Ketulusan seorang ibu

Sepulang dari pasar bersama ibunya, Mentari membawa belanjaannya di bantu oleh Mang Udin, ia merapikan belanjaannya dan menyimpan di lemari pendingin.

Selesai itu, Mentari melangkah ke kamarnya, ia akan membersihkan badannya yang merasa lengket sesudah dari pasar.

"Nikmatnya hari ini." ucap Mentari yang merentangkan tubuhnya di atas tempat tidurnya.

Tok... Tok...

Ketukan pintu itu, membuat Mentari merasa kesal, ia ingin istirahat sebentar saja, tubuhnya yang begitu lelah.

Ia beranjak menuju pintu yang ia kunci dari dalam, membukanya, dan ia melihat Mbak Marni di depan pintunya.

"Ada apa, Mbak?" tanya Mbak Marni.

"Tari, di panggil sama Tuan," ucap Mbak Marni.

"Iya, Mbak. Makasih ya," ucap Mentari yang tersenyum.

Mbak Marni berlalu meninggalkan kamar itu, Mentari masuk ke kamar mandi untuk mencuci mukanya agar lebih segar, setelah itu ia akan menghampiri Pak Ibrahim.

Langkahnya yang sedikit tergesa, membuat Pak Ibrahim menoleh ke arah anak pembantunya yang sudah ia anggap seperti anaknya.

Mentari melihat pak Ibrahim yang sedang duduk santai di ruang tamu bersama istrinya, Mentari pun menghampiri keduanya.

"Permisi, Pah. Tadi memanggil Tari." ucap Mentari yang memanggil Pak Ibrahim dengan sebutan Papa, Pak Ibrahim pun tidak keberatan dengan panggilan itu

"Iya, duduk dulu." ucap Pak Ibrahim pada Mentari.

Mentari pun menurutinya, ia duduk di depan Pak Ibrahim.

"Gimana kuliah mu, Tar." ucap Pak Ibrahim.

"Alhamdulillah, Pah. Lancar," jawab Mentari.

"Bagus, pertahankan Tari, Papa bangga melihat kamu semangat dalam belajarnya. Jangan pernah kecewakan Papa dan Ibu mu ya," ucap Pak Ibrahim.

Mentari mengangguk dan tersenyum, "Makasih, Pah."

"Papa hanya ingin mengatakan sesuatu sama kamu, tolong bujuk Vina agar bisa lebih fokus lagi belajarnya. Papa hanya mengandalkan dirinya untuk meneruskan perusahaan Papa nanti."

Mentari terdiam, ia bingung harus menjawab apa, di satu sisi ia sayang sama Vina sahabatnya sekaligus anak majikannya, Tapi, di satu sisi ia tak mau mengecewakan Pak Ibrahim yang selalu ada di saat ia membutuhkan dan menjadi pengganti sosok seorang Ayah.

"Gimana Tari? Kamu pasti bisa membujuk Vina, untuk lebih serius lagi dalam belajarnya. Hanya kamu yang Papa andalkan, Tari." ucap Pak Ibrahim lagi.

"Insya Allah, Pah. Tari akan berusaha membujuk Vina. Tapi, Tari tidak janji kalau bisa berhasil." ucap Mentari.

"Iya, Papa hanya ingin yang terbaik buat anak Papa, termasuk kamu."

Mentari tersenyum, ia begitu bahagia disayangi oleh majikannya, tanpa melihat ia seorang anak pembantu di rumahnya.

"Ada lagi yang Papa ingin bicarakan?" tanya Mentari lagi.

"Tidak ada, kamu tidak ada jadwal kuliah?" tanya Pak Ibrahim.

"Sekarang lagi kosong, Pah. Besok pagi baru ada," jawab Mentari.

"Tari, tolong jagain Vina ya, jangan sampai terjadi sesuatu padanya." timpal Mama Vina.

"Iya, Mah. Tari akan menjaganya."

.

.

.

Sesudah obrolan itu usai, Tari berlalu meninggalkan kedua pasangan baya tersebut. Ia menghampiri ibunya yang sedang memasak untuk makan malam nanti.

"Bu..," panggil Mentari.

"Iya, ada apa?" ucap Ibunya tidak menoleh

"Ibu masak apa?" tanya Mentari.

"Ikan gurame, sama cumi goreng tepung, kesukaan Non Vina." jawabnya.

"Tari bantuin apa, Bu?"

"Tidak usah, sebentar lagi juga matang, kamu istirahat saja, ibu tahu kamu hari ini lelah sekali bantuin ibu, makasih ya," ucap Ibu yang tulus.

"Itu udah jadi kewajiban Tari, Bu. Seharusnya Tari yang bahagiakan Ibu, tidak seperti ini, maafin Tari ya, Bu." ucap Mentari yang begitu kasihan melihat ibunya banting tulang untuk dirinya.

"Itu sudah kewajiban seorang ibu, Tari. Ibu hanya meminta sama kamu jadilah orang yang sukses dan membanggakan ibu, hanya itu yang ibu butuhkan."

"Iya, Bu. Tari akan ingat nasehat ibu, doain Tari ya," ucapnya sambil memeluk ibunya dari belakang.

"Jangan kayak gini, Tari. Ibu lagi masak, jangan gangguin ibu, sana istirahat, walau waktunya makan, akan ibu bangunkan."

Mentari mengangguk, ia begitu bahagia dikelilingi banyak orang yang sayang padanya.

.

.

.

.

.

Terimakasih, cinta pertama ku. Ibu adalah segalanya buat Tari..

Episodes
1 Keceriaan seorang gadis
2 Nasehat sang Ibu
3 Pertemuan yang tak di sangka.
4 Ketulusan seorang ibu
5 Bertemu lagi
6 Sebuah harapan
7 Ungkapan perasaan
8 memaksa perasaan
9 Memuji
10 bertemu yang tidak sengaja
11 Syok
12 Meminta izin..
13 Perjuangan..
14 Pahlawan malam..
15 Perasaan aneh..
16 Nomor iseng..
17 Mentari memberi harapan..
18 Kecewa
19 Cemburu..
20 Menolong..
21 Salah paham..
22 Ungkapan perasaan..
23 Patah hati...
24 Tantang Reyhan..
25 Menerima cintanya..
26 interogasi Vina..
27 Datang tiba-tiba..
28 Mengadu pada Mamanya..
29 Pinta Mentari...
30 Ancam Ibunya...
31 Mentari menghilang...
32 Ajakan makan malam...
33 Permintaan Vina..
34 Mengambil keputusan...
35 Curiga seorang ibu...
36 Rasa tak tega..
37 meyakinkan..
38 Memohon...
39 Kabar yang mengejutkan...
40 Kantin...
41 Sebuah tamparan yang menyakitkan...
42 Kabar tentang ibu...
43 Kaget sekaligus sakit..
44 Kabar duka...
45 Persiapan pemakaman sang ibu..
46 Wanita kuat...
47 Niat Reyhan...
48 Ajakan Reyhan..
49 Pamit....
50 Kali ini..
51 Pengganggu...
52 Ungkapan perasaan..
53 Berjuang mendapatkan restu
54 Undangan...
55 Acara pertunangan...
56 Mencari...
57 Berakhir hubungan...
58 Surat...
59 Pertemuan antara Mentari dan pak Bagas..
60 Rencana pernikahan...
61 Mencari lagi..
62 Flashback
63 Hari pernikahan...
64 Acara ijab kabul...
65 Kedatangan Mentari..
66 keputusan Mentari...
67 Sebuah Rahasia...
68 kehamilan Vina
69 5 tahun kemudian...
70 Pertemuan yang tak terduga
71 Menerima ajakan Reyhan..
72 persiapan pernikahan...
73 Rasa cinta...
74 Ijab Kabul persi kedua...
75 Kabar duka...
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Keceriaan seorang gadis
2
Nasehat sang Ibu
3
Pertemuan yang tak di sangka.
4
Ketulusan seorang ibu
5
Bertemu lagi
6
Sebuah harapan
7
Ungkapan perasaan
8
memaksa perasaan
9
Memuji
10
bertemu yang tidak sengaja
11
Syok
12
Meminta izin..
13
Perjuangan..
14
Pahlawan malam..
15
Perasaan aneh..
16
Nomor iseng..
17
Mentari memberi harapan..
18
Kecewa
19
Cemburu..
20
Menolong..
21
Salah paham..
22
Ungkapan perasaan..
23
Patah hati...
24
Tantang Reyhan..
25
Menerima cintanya..
26
interogasi Vina..
27
Datang tiba-tiba..
28
Mengadu pada Mamanya..
29
Pinta Mentari...
30
Ancam Ibunya...
31
Mentari menghilang...
32
Ajakan makan malam...
33
Permintaan Vina..
34
Mengambil keputusan...
35
Curiga seorang ibu...
36
Rasa tak tega..
37
meyakinkan..
38
Memohon...
39
Kabar yang mengejutkan...
40
Kantin...
41
Sebuah tamparan yang menyakitkan...
42
Kabar tentang ibu...
43
Kaget sekaligus sakit..
44
Kabar duka...
45
Persiapan pemakaman sang ibu..
46
Wanita kuat...
47
Niat Reyhan...
48
Ajakan Reyhan..
49
Pamit....
50
Kali ini..
51
Pengganggu...
52
Ungkapan perasaan..
53
Berjuang mendapatkan restu
54
Undangan...
55
Acara pertunangan...
56
Mencari...
57
Berakhir hubungan...
58
Surat...
59
Pertemuan antara Mentari dan pak Bagas..
60
Rencana pernikahan...
61
Mencari lagi..
62
Flashback
63
Hari pernikahan...
64
Acara ijab kabul...
65
Kedatangan Mentari..
66
keputusan Mentari...
67
Sebuah Rahasia...
68
kehamilan Vina
69
5 tahun kemudian...
70
Pertemuan yang tak terduga
71
Menerima ajakan Reyhan..
72
persiapan pernikahan...
73
Rasa cinta...
74
Ijab Kabul persi kedua...
75
Kabar duka...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!