Selera Orang Itu Beda-Beda

Pintu ruangan guru bergeser. Yang keluar dari sana bukanlah guru, melainkan tiga anak laki-laki yang memasang ekspresi masam di wajah mereka. Hal itu dikarenakan mereka harus menyerahkan surat permintaan maaf pada saat jam istirahat. Salah satunya adalah Eza, dia adalah orang yang mengeluarkan ponselnya saat jam pembelajaran sudah dimulai.

“Karena sudah jam makan siang, kita ke kantin, yuk!”

“Ayo, Ide yang bagus! Aku juga sedang lapar.”

Yang mengatakan dengan gembira setelah mendapatkan hukuman adalah dua teman Eza, Rizki dan Adit yang turut serta mendapatkan hukuman yang sama. Mereka adalah tipe murid laki-laki yang tampangnya biasa-biasa saja. Jika dibandingkan dengan Eza, mereka masih berada di bawahnya.

Setelah mereka keluar dari ruang guru, mereka memutuskan untuk berjalan ke arah kantin melalui lorong yang panjang dan berbincang-bincang selama perjalanan mereka ke sana.

“Ngomong-ngomong soal makanan, aku pernah mendengar kalau orang Italia itu tidak suka minuman cappucino dicampur dengan cincau.”

“Yang benar? Tapi kayaknya hal yang seperti itu sudah tidak umum lagi, deh. Soalnya aku juga pernah mendengar tentang orang yang masak daging tertentu dicampur dengan saus kurma, banyak orang yang marah.”

“Eh? Kalau itu kayaknya lumayan parah. Memangnya kejadian masak yang seperti itu ada di mana?”

“Yang sudah pasti bukan di sini. Soalnya di sini banyak banget makanan campuran, kayak pempek, bakso, atau bakmi contohnya.”

“Dari tadi apa ‘sih yang kalian bicarakan?”

Eza yang sudah menjadi akrab dan dekat dengan Adit dan Rizki sejak awal semester dimulai, hanya menanggapi obrolan dua temannya dengan santai, ketika ia sudah mulai bosan menyimak percakapan tidak jelas dari kedua temannya.

“Kamu memangnya tidak tahu tentang selera orang luar yang lebih rendah dari kita?”

“Siapa yang kamu maksud dengan orang luar?”

“Itu sudah pasti mereka yang kalau masak nasi, kalau tidak terlalu kering, pasti terlalu basah sampai-sampai jadi bubur dan bukan nasi. Bahkan ada yang mencuci nasi tersebut setelah melihat hasil nasi yang basah.”

“Yang aku dengar dari tadi hanya mimpi buruk bagi pemakan nasi, tapi kamu tidak mau memberi tahu pelakunya!?”

“Kalau itu tidak bisa. Soalnya, yang melakukan bukan hanya satu, tapi banyak orang."

“Bukannya jadi terlalu banyak orang yang melakukan genosida terhadap nasi!?"

Meski sempat mengeluh dengan obrolan omong kosong dua temannya, karena dirinya sendiri juga bosan, Eza sudah resmi menjadi bagian dari percakapan mereka.

Mereka terus melanjutkan percakapan mereka hingga mereka sampai pada tempat tujuan yang diinginkan, kantin sekolah.

Suara ribut khas kantin terdengar memenuhi seisi kantin. Sudah menjadi pemandangan biasa melihat banyak siswa membawa makanan yang mereka beli di atas nampan yang mereka bawa sendiri.

Eza dan kedua temannya langsung mengarah ke sudut yang memajang informasi menu yang tersedia dan memeriksanya.

“Apa kalian sudah memutuskan makanan apa yang ingin kalian pesan? Aku ingin memeriksa sesuai seleraku”

“Biar aku pikirkan terlebih dahulu. Di saat seperti ini, aku merasa bingung karena terlalu banyak pilihan.”

Mengikuti kedua temannya, Eza juga melihat-lihat menu apa yang ingin ia makan. Kemudian, matanya tertuju pada sebuah poster bertuliskan “Mi Ayam Spesial Keju” bersamaan dengan ilustrasi gambarnya, dan juga tulisan “Ada 5 Pilihan Level Pedas!”.

“Mi ayam pakai keju? Hal teraneh yang pernah aku makan adalah mi instan yang dicampur susu.”

“Kamu serius makan itu?”

Adit yang kebingungan memilih menu, pikirannya teralihkan dengan ucapan mengejutkan Eza. Tapi orangnya sendiri tidak melanjuti balasan Adit, sampai dia harus kembali melihat informasi menu yang membuatnya bingung.

Setelah beberapa saat memilih, mereka akhirnya memutuskan apa yang mereka ingin pesan, mengamankan tempat dengan penanda, lalu pergi kembali untuk memesan dan mengambil makanan mereka.

Namun saat mereka ingin kembali ke tempat yang sudah mereka tandai, Eza yang gembira dengan pesanannya tidak sengaja menabrak seseorang yang ada di depannya.

“A-ah ... Maafkan aku. Aku tidak melihat ke depan. Apakah kau tidak apa-apa? Jika makananmu tumpah aku—“

Eza yang sadar melakukan kesalahan segera mencoba untuk meminta maaf. Namun setelah ia melihat ke arah orang yang ia tabrak, matanya melebar.

“Oh ... Bukankah kamu Eza?”

Di depannya, ia melihat seorang gadis berambut hitam panjang bergelombang, dengan mata yang lebar dan juga berwarna hitam. Wajahnya terlihat sedikit kekanak-kanakan, namun juga tampak elegan di saat yang bersamaan. Walau tubuhnya kecil, namun tetap proposional pada tempatnya.

“Nyonya Rena?!”

Nyonya Rena yang dipanggil namanya oleh Rizki adalah gadis yang ditabrak oleh Eza. Dia adalah putri sulung dari salah satu keluarga duta besar dan juga pebisnis yang terkenal. Dia adalah seorang yang menyandang gelar putri sejati.

Selain memiliki kecantikan alami, keterampilan sosialnya sebagai keluarga terpandang juga sangat tinggi, membuatnya semakin dipandang dengan elegan. Rena juga menempatkan status gadis tercantik di kelas 1 dan juga di Akademi Rania oleh para siswa laki-laki.

Setelah kekaguman itu, suara getir langsung keluar dari mulut Adit, “J-jika ada Nyonya Rena di sini, i-itu berarti ...”

Ketakutan yang dikhawatirkan oleh Adit menjadi nyata. Di sebelahnya juga ia bisa melihat sosok berambut perak, mempunyai tubuh yang lebih tinggi, dan mempunyai kulit yang lebih putih dari gadis yang ia lihat pertama, sambil memasang ekspresi jutek khasnya. Seketika, perasaan aman yang ia rasakan menghilang.

“I-ini mustahil! Untuk bertemu dengan dua gadis tercantik secara langsung, aku tidak dapat menahannya. Maafkan aku, teman ... Tapi aku tidak kuat dengan pancaran cahayanya!”

Setelah mengatakan itu, Adit dengan cepat meninggalkan tempatnya, mengambil penanda tempat, dan pergi jauh-jauh dari kehidupan sosial yang normal.

“Wahai, Eza,” Rizki yang masih ada di tempat, memegang salah satu bahu Eza dan membisikkan sesuatu, “aku juga setuju dengan Adit. Maafkan aku, tapi aku tidak kuat dengan medan perang ini.”

Rizki juga ikut berlari menjauh sambil berteriak, “selamat tingaaaaal!” dan membuat gaduh suasana kantin.

“Oi!”

Eza yang merasa dikhianati hanya bisa pasrah mendapati kenyataan, bahwa kedua temannya itu benar-benar idiot.

Ia lalu kembali melihat ke arah depannya. Dua gadis tercantik berdiri di depan dirinya. Yang satu sedang tersenyum manis, sedangkan yang satunya lagi menyipitkan matanya. Untungnya, Eza diselamatkan oleh Rena dengan berbicara kepadanya.

“Kebetulan kita bertemu di sini ... Bagaimana kalau kita makan siang bersama-sama. Bagaimana menurutmu, Eza?”

“Uh? Yah ... Aku pikir itu baik-baik saja."

Eza hanya bisa menerima ajakan dari Rena setelah pengkhianatan dua temannya, serta dirinya yang sudah menabrak Rena. Mereka akhirnya duduk di tempat yang Eza tandai sebelumnya.

“Aah, kamu juga memesan menu yang sama juga, Eza?”

Persis yang dikatakan Rena, Eza dan juga Rena memesan menu yang sama. Mi Ayam Keju dengan tingkatan pedas yang paling maksimal.

“Kalian berdua menyukai makanan seperti itu?”

“Hmm? Apa yang Iroha maksud dengan itu? Apakah itu kejunya atau pedasnya?”

“Bukankah sudah jelas?”

Yuuki yang melihat isi dari mangkok dua orang yang duduk bersamanya hanya bisa tertegun. Campuran warna keju, ayam kecap, serta sambal berpadu menjadi satu hanya dalam satu wadah.

“Karena memang banyak makanan yang memakai rempah di sini, sudah pasti yang seperti ini sudah biasa. Bukan begitu, Eza?”

“Kalau kamu bilang seperti itu memang ada benarnya. Bisa dibilang, rasa gurih adalah identitas kebanyakan negara tropis.”

“Juga, karena sudah terbiasa mencicipi banyak rasa, mencampur keju dengan mi bisa menjadi daya tarik sendiri.”

“Seperti yang diharapkan. Kamu juga berpikir seperti itu saat melihat posternya ya, Rena.”

“Kebetulan sekali, bukan?”

Sementara mereka berdua asyik mengobrol satu sama lain, alis Yuuki semakin mengkerut dan bertanya kepada mereka berdua secara santai.

“Aku penasaran ... Rasanya, kalian sangat dekat. Apakah kalian sedekat itu?”

Mendapatkan pertanyaan itu, Rena menghadap ke arah Yuuki dan tersenyum lembut, menjawab dengan santai pertanyaan Yuuki.

“Kami sudah kenal sejak lama. Karena kami adalah teman masa kecil.”

“Hmm ...”

Yuuki bergumam pelan sambil mengangguk kecil, membuat sugesti kepada pikirannya untuk tidak berpikir berlebihan. Lalu, kali ini, Rena yang bertanya.

“Tapi aku tidak menyangka kalau Iroha juga dekat dengan Eza.”

“Aku hanya menegurnya untuk tidak bermalas-malasan.”

“Begitukah?”

Rena tertawa pelan. Nadanya tawanya penuh misterius yang hanya bisa ditebak oleh dirinya sendiri.

“Ngomong-ngomong. Eza, maukah kamu memikirkan kembali tentang menjadi anggota OSIS?”

Menanggapi pertanyaan Rena, Eza menghela napasnya dan melirik ke arah lain menunjukkan tidak adanya minat untuknya menjadi OSIS.

“Lagi? Aku sama sekali tidak ada minat. Bukankah masalah ini seharusnya sudah selesai beberapa waktu yang lalu?”

“Kalau itu ...”

Rena menunjukkan ekspresi masam dan sedikit gelisah.

Terpopuler

Comments

@ℛᎧʂʂᥱᥒᥡᥲrN⃟ʲᵃᵃ࿐

@ℛᎧʂʂᥱᥒᥡᥲrN⃟ʲᵃᵃ࿐

otak ku seketika traveling ngebayangin mie ayam campur keju :)

2023-01-25

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!