Pergi ke rumah Ki Alung

Pada hari itu juga mereka berangkat menuju Magelang, Jawa Tengah. (Magelang, jawa tengah) Jarak antara Pekalongan menuju daerah Magelang berkisar 3 jam-an. Pak Suryo memilih jalan yang aman agar dirinya juga terhindar dari hal- hal yang tidak diinginkan. Kebetulan, yang menyetir mobil adalah Pak Suryo sendiri. Sedangkan Bu Marsinah, ia berada di bagian belakang bersamaan dengan Romo. Mbah Cungkir mendampingi Pak Suryo yang berada di bagian depan.
Mbah Cungkir sering menatap ke arah jendela seperti mengawasi sesuatu.
Mbah Cungkir
Mbah Cungkir
Kamu tahu, sur? Mereka yang melakukan santet itu sangatlah licik. Mereka seringkali menaruh santet juga di bagian ban mobil ketika korbannya sedang berpergian.
Pak Suryo
Pak Suryo
Loh, emang bisa mbah?
Mbah Cungkir
Mbah Cungkir
Bisa. Santet bisa melakukan apa saja yang tidak pernah terpikirkan oleh kita. Namun kamu tidak usah khawatir, mobil kita dalam keadaan aman
Perjalanan pun masih berlanjut. Pak Suryo sering kali melihat cermin mobil yang mengarah ke bagian belakang untuk memastikan keadaan Isterinya dan juga Romo. Dia sangat khawatir dengan keadaan perut Bu Marsinah yang belum juga mengecil. Suara rintihan kesakitan Bu Marsinah juga masih terdengar walau tidak terlalu nyaring seperti awal-awal berada di rumah. Sudah tiga jam lebih perjalanan, mereka akan sampai di tempat yang dituju. Lokasinya masih sangat asri dan bernuansa perkampungan. Penduduk di sana juga masih menggunakan pakaian yang sederhana dan terlihat sangat objektif dengan keadaan pedesaan
Mbah Cungkir
Mbah Cungkir
Sebentar lagi sampai suryo
Sepertinya, pemilik rumah itu memang sengaja mengasingkan diri dari keramaian warga. Setelah sampai, mereka berempat turun dari mobil. Bu Marsinah yang tidak bisa berjalan harus benar-benar di rangkul oleh Pak Suryo dan juga Romo. Mereka pun menuju ke rumah gubuk tua itu. Sesampainya di sana, mbah cungkir langsung mengetuk pintu rumah
Mbah Cungkir
Mbah Cungkir
Assalamualaikum
Ki Alung
Ki Alung
Wa'alaikumussalam, Ono opo kowe prene?" (Ada pa kamu ke sini?)
Mbah Cungkir
Mbah Cungkir
Ono salah sawijine Santet nyerang salah sijine penduduk desaku, aku mrene atek njaluk tulung neng awakmu." (ada salah satu santet menyerang salah satu penduduk desa, aku kesini mau minta tolong sama kamu)
Ki Alung
Ki Alung
Ojo karo aku! Aku wes ora gelem urusan karo santet!" (Jangan sama aku! Aku sudah tidak ingin berurusan dengan santet!)
Mbah Cungkir pun menundukkan setengah badan sambil memohon agar kakek tua itu mau membantu keluarga Pak Suryo yang terkena santet.
Ki Alung
Ki Alung
Gowo manjing!" (Bawa masuk!)
Akhirnya, mereka pun diijinkan untuk masuk. Kakek tua itu bernama Ki Alung. Ia merupakan salah satu orang yang terkenal di daerah Magelang karena mampu menyembuhkan santet jenis apapun. Di usianya yang sudah renta, tentu saja, nyawanya akan menjadi taruhan jika berurusan dengan santet. Ki Alung telah mempersiapkan tempat untuk Bu Marsinah. Ia meminta kepada Pak Suryo untuk merebahkan isterinya di tempat yang telah di sediakan.
Romo, mbah cungkir dan Pak Suryo hanya bisa berharap kalau Bu Marsinah bisa disembuhkan. Sebelum proses pengambilan santet itu dimulai, ki alung pergi ke arah belakang rumahnya. Ia mengambil beberapa butir telur untuk dijadikan media sebagai pengambilan santet yang berada di perut Bu Marsinah. Saat semua sudah disiapkan, pak suryo diminta oleh ki alung untuk membuka sedikit baju isterinya hanya sampai bagian perut. Setelah dibuka, Urat-urat perut Bu Marsinah terlihat dengan jelas. Namun ada sesuatu yang aneh dari perut Bu Marsinah sendiri, Di bagian perutnya terdapat sesuatu yang bergerak-gerak seperti cacing yang sedang menggerogoti bagian perut Bu Marsinah.
Sampai-sampai, pak suryo dan romo sendiri kaget melihat keadaan Bu Marsinah yang sangat memprihatinkan.
Ki Alung
Ki Alung
Santet iki namine Tumpes Kelor! Kowe gawe perkoro opo maring salah sijine uwong?" (Santet ini namanya Tumper Kelor! Kamu membuat perkara apa dengan salah satu orang?) 
Pak Suryo
Pak Suryo
Ono sing iri maring usahaku, ki." (Ada yang iri dengan usahaku, ki)
Ki Alung pun hanya terdiam. Ia kemudian memulai proses pengambilan santet di perut Bu Marsinah. Mula- mula, ki alung membacakan sesuatu pada telur itu. Kemudian, mulutnya mulai berkomat-kamit seperti membacakan mantra panjang. Setelah itu, ia mengangkat tangan kirinya ke atas seperti hendak menarik sesuatu energi yang mampu mengalirkan nya ke dalam telur tersebut. Lalu, telur itu ia arahkan ke perut Bu Marsinah dan mengoleskannya secara perlahan-lahan. Satu telur yang digunakan untuk mengoleskan perut Bu Marsinah memakan waktu berkisar 10 menit. Hal ini, membuat ki alung mengeluarkan banyak sekali keringat dari tubuhnya
Ki Alung
Ki Alung
Pecahno neng ngarep lawang! (Pecahkan di depan pintu)
Romo yang ditunjuk untuk memecahkan telur itu di sarankan untuk melihat apa isi dari telur tersebut. Akhirnya, romo membawa telur itu ke depan pintu dan memecahkannya, "Prakkkk!" Setelah pecah, telur itu berisi.
Romo
Romo
Pak! Akeh cacinge! (Pak banyak cacing nya)
Setelah mereka melihat dengan mata kepala sendiri dan benar saja, cacing- cacing itu berasal dari perut milik Bu Marsinah yang membusung (membesar) Mereka saling bertatap-tatapan satu sama lain. Ki Alung kemudian mengambil telur kedua untuk mengeluarkan santet yang masih mengendap di dalam perut Bu Marsinah. Seperti biasa, ia membacakan sesuatu kepada telur itu. Kemudian, mulutnya mulai berkomat-kamit seperti membacakan mantra panjang. Setelah itu, ia mengangkat tangan kirinya ke atas seperti hendak menarik sesuatu energi yang mampu mengalirkan nya ke dalam telur tersebut. Lalu, telur itu ia arahkan ke perut Bu Marsinah dan mengoleskannya secara perlahan-lahan. Satu telur yang digunakan untuk mengoleskan perut Bu Marsinah memakan waktu berkisar 10 menit. Namun, dalam proses yang kedua, ki alung melakukannya secara perlahan seperti ada sesuatu yang menahannya untuk melakukan proses itu.
Tiba-tiba, bu marsinah berteriak kencang seperti orang kesakitan. Ia berteriak-teriak sambil memukul-mukuli kepalanya. Pak Suryo dan Romo langsung menahan kedua tangan Bu Marsinah agar tidak mengganggu proses pengambilan santet yang berada di perut bu Marsinah. Setelah telur kedua itu usai dioleskan, mbah cungkir langsung mengambil telur itu dan memecahkannya di depan pintu. Setelah dipecahkan ...?
Mbah Cungkir
Mbah Cungkir
Hah!? Belatung!?
Puluhan belatung keluar dari telur yang dipecahkan oleh Mbah Cungkir dan perlahan mati seperti kepanasan
Pak Suryo
Pak Suryo
Ki Alung kiro kiro sek sue ndak? (Ki Alung kira kira masih lama tidak?)
Ki Alung tampak lemas dan tak berdaya. Ia hampir saja terjatuh bila tidak menyeimbangkan tubuhnya dengan baik. Mbah Cungkir langsung mengarahkan Ki Alung ke tempat duduk agar Ki Alung bisa beristirahat sejenak. Memang ada sedikit perubahan yang tampak dari perut Bu Marsinah. Perut Bu Marsinah sedikit mengecil dan tampak mengendur perutnya seperti orang yang habis melahirkan. Namun, dari proses itu juga Ki Alung tampak tidak baik-baik saja. Ia menjadi batuk-batuk seperti ada sesuatu yang menghinggap di tenggorokan mulutnya.
Mbah Cungkir
Mbah Cungkir
Ki, ki alung baik-baik saja?
Ki Alung pun mengarahkan kedua tangannya ke bagian mulut. Setelah ia membuka kedua tangannya, betapa terkejutnya Mbah Cungkir melihat banyak darah yang keluar dari mulut Ki Alung. Ki Alung menatap ke arah Mbah Cungkir
Ki Alung
Ki Alung
Santet iki ora iso di lenyapno (Santet ini tidak bisa di musnahkan)
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!