bab 5

Hendra yang melihat penampilan Bening malam ini sungguh terpesona, karyawan baru di perusahaan nya itu memang sungguh cantik. Akal licik yang telah tertanam di pikirannya membuat Hendra optimis jika rencananya akan berhasil. Senyuman penuh kemenangan nampak di sudut bibirnya, tipis hingga Bening pun tidak menyadarinya. Entah bahaya apa yang akan menimpanya nanti. Hendra menggandeng tangan Bening untuk mengikutinya.

"Pak, maaf kalau saya lancang, apa Pak Hendra tidak salah memilih saya menemani Bapak ke acara perjamuan seperti ini, bukankah lebih baik jika Mbak Sella yang menemani Bapak, bukankah ia manager Humas di perusahaan kita, cocok untuk acara semacam ini, saya kan hanya dari deviasi teknik yang masih baru Pak, belum berpengalaman."

Bening yang melihat betapa glamornya perjamuan malam ini menjadi tidak percaya diri. Ia takut akan mengecewakan atasannya. Dia juga tidak mau terjadi apa apa dengan pekerjaannya, karena ia sangat bergantung dari pekerjaan ini untuk bertahan hidup. Kalau bukan karena bonusan yang besar, maka ia tidak akan mau menghadiri perjamuan malam ini.

"Kamu meragukan penilaian saya Bening?" Protes Hendra yang seakan tidak suka dengan perkataan Bening tadi. Ia pun mengambil dua gelas wine yang di bawa oleh pelayan.

Bening jadi salah tingkah, ia tidak ingin menyinggung atasannya itu, jika atasannya sampai marah bisa bahaya untuk pekerjaan nya. " Emm,,, bukan begitu maksud saya Pak, bukankah ini perjamuan untuk kalangan elit, saya takut akan mengacaukannya nanti, saya tidak percaya diri."

Hendra pun tersenyum melihat Bening yang menundukkan wajahnya dengan meremat kedua jari tangannya.

"Kenapa kamu begitu cantik, andai bukan karena proyek ini, pasti sudah ku bawa kamu ke ranjangku." gumamnya dalam hati dengan senyum tipis di bibirnya.

"Kamu santai saja, ada saya, pasti semua akan baik baik saja!" Hendra menyerahkan salah satu gelas yang dibawanya pada Bening. Wanita itu pun menerima uluran gelas yang mengarah padanya sambil tersenyum canggung.

"Terima kasih,Pak."

"Minum!" Saya mengajak kamu karena sebenarnya ini adalah jamuan yang akan membahas proyek Star. Kamu pasti tau itu."

Ucap Hendra santai, sesekali ia mengangkat gelasnya seakan melakukan tos disertai senyum dengan kenalan bisnisnya yang menatap ke arahnya.

"Proyek Star?"Bening terkejut.

Bukankah itu proyek yang menjadi perbincangan saat ini, banyak perusahaan yang berebut untuk mendapatkan proyek ini. Bahkan devisi teknik tempatnya bekerja juga berusaha keras untuk mendapatkan proyek ini. Akhirnya dia mengerti mengapa Pak Hendra mengajaknya ke tempat ini.

"Tapi Pak, saya hanya staf kecil di kantor, belum lama bekerja, baru 6 bulan juga."

"Justru karena kamu masih baru!"Senyuman licik nampak di sudut bibirnya.

"Bening, aku memintamu datang karena ada rencanaku sendiri, kamu tenang saja, jika aku bisa mendapatkan proyek ini, maka bonusanmu akan 5x lipat dari gajianmu saat ini. Jadi aku berharap banyak padamu, jangan sia siakan kepercayaan ku, Ok! Ayo minum! Untuk keberhasilan kita!"

Hendra melakukan tos, lalu meminum sampai habis wine itu, sedangkan Bening masih nampak ragu ragu.

Ia melihat sekeliling yang penuh dengan orang orang yang terlihat begitu menikmati perjamuan ini. Sekilas muncul ketidak percayaan dirinya. Mungkin karena selama ini dia tidak pernah bersosialisasi dengan baik. Hari hari yang dilewatinya selama 5 tahun ini hanya untuk merawat ibunya yang sakit juga membesarkan anaknya. Baru setelah uangnya habis, ia mencari pekerjaan untuk bertahan hidup.

"Kenapa tidak di minum Bening? Jangan bilang kalau kamu tidak menyukai pemberianku!" Hendra nampak kecewa melihat Bening yang masih ragu ragu meminum wine itu.

"Bu,, bukan begitu, Pak!" Jawab Bening dengan gugup, ia merasa tidak enak pada Hendra.

"Ini saya mau meminumnya." Dengan cepat Bening meminum wine tersebut dengan sekali tegukan. Meskipun sedikit ragu ia memaksakan meminumnya.

Hendra yang melihat itu tersenyum puas.

Bening kemudian meletakkan gelas wine. Tenggorokannya terasa panas. Suasana pun terasa hening. Dia tak tahu apa yang terjadi.

Dilihatnya semua orang kini menatap kearah pintu masuk.

Seorang pria yang tampan bertubuh atletis, dengan tenangnya kini berjalan masuk ke dalam ruang perjamuan. Kehadirannya seakan menghipnotis semua pasang mata yang tertuju padanya.

Penampilannya yang terlihat sempurna dengan balutan jas berwarna putih dari desainer ternama, tentu saja limited edition. Mungkin hanya beberapa pasang saja di dunia. Membuatnya bagai seorang Sultan di tengah tengah rakyatnya. Tidak lupa para bodyguard yang mengawalnya. Hanya saja raut wajah yang datar terlihat dingin tak tersentuh. Membuat semua orang tunduk di bawahnya.

"Dia?" Bening memelototkan matanya, tentu saja ia mengenali wajah itu. Wajah tampan yang beberapa saat lalu telah ia jumpai, wajah yang membuat emosinya tak terkendali, wajah yang membuatnya frustasi dan wajah yang ahhh,,, Bening bisa bisa di buat tak berdaya olehnya.

Sebelum keterkejutan Bening hilang, suasana kembali ramai, semua orang pada tampang mencari muka. Seakan pria itu orang yang begitu penting. Membuat Bening sedikit penasaran.

"Hmm,, paling paling anak orang kaya, apanya yang hebat?" Gumamnya dalam hati.

"Ahh,,, akhirnya Presdir Dewantara Group sudah tiba." Hendra berkata lirih sambil memeluk pundak Bening.

"Sialan!" Bening pun menghindari pelukan Hendra.

"Seharusnya aku tidak memakai baju sabrina malam ini." Sesalnya.

Namun Hendra kembali memeluk pundak Bening sambil berkata," Bening, Presdir Dewantara itu orang berpengaruh, dia orang terkaya di negara ini, keluarga Dewantara kamu kenalkan?"

"Keluarga Dewantara?" Bening tiba tiba tertegun.

Di kota J siapa yang tidak tahu bagaimana berpengaruhnya keluarga itu. Kekayaannya tidak akan habis 7 turunan. Kekuasaannya mengalahkan orang pertama di negara ini.

Dan proyek Star berada di bawah naungan Dewantara Group.

Dan beberapa bulan lalu diumumkan pada publik melakukan penawaran. Banyak perusahaan yang bersaing dan berlomba untuk mendapatkan proyek yang memiliki untung triliunan itu. Mereka melakukan segala cara untuk mendapatkan perhatian dari Dewantara Group. Tidak terkecuali JT Group.

"Iya, dia itu Tuan Muda dari keluarga Dewantara. Ravendra Dewantara, Presdir dari Dewantara Group!"

"Ravendra ?"

Bening nampak linglung, wajahnya nampak pucat seakan aliran darah tidak mengaliri wajahnya. Ia pun menatap kedua tangannya yang tadi menampar juga meremas wajah itu. Ia tahu jika di kota ini tidak boleh menyinggung keluarga Dewantara. Lalu apa yang ia lakukan tadi? Kini tubuhnya terasa lemas.

"Bening, ayo kita menyapa Presdir Ravendra!"

Bening mulai panik, bagaimana ia masih punya muka untuk bertemu dengan pria itu.

"Hmm,, maaf Pak Hendra, saya mau ke toilet sebentar, perut saya tiba tiba sakit, Pak."

Bening berekspresi seakan menahan sakit sambil memegangi perutnya. Membuat Hendra menatapnya curiga.

"Kamu jangan bikin ulah Bening!" Geramnya.

bersambung 🌸 🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Terpopuler

Comments

ᴳᴿ🐅ᴹᴿˢ᭄𝕬ⁿᶦᵗᵃₚᵣₐ𝒹ᵢₜₐ🤎𝓰ₐₙⱼi

ᴳᴿ🐅ᴹᴿˢ᭄𝕬ⁿᶦᵗᵃₚᵣₐ𝒹ᵢₜₐ🤎𝓰ₐₙⱼi

😲wah orang km. tampar ternyata seorang presdir bening, habis lah kau Bening
hati hati dengan Pak Hendra Bening dia sungguh licik

2024-04-25

1

pak hendra ni... mengoda memancing ya... memuji muji ja... konon... ada maksud lah tu...

2023-01-07

2

𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏

𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏

Apa Niat Pak Hendra ya, semoga minuman it g ad sesuatunya,
Nah loh Bening, 😅🤣🤣

2023-01-06

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!