Santet Tumpes Kelor (1980)
Hari ketiga santet
Kejadian malam itu membuat Pak Suryo makin bingung dan penasaran mengenai siapakah yang melakukan hal ini kepada keluarganya.
Keesokan harinya, tubuh Bu Marsinah menjadi demam. Suhu tubuhnya sangat tinggi hingga membuat wajahnya semakin pucat.
Bibirnya juga selalu bergetar seperti orang yang berada dalam sakaratul maut. Pak Suryo pun tidak membuka tokonya karena isterinya memang harus ditemani. Romo sendiri merasa kasihan dengan kondisi ibunya yang entah mengapa berubah drastis menjadi seperti itu.
Romo akhirnya menyarankan kepada Bapaknya untuk menuju ke Mbah Cungkir untuk meminta saran terhadap apa yang sedang terjadi kepada ibunya itu. Alhasil, Pak Suryo pun pergi ke rumah Mbah Cungkir lagi. Ia menceritakan mengenai kejadian semalam dan memberitahu bahwa isterinya sedang sakit akibat kerasukan dan hampir membunuh Romo malam tadi.
Mbah Cungkir hanya mengatakan bahwa, keluarga Pak Suryo sedang berada dalam bahaya. Mengingat malam tadi Bu Marsinah telah dikendalikan dan berhasil memindahkan Tanaman Daun Kelor itu, bisa dipastikan bahwa, keluarga Pak Suryo akan mendapatkan serangan santet lagi.
Di sela-sela kebingungan itu, Mbah Cungkirjuga mengatakan kepada Pak Suryo bahwa anak-anaknya yang berada di luar kota akan berdatangan secara satu persatu ke rumahnya. Pak Suryo yang mendengar penuturan dari Mbah Cungkir semakin khawatir.
Ia takut kalau anak-anaknya yang berada di luar kota juga akan terkena kiriman itu. Pak Suryo meminta saran kepada Mbah Cungkir agar isterinya bisa diselamatkan bagaimana pun caranya. Namun, mbah cungkir hanya terdiam. Mbah Cungkir merasa dirinya tidak mampu lagi untuk menolong Bu Marsinah yang sudah terikat oleh santet itu sendiri dan sulit untuk dilepaskan
Pak Suryo pun kembali ke rumahnya dengan wajah yang murung. Ia sama sekali tidak menemukan cara agar isterinya bisa diselamatkan. Saat ia hendak masuk ke rumah, Pak Suryo mendengar suara teriakan kesakitan yang berasal dari kamar isterinya.
Bersamaan dengan itu, romo yang baru saja selesai sholat dhuha, langsung buru-buru menuju ke kamar ibunya dan bertemu dengan bapaknya, Pak Suryo.
Romo
Gatau pak tadi romo baru selesai sholat terus tiba tiba ibu udah teriak teriak kaya ngerasa sakit begitu
Saat mereka membuka pintu kamar Bu Marsinah, Berapa terkejutnya mereka melihat perut Bu Marsinah telah membusung (membesar)
Romo
Astaghfirullah Ibuuuuu
Perut Bu Marsinah membesar dalam sekejap. Pak Suryo dan Romo sendiri merasakan keanehan yang luar biasa melihat perubahan pada perut Bu Marsinah dalam waktu yang cepat itu.
Pak Suryo yang melihat fenomena aneh itu langsung menangis ketika keadaan isterinya makin memburuk Lain hal dengan Bu Marsinah, ia sendiri tidak bisa melakukan apa-apa selain merintih kesakitan sambil memegangi perutnya.
Melihat keadaan ibunya yang makin memburuk, romo pun langsung berlari ke arah rumah Mbah Cungkir untuk meminta pertolongan agar bisa menyembuhkan ibunya yang terkena santet itu.
Sesampainya di rumah Mbah Cungkir, romo langsung mengetuk Rumah Mbah Cungkir dengan perasaan yang terburu-buru.
Romo
Mbah, mbah. Ini Romo, mbah
Mbah Cungkir
Manjing (masuk)
Mbah Cungkir
Apa yang terjadi sama ibumu nak?
Romo
Perut ibu membusung (membesar) mbah
Mbah Cungkir
Itu ulah telluh (santet)
Romo
Pripun niki, mbah?" (Bagaimana ini, mbah?
Mbah Cungkir segera bangkit dari tempat duduknya dan masuk ke dalam kamar.
Entah apa yang akan dilakukan oleh Mbah Cungkir, namun dari gerak-gerik mbah cungkir, bisa dipastikan dirinya akan membantu Ibu Marsinah. Setelah beberapa menit kemudian, mbah cungkir keluar dengan pakaian rapih beserta ikat kepala mirip seperti dukun kampung.
Mbah Cungkir
Ayo, lee! Mumpung urung telat
Romo
Badhe' pundi, mbah?" (Mau kemana, mbah?
Mbah Cungkir
Mau mengobati ibumu
Mbah Cungkir
Ibumu kenang teluh tumpes kelor!" (Ibumu terkena santet tumpes kelor!
Romo masih belum mengerti apa maksud dari perkataan Mbah Cungkir. Ia sendiri menjelaskan bahwa, santet jenis ini merupakan santet tingkat tinggi yang bisa menewaskan satu keluarga dalam waktu yang berdekatan.
Jika tidak bisa dicegah secepat mungkin, maka kemungkinan besar korbannya akan terus berjatuhan.Mendengar pernyataan tersebut hati romo makin sakit. Ia tak tahu harus bagaimana untuk mengalahkan santet yang menyerang keluarganya itu.
Mbah Cungkir
Kowe bakal dadi lelakon ing keluargamu!" (Kamu bakal menjadi perjalanan nasib di keluargamu!
Seperti ada sesuatu yang belum tepat waktunya untuk diceritakan karena kemungkinan besar mbah cungkir sendiri tahu arah perjalanan nasib dari Romo. Akhirnya, mereka berdua pun segera pulang ke rumah untuk membawa Bu Marsinah ke daerah Magelang, jawa tengah.
Alasan mengapa Mbah Cungkir membawa Bu Marsinah ke sana adalah karena santet ini belum ada penangkalnya. Sehingga, untuk mencegah korban berjatuhan, mbah cungkir membawa Bu Marsinah kepada seorang temannya yang berada di daerah Magelang, jawa tengah.
Sesampainya di rumah, mbah cungkir langsung menemui Pak Suryo yang sedang terduduk di dekat Bu Marsinah. Ia kemudian meminta waktu sebentar kepada Pak Suryo untuk mengobrol di luar kamar Bu Marsinah. Mbah Cungkir pun menjelaskan mengenai santet yang sedang menyerang keluarga Pak Suryo.
Ia memberitahu banyak hal akan kengerian dari santet yang belum ada penangkalnya ini. Pak Suryo yang mendengar itu langsung pesimis. Ia tak tahu harus bagaimana untuk bisa menyembuhkan isterinya yang sedang terkena santet tersebut.
Pak Suryo
Terus bagaimana, mbah? Apa yang harus saya lakukan?
Mbah Cungkir
Kita harus pergi ke Magelang. Di sana ada temanku yang juga pernah menangani hal ini
Awalnya Pak Suryo sempat ragu. Ia takut jika nantinya keadaan sang isteri menjadi makin memburuk di saat di bawa ke magelang.
Namun, karena tidak ada cara lain, akhirnya Pak Suryo pun menyetujui hal itu. Keputusan berat itu pun ia terima dengan baik-baik. Pak Suryo pun segera mempersiapkan semuanya untuk menuju ke Magelang. Karena Pak Suryo ini termasuk pengusaha kain yang sukses.
ia juga memiliki kendaraan pribadi seperti mobil yang digunakan untuk urusan bisnisnya
Comments