Mengingat Masa Lalu

Hero membuka pintu apartemennya. Tak beberapa lama selepas Anna pergi ia juga kembali. Pria itu merogoh ponsel di kantong sambil melangkah tergesa-gesa menuju sofa. Ia membiarkan ruang di sekelilingnya gelap saking buru-burunya.

Lantas Hero duduk sambil menekan angka pada layar ponsel. pria itu melakukan sebuah panggilan pribadi dengan nomor khusus yang tak pernah ia simpan dalam daftar kontaknya.

Hallo, Tuan!

Terdengar seorang pria menyahut panggilan Hero dari balik sana.

"Lakukanlah sekarang! Kita sudah tidak ada waktu lagi untuk bermain-main."

Tapi Tuan ... bukti yang kita miliki belum cukup. Saya tidak ingin hal ini membahayakan keselamatan Anda dan yang lainnya. Dan jika dugaan kita tidak terbukti benar, hubungan Anda dan keluarga Fernando bisa terancam, jawab seseorang dari balik sana. Perasaan Hero saat kini makin berkecamuk, tapi ia tidak punya pilihan lain.

"Jangan membantah perintahku! Lebih baik mencoba daripada tidak sama sekali.  Suruh semua bawahan kita untuk melakukannya malam ini juga. Masalah hukum dan lainnya kamu tidak perlu takut. Semua ini tanggunganku!"

B-baik, Tuan! Jika itu yang Anda inginkan saya akan melakukannya.

Tak ada bantahan lagi dari balik sana. Panggilan itu Hero tutup setelah pria asing di balik sana menyetujui rencana Hero malam ini.

Selepas panggilan di tutup Hero menengadah ke langit-langit gelap sambil menaruh kepalanya di sandaran sofa. Hembusan napasnya masih terdengar tak beraturan karena harus menahan emosi yang meluap-luap dari dalam diri.

Aku harap kau bisa bersabar sedikit lagi Anna. Tunggu aku membereskan semuanya, maka kita akan menjemput kebahagiaan bersama-sama, batin Hero. Ada rasa sesak yang menikam dadanya saat ini.

Dua kelopak mata Hero terpejam sesaat. Pikirannya  berkelana mengingat kejadian beberapa tahun silam saat ia masih beranjak remaja. Momen di mana ia bertemu dengan Anna untuk pertama kali.

Saat itu usia Anna masih tujuh tahun, dan Hero sudah memasuki sekolah menengah atas. Usianya waktu itu sudah enam belas tahun. Sembilan tahun lebih tua daripada Anna.

Di bawah pohon apel yang tak berbuah, pria muda itu tengah menikmati bekal makan siangnya yang belum sempat dimakan karena sibuk mengerjakan tugas. Ia tampak sumringah saat membuka tutup tempat makan dan mendapati ibu membuatkan sandwich kesukaannya.

"Yes!" Mulutnya langsung terbuka lebar. Namun tak sengaja matanya menangkap sesuatu yang bergerak-gerak dari balik semak-semak.

"Siapa kamu?" seru Hero sambil berdiri mendekat ke arah semak. Ia dapat melihat punggung seseorang tengah bersembunyi di balik cela daun dan ranting.

"Keluar atau kupukul kau!"

Orang itu masih diam. Membuat Hero mengepalkan tangannya geram sambil terus mendekat.

"Baiklah kalau kamu tidak mau keluar. Artinya aku akan memukulmu dengan batu besar ini!" Hero memungut sebuah batu besar yang berada tepat di bawah telapak sepatunya.

Seseorang di balik sana langsung ketakutan mendengar ancaman Hero yang terdengar serius sekali.

"A-a--ampun! A-aku keluar." Seorang anak kecil dengan tubuh gemetar ketakutan keluar dari balik semak-semak itu. Matanya sudah berkaca-kaca dan nyaris menangis.

"Anak kecil?" seru Hero seraya memperhatikan badan anak yang kecil itu yang kumel dan tampak menjijikkan dengan  bola mata melebar heran. "Apa yang kamu lakukan di tempat ini anak kecil?"

Terpopuler

Comments

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

kasihan banget Anna

2022-12-09

0

karim Ok

karim Ok

iya thor tolong ditamatin y..q pembaca dari dipsy sampai yg kecelakaan itu...yg diperkosa sama paman nya itu malah gantung 😭😭😭😭😭

2022-12-09

0

lyani

lyani

baca lg ulang biar meski sdh diluar kepala

2022-12-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!