Pada malam harinya, Anisa, ayah dan ibunya sedang bersantai di ruang keluarga. Dengan televisi di depan mereka dan cemilan, mereka asyik menikmati waktu bersantai saat itu.
Namun, Aisyah tidak menyia-nyiakan kesempatan bersantainya. Dia mengambil setumpuk pakaian dan melipatnya sambil menonton televisi.
"Anisa, untuk apa dilipat, kan besoknya mau disetrika." Dewi mengingatkan anaknya agar tidak terlalu rajin.
"Nggak papa, Bu, biar besok enak ngerjainnya." Aisyah hanya mengulum senyuman kecilnya.
"Biarin aja, Bu, anak berbakti sama orang tua kok dilarang. Itu sebagai bukti balas budi Aisyah untuk kita yang sudah membebaskannya."
Ucapan sang ayah langsung menghentikan aktivitas Aisyah selama beberapa hingga akhirnya dia kembali melanjutkan.
"Oh, balas budi? Terus, balas budi Salsa gimana, Yah?" sindir Dewi ingin melihat reaksi suaminya.
"Kalau Salsa ngapain diminta balas budi. Dia sudah membuat hidup kita enak seperti ini, kok, Bu."
"Oh, enak, ya, Yah? Ibu baru tau kalo Salsa udah balas budi. Bukannya dia taunya minta aja, ya."
Mendengar ucapan Bu Dewi, sontak Pak Ramli langsung menatap tidak suka.
Anisa yang seperti mencium pertengkaran langsung mencari cara menghentikan suasana panas ini.
"Yah, tadi Pak Slamet bilang kalau Minggu ini ada syukuran di rumah Pak Edi. Ayah udah tau?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.
"Pak Edi?" Ramli berpikir sejenak. "Oh iya, Ayah baru ingat, tadi Pak Edi suruh Ayah ke rumahnya malam ini." Ramli langsung bersiap-siap pergi. Tanpa berpamitan, dia pergi begitu saja.
"Kamu sengaja, ya?" Dewi terlihat kesal pada Anisa yang bisa-bisanya mengalihkan pembicaraan.
"Nisa nggak mau ada yang ribut gara-gara Nisa, Bu. Nisa sedih kalau seolah Nisa ini jadi bahan pertengkaran kalian." Tanpa terasa, air mata Anisa berjatuhan.
"Ya Allah, Nduk, maafkan Ibu, ya. Jangan menangis, Sayang. Ibu nggak bermaksud seperti itu." Dewi langsung memeluk Anisa dan menghapus air mata gadis itu.
"Bu, janji sama Nisa ya, jangan pernah protes kalau Ayah memprioritaskan Salsa. Biarin aja, Bu, Nisa nggak keberatan asal ayah dan ibu tetap rukun."
"Mulia sekali hatimu, Nak. Kenapa Salsa nggak bisa seperti kamu?"
"Bu, sifat orang itu beda-beda. Mungkin suatu saat Salsa akan berubah." Anisa mencoba menghibur sang ibu.
"Maafin Ibu, ya, Nak. Harusnya dulu Ibu lebih ekstra menjaga kamu. Sekarang ayah seolah menagih jasamu sebagai balas budi atas uang yang dikeluarkannya. Padahal dia sendiri tidak sadar kalau Salsa sudah menghabiskan uangnya untuk foya-foya. Ibu nggak habis pikir dengan..."
"Bu, udah, Bu, jangan bahas lagi, Nisa mohon."
"Iya, Nak, maafin Ibu. Ya udah, kamu udah selesai, kan? Sekarang istirahat, ya."
"Tapi ada piring yang harus Nisa cuci, Bu."
"Besok aja, Sayang."
"Enggak, ah. Kalau besok, pasti Ibu bakal bantuin Nisa."
"Enggak, Ibu janji. Piring itu akan Ibu tinggalin buat kamu. Lagian kenapa sih Ibu nggak boleh beresin rumah?"
"Ibu itu udah capek kerja. Jadi nggak ada salahnya kan kalau Nisa bantuin Ibu. Udahlah, Bu, Ibu juga istirahat, ya."
Dewi hanya mengangguk pelan. Dia pun pergi ke kamarnya dan berbaring di ranjang empuknya. Kehidupannya memang sudah berubah sekarang. Tidak susah seperti dulu. Tapi, sekarang yang menjadi masalah keluarganya adalah perbedaan kasih sayang antara kedua anak mereka.
Ponsel Dewi berdering saat itu juga. Dia melihat ada nomor Salsa memanggilnya.
"Tumben nelpon kesini." Dewi mengernyitkan dahinya. Memang tidak biasanya Salsa meneleponnya kecuali ponsel sang suami tidak bisa dihubunginya.
Dia pun menggeser tombol hijau untuk mengangkat panggilan itu.
"Halo." Dewi menjeda ucapannya saat mendengarkan lawan bicaranya menyelesaikan kalimatnya.
"Apa?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
Salsa tak habis buat masalah
2024-01-25
0
Sulaiman Efendy
HABIS NABRAKKN MOBIL AYAHNYA TU SI SALSA
2023-05-31
0
Sulaiman Efendy
ADA AYAH KYK SETAN SPRTI RAMLI INI..
2023-05-31
0