Ke Boston

Setelah beberapa hari kemudian Flora berangkat ke Boston.

Ibukota Boston

Setelah tiba ke Ibukota Boston ia langsung menjumpai temannya yang tinggal di kota itu.

Ting..tong

Bunyi bel ditekan oleh Flora.

Klek..

"Flora," suara sapaan seorang wanita bernama Nancy

"Nancy," balas sapaan Flora dengan memeluk sahabatnya itu.

"Flora, mulai hari ini kau tenang saja bekerja di Boston! atasan ku baik dan kita menjadi rekan kerja," kata Nancy dengan senyum.

"Nancy, terima kasih, karena membantuku," ucap Flora dengan rasa gembira.

"Jangan berkata seperti itu! kita sudah lama kenal, dan kita juga adalah sahabat, aku berharap kau mulai hidup baru di sini," jawab Nancy.

"Iya, aku ingin mulai hidup baru, aku berharap ke depannya hidupku semakin membaik."

"Tentu saja, bagaimana jika aku membawamu keliling kota Boston?"

"Baiklah," jawab Flora dengan senyum.

Nancy adalah teman Flora yang sudah lama mereka berkenalan, hanya saja sejak Flora tinggal di pulau mereka berdua sudah lama tidak bertemu..

Siang itu Nancy membawa Flora berkeliling kota indah itu, Flora yang berencana ingin melupakan masa lalunya yang pahit itu, dan ingin memulakan hidup baru di Boston.

"Aku berharap di sini aku bisa mulai dari awal lagi, dan melupakannya, Victor aku ingin melupakanmu, aku tidak akan membencimu walau kau tidak ingin bersamaku lagi, aku berharap kita tidak akan bertemu lagi," batin Flora.

Setelah berkeliling seharian akhirnya Flora kembali ke apartemennya.

Apartemen

Flora tinggal di sebuah Apartemen yang tidak begitu jauh jaraknya dengan tempat dia bekerja.

Mansion keluarga Joseph.

Janice dan suaminya berkumpul di ruangan keluarga.

"Elvis, bagaimana caranya untuk membujuk Wallace agar segera menikah? sangat segan kita tidak memberikan penjelasan dipihak keluarga Claudia," ujar Janice yang merasa bersalah.

"Mereka adalah rekan bisnis kita, aku harus mencari waktu untuk berbincang lagi dengan Wallace, anak itu sangat keras kepala setiap ucap beberapa kata saja kami sudah mau bertengkar," kata Janice.

"Semua ini karenaku, jika tidak maka kalian tidak akan bertengkar terus," ucap Elvis dengan berpura-pura sedih.

"Elvis, ini bukan salahmu, jangan menyalahkan dirimu sendiri, tentang pernikahan mereka aku akan mencari cara untuk membuat anak keras kepala itu menyetujuinya," ujar Janice.

"Jangan menyalahkan Wallace! walau aku bukan ayah kandungnya akan tetapi dia sudah seperti anakku sendiri, jadi jangan terlalu keras dengannya!"

"Baiklah! baiklah! kau selalu saja memihaknya, walau selama ini dia selalu menentangmu," jawab Janice dengan menghela nafas.

"Apapun caranya harus membuat mereka menikah, jika Claudia menikah dengannya, maka Claudia bisa mendapatkan harta keluarga ini, dan pada akhirnya semua harta keluarga Joseph akan jatuh ke tanganku dan di saat itu wanita tua ini akan ku tendang jauh-jauh," batin Elvis.

Sebuah restoran..

Elvis bertemu dengan Claudia yang menjadi pilihannya untuk menjadikan menantu keluarga Joseph. selama ini Elvis memang sengaja memilih gadis itu menjadi istri anak tirinya itu demi ingin mendapatkan harta keluarga Joseph. hubungan Elvis dengan orang tua Claudia cukup akrab. oleh sebab itu ia memilih putri sahabatnya untuk menjadi menantu istrinya.

"Paman, bagaimana dengan Wallace, apakah dia tidak mengatakan kapan dia akan menikahiku?" tanya Claudia yang duduk berhadapan dengan Elvis.

"Anak itu sangat keras kepala, si tua itu sama sekali tidak bisa memujuknya, baru beberapa kata saja mereka sudah bertengkar," jawab Elvis dengan merasa kesal.

"Paman, apakah dia ada wanita lain?"

"Mana mungkin! pria seperti dia sekeras batu mana mungkin bisa ada wanita di sisinya."

"Lalu kenapa dia tidak suka padaku? selama ini aku selalu saja tampil cantik di depannya, tapi dia masih saja bersikap dingin dan jaga jarak denganku."

"Claudia, tidak usah dipikirkan aku yakin si tua itu bisa membujuk dengan caranya, dia sudah berjanji akan memikirkan cara agar anak itu menikahimu."

"Asal aku sudah menjadi istrinya maka dia sudah jatuh ke tanganku, dan di saat itu aku ingin dia selalu bersamaku."

"Kau tunggu saja kabar baik dariku! aku yakin si tua itu pasti akan bisa membujuknya."

"Baik, Paman."

beberapa hari kemudian

Famous Group

Di hari itu perusahaan besar iaitu Famous Group menerima beberapa karyawan baru yang telah terpilih setelah di seleksi untuk menjadi karyawan tetap di perusahaan tersebut.

"Flora, selamat untukmu karena sudah terpilih menjadi karyawan tetap di sini," ucap Nancy dengan senyum.

"Ini semua karena bantuanmu, jika tidak mana mungkin aku memiliki kesempatan ini," jawab Flora dengan gembira.

"Aku hanya meminta pada manager Scott untuk memberi kesempatan padamu untuk mengikuti pemilihan saja, sisanya tergantung dirimu."

"Bagaimana pun ini adalah jasamu, malam ini aku traktirmu makan."

"Boleh juga, aku ingin makan sepuasku," jawab Nancy dengan tertawa kecil.

Di saat Flora dan Nancy berjalan ke arah pintu besar itu langkah Flora terhenti karena melihat seorang pria yang berjalan masuk ke dalam perusahaan itu.

Pria tersebut yang tidak lain adalah Wallace, pria yang mirip dengan kekasih Flora, Victor.

Wallace yang berjalan sambil bicara dengan Luiz, tidak lama kemudian dia menghentikan langkahnya di saat dia melihat gadis yang sebelumnya pernah menampar dirinya berdiri di hadapan yang tidak jauh jarak dengannya.

Mereka saling bertatapan tanpa satu katapun, tatapan Flora terhadap pria itu adalah tatapan penuh dengan kekecawaan, sementara tatapan Wallace terhadap gadis itu adalah tatapan penuh dengan tanda tanya.

"Tuan Joseph," gumam Nancy yang berdiri di samping sahabatnya itu.

"Mari kita pergi!" ajak Flora yang berjalan melewati Wallace tanpa melihat ke arah pria itu.

"Tuan Joseph," sapa Nancy dengan hormat dan kemudian menyusul langkah sahabatnya itu.

"Tuan Joseph, bukankah nona tadi itu yang kemarin di pulau?" tanya Luiz yang melihat ke arah Flora.

"Selidiki kenapa dia bisa berada di sini!" perintah Walllace yang kemudian berjalan ke arah lift.

"Baik, Tuan Joseph," jawab Luiz yang mengikuti langkah atasannya itu.

"Flora, kenapa wajahmu tiba-tiba pucat?" tanya Nanct yang berjalan di tepi di jalan besar itu.

"Tidak apa-apa. Nancy, mari kita pergi makan!"

"Mari!" ajak Nancy dengan merangkul pundak sahabatnya itu.

Wallace yang sedang duduk bersandar di kursi besarnya sambil mengingat kemunculan gadis itu.

"Tatapan gadis itu penuh dengan kesedihan dan kekecewaan," batin Wallace.

"Aku tidak mengenalnya sama sekali, kenapa seperti melihatnya?"batin Wallace.

Terpopuler

Comments

Emak Kam

Emak Kam

Pooh jangan 2 , wallance mendapat donor mata Viktor, ayo Thor kita main tebak tebakan 😁😁

2023-03-06

0

Maliqa Effendy

Maliqa Effendy

bathin Elvis,thor..bukan bathin Janice

2022-12-09

0

Oh ayolah Wallace.. benturkan kepala mu ke tembok biar ingat siapa itu Flora 🤭🤭🤭🤭

2022-12-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!