Santet Tumpes Kelor (1980)

Santet Tumpes Kelor (1980)

Hari pertama santet

Di sebuah desa di daerah Pekalongan terdapat satu keluarga yang memiliki usaha kain yang sangat maju dan lancar. Saking lancarnya usaha tersebut, anak-anaknya membuka usaha sendiri hingga ke beberapa tempat di luar Pekalongan. Tempat-tempat tersebut antara lain seperti Jakarta dan Surabaya. Pemilik usaha kain itu bernama Pak Suryo dan Ibu Marsinah. Pak Suryo sendiri memiliki tiga orang anak. Masing-masing anak Pak Suryo bernama: Atmodjo, Karyo dan Romo.
Atmodjo melebarkan usaha ayahnya ke daerah Jakarta. Di sana dia memiliki banyak sekali pelanggan setia dan tentunya usahanya maju dan lancar. Karyo menempati Kota Surabaya. Di sana, ia juga melakukan hal yang sama seperti Atmodjo. Karyo mendapatkan banyak pelanggan tetap sehingga usahanya sukses seperti yang diperkirakan. Sedangkan Romo, dia membantu ayah dan ibunya yang masih berada di daerah Pekalongan. Romo menuruti apa yang diminta oleh kedua orang tuanya karena ia tahu bahwa keduanya sudah lanjut usia.
Anak-anak Pak Suryo dan Bu Marsinah merupakan anak yang pekerja keras. Mereka semua, sama-sama ingin mewujudkan keinginan kedua orang tuanya agar usaha kain yang digelutinya menjadi usaha kain terbesar di daerah Jawa Tengah bahkan se-Indonesia. Namun di balik usaha sukses mereka, ternyata ada saja seseorang yang iri terhadap proses dan hasil yang mereka dapatkan.
Pada suatu hari, saat pagi-pagi buta, rumah Pak Suryo di dapati sebuah kain berwarna putih yang berisi bangkai tikus dan beberapa paku karat Pak Suryo mengira, kiriman seperti ini adalah hal yang biasa karena mengingat usahanya yang terus menerus berkembang.
Pak Suryo pun membuang kiriman itu agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Akan tetapi, ternyata kiriman itu terus menerus dikirim oleh orang yang tidak dikenal hingga 40 hari lamanya. Setiap pagi hari, rumah Pak Suryo selalu dilempari oleh kain putih yang berisi bangkai tikus dan paku berkarat yang berjumlah 5.
Usut demi usut, kiriman itu ternyata memiliki makna tersendiri.
Mbah Cungkir
Mbah Cungkir
Jadi bangkai tikus itu bermakna "Jasad atau mayat" sedangkan 5 paku karat adalah 5 anggota keluarga kamu sendiri Suryo
Dan memang benar, kelima paku itu mengarahkan kepada keluarga Pak Suryo dan Ibu Marsinah. Mengingat keluarga mereka yang berjumlah lima yaitu Pak Suryo, Bu Marsinah, Atmodjo, Karyo dan Romo. akhirnya pak Suryo pun meminta penangkal kiriman itu kepada Mbah Cungkir. Mbah Cungkir pun memberikan penangkal berupa tanaman daun kelor.
Tanaman daun kelor itu sendiri memiliki kelebihan untuk bisa meredam hal- hal yang negatif seperti santet dan lain-lain. Mbah Cungkir menyuruh kepada Pak Suryo untuk menananm Tanaman itu di depan rumahnya. Ada satu pantangan yang tidak boleh dilanggar oleh Pak Suryo.
Pantangan itu adalah tidak boleh memindahkan tanaman daun kelor ke tempat lain dengan alasan apapun. Jika di pindahkan, maka rumahnya menjadi berlubang. Berlubang di sini bisa diartikan bahwa rumah Pak Suryo dan Bu Marsinah akan mudah untuk terkena serangan.
Jadi, tujuan dari Tanaman Kelor yang ditanam di depan rumah ini adalah agar ketika ada serangan-serangan berupa santet, maka tanaman daun kelor itu akan mampu meredam energi jahat dan bisa menepis kiriman tersebut. Pak Suryo pun melakukan apa yang diperintahkan oleh Mbah Cungkir untuk menanam tanaman daun kelor di depan rumahnya.
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!