7 tahun kemudian di kota J. Di sebuah rumah kontrakan yang cukup sederhana terdengar tangis seorang anak laki laki juga suara wanita yang sedang memarahi anaknya. Bening menjewer telinga putranya meski tidak terlalu kencang.
"Aww,, Bunda maafin Dimas, sakit,,," anak laki laki itu berakting seolah ia benar benar teraniaya, dengan mengeluarkan air mata palsunya.
"Sudah Bunda bilang, kamu harus rajin belajar jangan main main terus, tapi kamu tidak mau dengar, sekarang liat!" Bening mengangkat kertas ujian sambil memelototkan matanya ke arah anaknya.
"Liat baik baik Dimas Anggara,,,,!" Geramnya memperlihatkan kertas ujian itu tepat di depan mata Dimas.
"Dimas minta maaf Bunda, Dimas janji mau belajar lebih giat lagi, tapi bisakah Bunda tidak marah untuk saat ini, please!" Mohonnya dengan tatapan yang menggemaskan.
"Kamu masih berani bernego sama Bunda setelah membuat kesalahan, hmm?"
Bocah itu pun bergidik ngeri melihat amarah Bundanya yang tidak pernah di liatnya selama ini. "Maafin Dimas Bunda, hikss,, hikkss,,!"
"Ada apa sih Ning,,, kenapa kamu marahi Dimas kayak gitu, ia masih kecil, jangan terlalu ketat padanya."
Seorang wanita paruh baya keluar dari dapur melangkah kearah Dimas lalu mendudukkan anak itu di kursi yang terbuat dari rotan.
"Ibu jangan terlalu memanjakan Dimas, nanti ia besar kepala, tidak mau menurut, bersikap sesuka hati, mau jadi apa dia nanti kalau besar." Kesal Bening karena ibunya selalu memanjakan putranya itu.
"Memang salah Dimas apa?"
"Ibu lihat saja sendiri, nilai ujian dia benar benar hancur." Bening menyerahkan kertas lembar soal ujian bahasa Indonesia.
Ibu Bening pun menerima lembar kertas itu lalu melihatnya. Mulanya ia tidak terkejut dengan nilai yang tertera di lembar kertas itu, namun saat matanya membaca jawaban dari salah satu pertanyaan ia pun tertawa dengan keras.
"Ha,,,ha,,,ha,,, ternyata cucu ku memang sangat pintar."
Dimas yang mendapatkan pujian dari neneknya pun merasa bangga dengan membusungkan dadanya.
Melihat kekompakan keduanya, nenek juga cucu membuat Bening semakin jengkel.
Bu Nunik membawa Dimas dalam pelukannya. Bukannya ia ingin memanjakan Dimas, namun beberapa tahun ini hidup mereka sudah susah.
"Ini semua salah Ibu, andai Ibu tidak sakit parah, maka kita tidak perlu pergi ke Singapura untuk berobat, dan Dimas tidak dilahirkan disana."
Nunik tahu, betapa susahnya hidup putrinya saat itu, dan ia juga tidak mau memberi tahu dari mana uang yang dia peroleh untuk berobat juga hidup mereka selama ini di Singapura. Karena Bening selalu diam saat ditanya. Bahkan ayah kandung Dimas juga ia tutupi.
"Ibu tidak perlu mengatakannya, yang penting ibu sembuh. Aku sudah merasa bahagia."
Saat itu ia melahirkan di Singapura karena ibunya juga berobat disana. Setelah beberapa tahun, uang 1milyar yang diterima dari perjanjian kontraknya sudah habis, ia memutuskan kembali ke Indonesia untuk mencari pekerjaan.
Selama tinggal di Singapura memang putranya memakai bahasa Inggris juga bahasa Indonesia dalam keseharian, membuat bahasa anak itu campur aduk. Beruntung setelah 6bln pulang ke Indonesia, bocah itu sudah lebih baik bahasa Indonesianya.
"Iya, aku tidak akan membahasnya lagi, aku hanya ingin kamu juga Dimas bahagia sambil menunggu Ayahmu keluar dari penjara."
Setiap berbicara tentang suaminya, mata Nunik selalu sembab.
"Oma jangan nangis, Dimas janji akan jadi anak yang baik." Bocah itu menghapus air mata Omanya dengan lembut.
Bening merasa sesak melihatnya, di remasnya kertas ujian tersebut, mungkin ia harus lebih sabar lagi juga keras lagi untuk mengajari putranya.
Kini yang ada dipikirannya hanya bekerja keras mencari uang, agar putranya bisa hidup layak juga lebih baik lagi. Sehingga ia tidak menyia nyiakan putra kedua yang dianugerahkan padanya, karena keegoisannya untuk mempertahankan anak itu disisinya.
*******
Suatu malam.
"Bening, pertemuan akan segera di mulai. Kamu ada dimana?"
"Pak Hendra, saya sudah ada di luar hotel sebentar lagi akan masuk."
"Baiklah, langsung naik ke lantai 3 nanti, aku tunggu!"
Bening pun mematikan ponselnya, mengangkat kepalanya melihat bangunan megah yang ada di depan matanya.
Hotel H. Hotel ini adalah hotel terkenal juga termegah di kota J.
Setengah tahun sejak ia kembali ke negara ini, nama hotel ini yang paling sering disebutkan dari mulut rekan kantornya.
Tak disangka malam ini Pak Direktur akan mengajaknya menghadiri acara perjamuan. Begitu memikirkan akan gaji juga bonus yang akan diterima jika mau hadir dalam perjamuan ini membuat Bening bersemangat.
Demi membuat hidup Dimas juga ibunya lebih layak, ia harus bekerja keras, mencari uang sebanyak mungkin.
Bening memegang erat tasnya, saat melewati sebuah sedan mewah warna hitam yang terparkir di pinggir jalan, ia pun berhenti sejenak, melihat penampilannya di depan kaca mobil, ia pun merapikan rambut juga gaunnya.
Rambut panjangnya yang hitam telah digulung dan dicepol tinggi tinggi. Dengan riasan wajah yang sederhana. Gaun warna hitam bermodel sabrina ini agak terasa salah, ia pun merapikan gaunnya menggunakan jendela mobil. Setelah memastikan penampilannya ok, ia pun berniat meninggalkan tempat itu.
"Ok, selesai!"
Bening pun mengambil nafas dalam dalam, tersenyum manis untuk menyemangati dirinya. Tanpa disangka, kaca jendela itupun terbuka.
Nampak raut wajah yang dingin namun terlihat sangat tampan sedang memandangnya intens.
Bening membeku, senyum di wajahnya pun menghilang entah kemana.
bersambung 🌹 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
ᴳᴿ🐅ᴹᴿˢ᭄𝕬ⁿᶦᵗᵃₚᵣₐ𝒹ᵢₜₐ🤎𝓰ₐₙⱼi
mungkin kah itu ayah ya Dimas🤔
2024-04-25
0
༄👑💗e¢¢e ρтħš αямч💗👑࿐
bertemu kembali dengan sang penyewa rahim
2023-01-07
2
༄👑💗e¢¢e ρтħš αямч💗👑࿐
seperti cerita komik😁
2023-01-07
2