itu dan membuka pintu belakang mobil. Setelah pintu belakang terbuka tampak seorang laki-laki memakai pakaian formal masuk ke dalam komplek panti disambut oleh seseorang yang berdiri di depan gerbang panti itu.
"Apa kau sudah urus jasad pengkhianat itu?"
"Sudah Tuan, seperti yang tuan perintahkan, saya sudah menyayat beberapa bagian tubuhnya, kemudian saya bakar dan dibuang ke beberapa tempat yang berbeda."
"Bagus, jadi ternyata salah satu anak buah di panti ini ada yang menjadi mata-mata pengkhianat itu?"
"Iya Tuan."
"Pakai orang itu untuk memancing Gerald keluar dari sarangnya, nanti malam kita selesaikan ini. Jangan lupa siapkan senjataku dan anak buah kita untuk menghadapi mereka."
"Baik Tuan."
"Apa barang kita sudah sampai semua?"
"Belum Tuan, ada beberapa yang masih tersendat di pelabuhan."
"APA? JADI KAU BELUM MENYELESAIKAN MASALAH ITU? SELESAIKAN SIANG INI JUGA! KALAU NANTI MALAM KAU BELUM BISA MENYELESAIKANNYA, JANGAN HARAP KAU DAN KELUARGAMU BESOK MASIH HIDUP DI DUNIA INI! BAHKAN SEBELUM KEMATIANMU KAU AKAN MELIHAT SELURUH ANGGOTA KELUARGAMU MATI SECARA PERLAHAN DAN PENUH SIKSAAN DARIKU!"
"Ba-baik, Tuan Zack."
"Aku mau melihat barang-barang kita dulu," ucap Zack sambil berjalan ke bagian belakang panti, ke dalam sebuah bangunan yang menjadi gudang baginya menyimpan barang-barang haram miliknya. Sebuah bangunan di belakang Panti Asuhan.
Tampak dari depan bangunan itu hanyalah sebuah bangunan panti asuhan biasa, yang memiliki banyak anak-anak asuh, namun itu semua hanyalah kedok dari seorang Zack menyimpan barang haram miliknya.
****
Keesokan Harinya...
Nala tampak berdiri di depan pintu sebuah mansion, dia kemudian memencet bel yang ada di samping pintu itu.
Tetttt tettt...
Beberapa saat kemudian pintu mansion itu pun terbuka. Seorang asisten rumah tangga tampak berdiri setelah pintu itu terbuka.
"Apa saya bisa bertemu dengan Tuan Zack?"
"Apa anda sudah membuat janji Nona?"
"Oh, untuk hari ini memang saya belum membuat janji dengan Tuhan Zack. Tapi kemarin saya sudah bertemu dengan Tuan Zack dan mengatakan kalau hari ini saya akan menemuinya."
"Oh kalau begitu, silakan masuk! Saya panggilkan Tuan Zack sebentar."
Pembantu rumah tangga itu lalu masuk ke dalam rumah dan menemui Zack yang baru saja selesai sarapan di meja makan.
"Selamat pagi Tuan Zack, di depan ada seorang tamu perempuan yang katanya ingin bertemu dengan anda."
"Tamu perempuan? Siapa dia?"
"Entahlah Tuan, saya juga baru pernah melihatnya. Dia mengatakan kalau kemarin bertemu dengan anda, dan hari ini sudah berjanji akan menemui anda."
"Apa wanita itu? Apa dia wanita keparrat itu?" Zack bergumam lirih sambil mengurutkan keningnya. Karena penasaran, dia kemudian bangkit dari atas dari kursi meja makan lalu berjalan ke arah ruang tamu.
Saat dia sudah berada di ruang tamu, tampak seorang wanita sedang duduk di sofa yang ada di ruang tamu tersebut. Zack lalu menghampiri wanita itu sambil memanggilnya.
"Siapa kau?" tanya Zack. Wanita itu kemudian membalikkan kepalanya lalu tersenyum dengan begitu manis pada Zack.
"Kau? Untuk apa kau ke sini?"
"Selamat pagi Tuan Zack. Bukankah hari ini saya sudah berjanji untuk menemui anda?"
"Cih! Jadi kau punya nyali juga untuk datang ke rumah ini?"
"Memangnya kenapa? Bukankah saya sudah berjanji pada anda Tuan?"
"Heh wanita bodoh, apa kau tidak sadar telah mempermainkanku?"
"Mempermainkanmu? Mempermainkan apa? Tuan Zack, sungguh saya tidak berniat mempermainkan anda."
"Kau jangan pernah berbohong! Kuperingatkan agar kau jangan sekali-kali mencoba berbohong padaku, dasar wanita bodoh! Aku bisa saja menghabisimu sekarang juga!"
"Tuan Zack tolong jangan berfikiran yang tidak-tidak padaku. Sungguh saya tidak melakukan apapun, saya tidak mengerti apa yang Tuan katakan."
Cuih
Zack kemudian meludah di depan Nala. "Tuan, kenapa anda bersikap seperti itu pada saya? Saya benar-benar tidak tahu apa yang apa maksud."
"Kau tidak usah berpura-pura padaku! Kau telah memberikan jaminan mobil yang akan disita oleh bank. Dan kau juga tidak sadar kalau kau telah mempermainkanku? Dasar wanita bodoh!"
Zack mendekat ke arah Nala lalu mengusap kepala bagian belakangnya, kemudian menjambak rambutnya hingga Nala berteriak.
"Kenapa anda bersikap seperti ini pada saya Tuan Zack?"
Zack kemudian memegang tengkuk Nala lalu mencekiknya. "Apa kau tahu, kau sedang berhadapan dengan siapa? Hati-hati padaku dasar wanita bodoh! Bukankah sudah kuperingatkan agar jangan bermain-main denganku! Kau telah memberikan jaminan mobil yang akan disita oleh bank. Tapi kau masih saja bersikap bodoh di depanku? Dasar wanita jalaang!"
"Apa disita oleh bank? Aku benar-benar tidak tahu Tuan Zack. Bukankah kemarin sudah kukatakan kalau itu adalah mobil temanku, aku tidak tahu kalau mobil itu akan disita oleh bank."
"Jangan berbohong padaku bodoh!"
"Untuk apa aku berbohong padamu? Apa untungnya aku berbohong pada anda Tuan? Lagipula hari ini saya sudah datang ke rumah kan? Bukankah ini artinya anda tidak perlu lagi jaminan seperti yang anda inginkan?"
Zack kemudian terdiam mendengar perkataan Nala, melihat Zack yang mulai sedikit tenang, Nala pun tersenyum kecut.
'Dasar bodoh!' batin Nala.
"Tuan, benarkan apa yang kukatakan? Anda tidak perlu lagi jaminan karena hari ini saya sudah datang untuk memenuhi janji saya pada anda. Anda boleh mempekerjakan saya apapun yang anda mau karena hanya dengan itu saya bisa membayar ganti rugi pada anda. Bukankah begitu Tuan?"
Zack pun diam, dalam hatinya dia sebenernya membenarkan apa yang dikatakan oleh Nala. Tapi hatinya terlalu arogan untuk membenarkan perkataan Nala.
"Baiklah, untuk hari ini kau kuampuni! Tapi awas kalau kau berani macam-macam lagi denganku!"
"Tidak Tuan, bukankah anda tahu saya wanita miskin yang lemah. Saya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan anda yang begitu luar biasa."
Zack pun tersenyum smirk mendengar perkataan Nala. 'Sepertinya gadis bodoh ini bisa kupercaya,' batin Zack.
"Tuan, lalu apa yang harus saya lakukan untuk anda? Anda mau kan mempekerjakan saya untuk membayar hutang-hutang saya pada anda?"
Zack kembali terdiam, lalu memandang Nala dari ujung rambut sampai ujung kaki. "Bagaimana Tuan? Saya bisa kan bekerja pada anda untuk membayar hutang-hutang saya?"
"Tidak ada pilihan. Kau memang harus bekerja padaku, wanita bodoh!"
"Terima kasih, Tuan. Kalau begitu saya lega, saya memiliki kesempatan untuk bekerja pada orang yang begitu terhormat seperti anda."
"Terhormat? Cih! Jangan pernah coba-coba untuk merayuku, karena aku tidak akan pernah sedikitpun berbaik hati pada wanita sepertimu!"
"Saya tidak sedang merayu, Tuan."
"Cukup aku muak mendengar suaramu!"
"Maaf, kalau begitu. Apa pekerjaan yang harus kulakukan pada anda?"
Zack pun terkekeh. "Baik wanita bodoh, sekarang dengarkan aku. Mulai hari ini kau harus bekerja sebagai asisten pribadiku! Apa kau tahu, saat ini istriku sedang sakit. Jadi, kau yang harus menyiapkan segala kebutuhanku! Kau harus melakukan apa yang biasanya istriku lakukan mulai dari menyiapkan segala kebutuhanku sejak aku bangun sampai aku tidur! Kau juga harus mengikuti kemanapun aku pergi!"
"Ja-jadi itu artinya, saya harus setiap saat berada di samping anda?"
"Ya."
"Apakah ini artinya saya juga harus menginap di rumah ini?"
"Tentu saja! Bukankah tadi sudah kukatakan agar kau jangan sekali-kali bermain-main denganku? Itulah akibatnya kalau kau berani macam-macam denganku! Apa kau mau menolak perintahku padamu? Menolak perintahku sama saja kau menyerahkan nyawamu!"
"Ti-tidak, Tuan. Saya tidak berani menolak perintah anda. Ta..., tapi Tuan."
"Ta.., tapi apa?"
"Tapi anda tidak menyuruh saya untuk tidur dengan anda kan?"
"Cihhhh! Enak saja! Aku sama sekali tidak tertarik dengan wanita sepertimu! Kau sangat menjijikkan di mataku!"
"Syukurlah, Tuan. Saya juga jijik."
"Apa katamu!" bentak Zack sambil mendekat ke arah Nala. Namun saat dia mengangkat tangannya tiba-tiba teleponnya berbunyi. Zack kemudian mengambil ponselnya dan melihat sebuah nama di layar itu.
"Dokter Alvaro?"
"Apaaa ahhhh, Dokter Alvaro?" teriak Nala dengan mata berbinar.
"Diam kau!" bentak Zack.
Zack kemudian mengangkat panggilan telepon dari Alvaro.
[Halo Dokter Alvaro.]
[Halo Tuan Zack, bisakah saya bertemu dengan anda sekarang?]
[Oh tentu saja, aku akan pergi ke rumah sakit sekarang.] Zack kemudian menutup panggilan telepon dari Alvaro, lalu menatap Nala dengan tatapan tajam. Nala pun terlihat salah tingkah.
"Kau mengenal Dokter Alvaro?"
"Oh tentu saja, karena orang tuaku juga ditangani oleh Dokter Alvaro. Dia dokter yang sangat keren dan tampan, bukankah aku sangat cocok dengannya, Tuan?"
"Cih! Kalau begitu ikut aku sekarang ke rumah sakit untuk bertemu dengan Alvaro."
'Oh tidak, mampus. Kalau aku ke rumah sakit dengan Zack, bisa-bisa Alvaro mengatakan yang sebenarnya kalau aku adalah sepupu dari Laurie,' batin Nala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments