"Bibi Sun, apa yang terjadi? Bagaimana kondisinya?" tanya Sean begitu memasuki rumah.
"Dokter masih memeriksanya, Tuan".
Sean segera bergegas menuju kamar Vio. Dengan langkah cepat ia menaiki tangga. Ada kekhawatiran yang berusaha ia kuasai dalam dirinya.
"Dokter, bagiamana kondisinya?" tanya Sean begitu memasuki kamar Vio.
"Tidak perlu cemas Tuan Muda, dia tidak apa-apa. Hanya sedikit demam karena terguyur hujan. Luka di kakinya juga tidak parah. Selain itu ada luka memar di keningnya, luka luar, bukan luka besar juga. Akan saya siapkan beberapa obat, anda bisa memberikan padanya setelah dia siuman," doker menjelaskan sedetail mungkin.
"Baiklah, terima kasih telah merawatnya".
"Tidak masalah, Tuan. Itu adalah tugas saya. Saya permisi dulu".
Sean mengangguk. Setelah dokter pergi, ia duduk di tepi ranjang, melihat Vio yang belum sadarkan diri.
"Bibi Sun, apa yang sebenarnya terjadi?"
"Maafkan keteledoran saya, Tuan Muda. Tadi sore nona berkata ingin ke telaga. Saya sudah berusaha mencegahnya karena cuaca sepertinya kurang baik. Tapi nona tetap ingin ke telaga. Dia juga tidak ingin ditemani. Saya tidak tahu persis apa yang terjadi, hujan turun dengan deras dan nona belum kembali. Saya menyuruh beberapa orang untuk mencari nona dan mereka menemukan nona pingsang, Tuan".
"Jangan menyalahkan diri, ini bukan salah Bibi Sun," ucap Sean sambil tetap menatap Vio. "Tolong buatkan bubur, biar nanti dia makan jika sudah siuman".
"Baik Tuan Muda," jawab Bibi Sun dan bergegas menuju dapur.
\*
flashback#1
Hujan turun semakin deras. Langit semakin gelap. Gemuruh petir sesekali terdengar. Angin pun tak ingin tertinggal, sesekali berhembus cukup kencang. Sementara bibi Sun mulai cemas kerena Vio tak kunjung pulang.
"Kalian segera cari nona muda, jangan kembali sebelum bertemu dengannya!" perintah bibi Sun pada beberapa orang.
Yang mendapat perintah hanya mengangguk dan bergegas pergi. Tak ada pertanyaan maupun bantahan. Mereka telah jelas dan paham dengan perintah yang baru saja diterima.
Kurang dari setengah jam, mereka telah kembali lagi bersama Vio yang basah kuyup dan pingsan.
"Bawa nona ke kamar dan segera panggil dokter!" Bibi Sun kembali memberi perintah dan langsung ditaati oleh yang diberi perintah. Sementara itu, Bibi Sun sendiri segera mengeluarkan telepon genggamnya dan menghubungi Sean.
\*
flashback#2
Sudah menjadi kebiasaan, setiap akhir pekan Sean akan ke cafe sekaligus toko bunga yang dia kelola. Sebuah cafe dan toko bunga yang lumayan besar. Keduanya terletak di satu lokasi. Pada akhir pekan, pengunjung selalu lebih ramai.
Sean tak segan membantu melayani pelanggan jika dibutuhkan. Keberasaan Sean sendiri sebenarnya seperti magnet yang menarik pelanggan, terutama pelanggan wanita. Wajah tampan, tinggi diatas rata-rata dengan badan atletis yang ideal, ditambah lagi pribadinya yang hangat dan murah senyum. Benar-benar tipe ideal untuk jadi rebutan dan menarik perhatian wanita. Apalagi jika mereka tahu siapa Sean sebernya, pasti lebih banyak lagi yang akan mengejarnya.
Hari mulai beranjak malam dan hujan turun semakin deras. Meski demikian, pengunjung cafe tidak berkurang, semua meja tetap penuh. Rata-rata pelanggan memang sudah memesan tempat sebelumnya. Sean berhenti membantu melayani pelanggan setelah seorang staffnya memberitahu bahwa laporan keuangan sudah disiapkan.
Sean segera menuju sebuah ruangan di bagian tepi toko bunganya, ruang pribadinya. Ia langsung memeriksa laporan yang telah diterimanya. Tak berapa lama kemudian Bryan datang.
Tok tok tok... Bryan mengetuk pintu kaca ruangan Sean.
"Masuklah," ucap Sean saat tahu Bryan yang mengetuk pintu. "Bagaimana kondisi di kantor pusat?"
"Semua berjalan lancar, Tuan muda".
"Hemmm"
"Ini berkas yang Tuan minta. Semua tentang nona Viola sudah tertulis di dalamnya," Bryan menyerahkan amplop coklat besar.
Sean memeriksa isi amplop tersebut. Membaca sekilas tentang data Vio, tentang jati dirinya dan beberapa data lainnya.
"Tuan muda, apa Tuan akan memberitahu nona tentang ini? Dia adalah pewaris dari keluarga..."
"Rahasiakan ini dari siapapun!" Sean memotong kalimat Bryan.
"Baik, Tuan. Saya mengerti". Begitulah Bryan. Ia menjadi tangan kanan dan kepercayaan Sean karena Bryan tak pernah membantah perintah Sean atau mempertanyakan instruksinya. Ucapan Sean seperti titah bagian Bryan yang harus dilaksanakan tanpa ada bantahan apapun.
Handphone Sean berdering. Sebuah nama tertera yang membuatnya mengangkat panggilan itu tanpa harus menunggu lebih lama.
"Tuan Muda, nona Viola pingsan". Terdengar suara Bibi Sun diseberang.
"Apa? Aku akan segera pulang. Tolong segera panggil dokter!" Sean menutup panggilan teleponnya tanpa menunggu jawaban dari Bibi Sun dan segera bersiap pulang. Ada kekhawatiran yang terlihat dari wajahnya.
Sambil melangkah keluar ruangan ia memberikan instruksi pada Bryan, "Bereskan semua urusan di sini!"
"Baik, Tuan muda," jawab Bryan sambil mengantar Sean ke depan.
\*
Denting hujan mulai jarang terdengar, menyisa gerimis yang sayup. Tetapi gumpalan awan masih menggantung menutup bebintang, menggiring hawa dingin yang semakin menusuk di luar rumah. Sementara binatang malam mulai berburu dan berpesta, mengumandangkan bebunyian dan aneka suara yang bersahutan. Daerah di sekitar telaga yang dijaga keasriannya sanggup menyajikan suasana alami yang jauh dari bising kota. Tak ada yang tahu bahwa lebih dari separuh daerah itu telah berpindah kepemilikan di bawah Phoenix Group, dan Sean memiliki kendali penuh terhadap daerah tersebut.
Vio terbangun. Kepalanya terasa berat. Ia berusaha agar matanya benar-benar terbuka dan memperoleh segenap kesadarannya. Dilihatnya Sean berada di tepi ranjang, menyajikan makanan untuknya dan menyiapkan obat.
"Kak Sean menjagaku? Maaf aku selalu merepotkan,” suaraku pelan hampir tak terdengar.
"Makanlah dulu dan minum obatmu," kata Kak Sean sambil membantuku duduk bersandar.
"Terima kasih, Kak".
"Hemmm". Kak Sean tersenyum sambil menyuapiku.
"Kak, sebernya aku..."
"Jangan banyak bicara, habiskan makananmu," Kak Sean memotong ucapanku.
Aku melihat Kak Sean dan bicara pada diriku sendiri dalam hati.
Kak Sean, aku sudah mengingat semuanya. Ingatanku sudah kembali. Namaku Rie. Kak, apa kau akan menyuruhku pergi setelah aku mengingat semuanya? Aku tidak mau pergi, Kak. Hidupku terlalu menyedihkan. Aku mempercayai mereka, mencintai dengan tulus, tapi mereka mengkhianatiku. Aku sendirian dan dicampakkan. Kak Sean, maafkan aku. Biarkan ini menjadi rahasia. Biarkan aku tetap menjadi Viola. Biarkan semua orang memanggilku Vio. Aku tidak mau menjadi Rie lagi. Maafkan aku....
"Sekarang minum obatmu dan istirahatlah. Sekarang sudah larut. Jika ada yang ingin kamu katakan, katakan besok saja," kata-kata Kak Sean membawaku kembali pada dunia nyata.
"Terima kasih, Kak".
Malam semakin bergulir. Aku memutuskan menimbun ingatanku bersama waktu yang beranjak. Biarkan biduk waktu menyimpan rahasiaku. Tak kan kubiarkan siapapun mengetahuinya. Anggap saja Rie yang bodoh telah mati ditikam pengkhianatan. Saat ini aku terlahir kembali sebagai Vio, Viola. Aku tak akan menyia-nyiakan hidupku dengan ratapan dan tangisan untuk mereka yang tidak pantas. Akan kulupakan masa laluku dan tak akan terlibat dengan mereka lagi...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
yuni utami
akankah jadi rahasia selamanya vio..
2020-11-27
0
Berdo'a saja
😔😔😔😔
2020-11-12
0
Ismi Kawai
5 like dl kk
2020-10-14
0