Pagi hari ini yang begitu cerah, secerah namanya Mentari yang menyinari di paginya. Mentari melakukan hari-hari dengan begitu senang, senang membantu ibunya, senang membersihkan rumah dan memasak.
"Pagi, Bu." ucap Mentari yang menghampiri ibunya yang lagi memasak sarapan untuk Tuannya.
Ibunya tersenyum mendengar suara putri satu-satunya itu.
"Ibu masak apa?" tanya Mentari.
"Nasi goreng sama ikan pepes pesenan Non Vina." jawab Ibunya.
"Tari bantuin apa, Bu?" tanya Mentari.
"Kupasin bawang saja, tadi Ibu lupa belum kupasin bawang, buat ikan pepesnya."
"Siap, ibu Bos."
Ibu Mentari tertawa. "Buruan, jangan di mainin aja."
"Iya, iya. Ibu bawel banget sih," ucapnya lagi.
Selesai memasak, makanan itu matang dengan sempurna. Mentari menyajikan pada piring dan meletakkan dimeja makan.
"Tari, kamu belum siap-siap ke kampus?" tanya Ibunya.
"Pagi ini, gak ada kelas, Bu. Besok baru ada, sekarang Tari pull bantuin ibu di rumah." ucap Mentari yang tersenyum.
"Ya udah, kamu bantuin ibu buat setrika baju-baju ya,"
"Iya, Bu. Apa pun Tari lakukan buat Ibu tercintanya Tari."
"Lebay, kamu."
"Hehehe..., si ibu, di bilanginnya malah gitu."
"Jangan banyak omong, cepat kerjakan."
"Ya Allah, Bu. Tari mandi dulu, gak lihat masih pake baju tidur." ucap Mentari.
"Ya udah sana, mandi bilang wangi." jawab Ibunya.
Setelah berlalu, Mentari membersihkan badannya yang begitu lengket sehabis membantu ibunya.
Tiba-tiba ketukan pintu pun terdengar, Tari membukanya dan melihat Vina berdiri di depan pintu.
"Ada apa?" tanya Mentari.
"Temenin aku yuk, keluar. Bete nih di rumah aja." ajak Vina.
"Kayaknya gak bisa deh, Vin. Aku harus bantuin Ibu, soalnya aku udah janji mau bantuin." alasan Mentari, ia ingat nasehat ibunya kemarin, tidak boleh terlalu merepotkan dan melibatkan keluarga ini yang selalu ada untuknya.
"Sebenar saja, Tar. Kalau pekerjaan rumah biar yang lain saja yang kerjakan."
"Maaf, Vin. Aku udah terlanjur janji sama ibu, kasihan ibu, aku juga pengen punya privat buat ibu ku, kamu ngerti ya." ucap Mentari yang tak enak juga menolak ajakan Vina.
"Ya udah deh, terserah kamu, aku mau telpon Rio dulu." ucap Vina yang meninggalkan Mentari di pintu kamarnya.
Sesudah mandi, Mentari mengambil baju-baju yang akan ia setrika, Ibunya menghampirinya.
"Tar, sesudah itu, temenin Ibu buat belanja bulanan ya," ucap ibunya.
"Siap, Bu."
Jam sepuluh, Mentari selesai mengerjakan tugas yang diberikan oleh ibunya. Dan mencari sang ibu yang entah dimana keberadaannya.
"Mbak Marni, lihat Ibu?" panggil Mentari pada pembantu di rumah ini juga.
"Eh, neng Tari. Bikin kaget Mbak saja. kayaknya ada di belakang deh, Neng." jawab Mbak Marni.
"Makasih, Mbak Marni." ucap Mentari yang berlalu.
.
.
.
"Bu...," panggil Mentari. Yang menghampiri sang ibu yang membersihkan halaman belakang.
"Iya," jawab Ibunya.
"Kapan kita ke pasarnya, Tari udah selesai menyetrikanya." tanya Mentari.
"Ya udah, yuk sekarang. Mumpung belum siang." ajak ibunya.
Sesudah bersiap-siap, Tari dan Ibunda di antarkan oleh supir yang ada di rumah.
Sesampainya di pasar yang memakan waktu tidak lama, Tari turun di susul oleh ibunya. Tari merasa senang, berbelanja di pasar ini. Banyak sayuran dan buah-buahan yang masih segar-segar.
Ia melangkah masuk ke dalam, dan memilih sayuran dan buah-buahan yang menurut ia begitu menggiurkan. Tiba-tiba ada yang menabrak dari arah belakang, membuat sayuran terjatuh dan berantakan di lantai. Membuat Mentari kesel dan ingin memarahi orang itu.
"Eh, punya mata tidak?"
"Ini." ucap Pria itu yang menunjuk pada kedua matanya.
"Kenapa tidak di pake?"
"Emang baju harus di pake, mata itu untuk melihat, cantik."
"Nah itu, kenapa gak melihat ada orang di sini."
"Gue buru-buru, gak sempat lihat Lo."
"Kamu bener-bener ya, tuh lihat, sayuran ku jadi jatuh semua, ini gara-gara kamu." ucap Mentari yang penuh emosi.
"Ya udah, gue ganti." ucap Pria itu.
"Gak usah," ucap Mentari yang berlalu meninggalkan Pria itu.
.
.
.
.
.
.
Aneh nih, cewek. Tadi marah-marah, mau di ganti gak mau..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments