Flaura berjalan ke pantai karena mengingat kekasihnya yang telah meninggalkannya selama lima tahun, air mata membasahi pipinya tanpa berhenti. kenangan masih teringat dengan begitu jelas dalam ingatannya.
"Sudah lima tahun berlalu, aku masih saja merindukanmu, kali ini aku ingin ke boston untuk bekerja di sana, mungkin dalam waktu dekat aku tidak bisa pulang ke pulau ini. Victor walau jodoh kita telah berakhir tapi selamanya kau ada di hatiku," batin Flora yang melihat ke arah lautan besar itu.
Mansion Joseph
Wallace pulang ke rumahnya atas permintaan ibunya, Janice Smith, di siang itu ibunya bersama ayah tirinya dan Wallace berkumpul di ruang keluarga.
Elvis yang di panggil sebagai paman adalah ayah tiri Wallace, yang menikahi ibu Wallace saat ayahnya Wallace baru meninggal tidak lama.
Hubungan Wallace tidak baik di karenakan niat Elvis yang selalu ingin berusaha merebut harta kekayaan keluarga Joseph.
"Wallace, beberapa hari ini apa yang kamu sibukkan sehingga tidak pulang ke rumah?" tanya Janice yang sedang duduk bersama di ruang keluarganya.
"Sibuk dengan urusan bisnis," jawab Wallace dengan bersifat cuek.
"Sesibuk apa sehingga kau harus tinggal di luar?" tanya Janice dengan dingin.
"Bukankah sudah biasa aku tidur di villa pribadiku? kenapa harus di permasalahkan?" tanya Wallace dengan bersikap cuek.
"Wallace, mama hanya ingin kamu ingat sini adalah keluarga mu!"
"Nama keluargaku adalah Joseph, ini sudah cukup membuatku ingat," balas Wallace dengan dingin.
"Baiklah kita tidak perlu bahas tentang itu lagi!" jawab Janice.
"Janice, jangan marah! Wallace sudah dewasa jadi tidak mungkin kau selalu mengikatnya di rumah," ujar Elvis dengan tatapan sinis ke arah Wallace.
"Tidak perlu berbasa-basi! ada apa menyuruhku pulang?" tanya Wallace.
”Wallace, mama berharap kamu segera menikahi Claudia, dia adalah gadis baik dan kalian sudah lama bersama seharusnya sudah tiba saatnya membahas masalah pernikahan kalian," sebut Janice dengan senyum.
"Aku tidak pernah mengatakan ingin menikahinya," jawab Wallace dengan ketus.
"Kalian sudah lama bersama, pihak wanita adalah keluarga yang baik, ada benarnya kata mamamu, kalian harus menikah" lanjut Elvis.
"Kalian telah memaksaku bertunangan dengannya, dan sekarang ingin aku menikahinya, bukankah ini agak berlebihan jika kalian ingin mengatur kehidupanku," kata Wallace dengan raut wajah tidak senang.
"Mereka adalah keluarga terpandang, tidak salah jika kalian menikah, kan?" tanya Janice mulai kesal.
"Kalau kalian ingin memaksaku jangan salahkan aku tidak hadir di hari pernikahan itu," jawab Wallace dengan tatapan serius.
"Kenapa kau tidak bisa mengerti? pernikahan bisnis itu sudah biasa, dulu saat mama menikah dengan papamu itu juga karena bisnis," kata Janice meninggikan nadanya.
"Dan papaku harus menikah dengan seorang wanita yang tidak memiliki hati nurani dan berselingkuh di belakangnya, setelah dia meninggal istrinya langsung menikah dengan pria lain," jawab Wallace mulai kesal.
"Wallace Joseph, apa kau tahu apa yang kau katakan?" bentak Janice dengan bangkit dari tempat duduknya.
"Apa aku ada salah bicara? pernikahan demi bisnis pada akhirnya akan menimbulkan luka di hati, itu yang papaku rasakan, menikah denganmu dengan hatinya yang tulus dan apa yang kamu berikan padanya? kebahagiaan atau penderitaan? yang kamu berikan padanya adalah perselingkuhan," bentak Wallace yang menghampiri Janice.
"Kau...," ucap Janice yang ingin melayangkan tamparan ke arah putranya.
"Kenapa? apa kehabisan kata? bersama pria ini dan melukai papaku, apa kamu masih berharap aku akan berdamai denganmu? tampar saja aku!" sebut Wallace dengan kesal.
"Janice, hentikan! jangan salahkan Wallace! ini memang salahku, aku telah melukai dia," ujar Elvis yang berpura-pura menyesal.
"Elvis, jangan salahkan dirimu! jangan mendengarkan kata anak ini," ujar Janice.
"Begini saja, kalian ingin aku menikahi wanita itu? baik aku akan lakukan," kata Wallace yang kembali duduk di sofa.
"Apa kau serius?" tanya Janice.
"Benar, aku serius, aku akan menikahinya setelah aku bosan aku akan membawa wanita manapun pulang ke rumah, dan dia ataupun kalian tidak berhak menyalahkan ku atau melarangku" jawab Wallace dengan santai.
"Wallace...," bentak Janice dengan emosi.
"Aku hanya mengikuti caramu, menikah demi bisnis keluarga, dan kemudian berselingkuh bukankah ini semua aku pelajari darimu?" jelas Wallace dengan sengaja dan senyum.
"Sudahlah! jika kau ingin menantu pilihan kalian senasib dengan papaku, maka lakukan saja pernikahannya, wanita itu adalah pilihan kalian tentu saja aku tidak akan mengabaikannya dan akan melayaninya dengan baik," kata Wallace dengan sengaja dan meninggalkan kediaman keluarganya itu.
"Anak ini hanya membuat ku kesal," ketus Janice yang emosi.
"Janice, jangan marah lagi! ini salahku aku tidak pantas memaksanya aku bukan ayah kandungnya," kata Elvis dengan berpura-pura sedih.
"Elvis, kau melakukannya hanya demi kebaikannya, jadi bukan salahmu," bujuk Janice.
"Aku sangat akrab dengan keluarga Claudia sehingga percaya dengannya akan menjadi menantu yang baik," ucap Elvis.
"Dasar bocah tidak tahu diri, sampai sekarang masih tidak ingin menikah dan sengaja menentangku, bahkan wanita tua ini juga tidak bisa memaksanya" batin Elvis.
Perjalanan
"Tuan Joseph kita mau kemana?" tanya Luiz yang sedang mengendarai mobilnya.
"Ke Villa!" jawab Wallace dengan memejamkan mata.
"Baik," jawab Luiz yang sedang menyetir.
Keesokan harinya..
Wallace dan Luiz berangkat ke Pulau untuk urusan kerja, Famous Group berencana membangun proyek di pulau seberang Boston yang dijalani oleh Wallace.
Setelah tiba di pulau, Wallace dan Luiz langsung memantau lokasi yang ingin mereka menjadikan terget untuk project mereka.
Setelah beberapa jam kemudian.
"Luiz, aku berkeliling sebentar!" kata Wallace.
"Baik, Tuan," jawab Luiz dengan menurut.
Wallace berjalan dengan santai sambil menikmati pemandangan di kota
itu.
Di sisi lain Flora yang berada di sekitaran sana sambil berjalan mengingat masa lalunya, di saat Victor masih hidup mereka pernah berkencan di tempat itu, tempat itu adalah sebuah kenangan yang tidak bisa dilupakan bagi Flora.
"Aku hanya ingin melihatmu untuk sekali lagi, tapi ini sudah tidak mungkin," gumam Flora sambil melihat pemandangan sana.
"Aku memilih ke Boston karena ingin mulakan hidup baru, aku tidak bisa melupakanmu di sini sangat banyak kenangan kita. Victor, kita bersama hanya setengah tahun tapi kenanganmu adalah selamanya bagiku," batin Flora.
Di saat Flora melihat ke sekitaran sana dia melihat seorang pria yang berpenampilan rapi dan wajahnya yang familiar baginya, di saat itu posisi Flora tidak jauh dari pria itu, dia melihat selama beberapa saat dan tanpa beralih pandangan.
Flora yang melihat pria itu mengeluarkan air matanya..
Pria yang dia lihat itu yang tidak lain adalah Wallace Joseph yang sedang berdiri melihat ke arah lautan besar dan tanpa dia sadari seorang gadis yang sedang melihat ke arahnya dengan perasaan kesedihan yang mendalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Dania Siregar
thor aq yg salah at gmn..
koq cerita ny spt karya mu never forget you🙏🙏🙏
mf thor...
2022-12-08
2
S
selamat uhk karya barunya thor.🥰🥰
2022-12-08
0
kopi buat author 👍
2022-12-07
0