Aku Membencimu

"Salsa, kenapa kamu ngomong gitu?" tanya Anisa yang terkejut dengan kalimat yang dilontarkan adiknya itu.

"Ya emangnya kenapa? Ada yang salah? Enggak deh kayaknya. Lo kan emang penjilat!" Salsa menunjuk wajah Anisa dengan tatapan tajamnya. Rumah mereka memang berbahan batu permanen dan memiliki banyak ruang sehingga suara di dapur tidak akan terdengar sampai ke dalam kamar ibu mereka jika pintunya ditutup.

"Salsa, jaga bicaramu! Aku ini kakakmu!" Anisa mencoba bersikap tegas pada adiknya.

"Kenapa? Nggak suka Lo? Terus mau apa? Laporin gue ke nyokap? Laporin aja, ada bokap yang bakalan belain gue." Bukannya meminta maaf, Salsa malah semakin menantang Anisa.

"Sa, aku cuma nggak mau kamu kena marah lagi sama Ibu. Kamu nggak capek?"

"Halah, udahlah, Lo itu nggak usah bersikap sok baik sama gue. Lo itu kan suka liat gue dimarahin sama ibu. Secara Lo anak kesayangannya, kan? Dih, dasar penjilat." Salsa bedecih sambil melihat wajah Anisa.

"Sa, bisa nggak sih sekali aja kamu hormati aku. Aku tuh kakak kamu. Aku juga sayang sama kamu. Kenapa sih kayaknya kamu nggak suka sama aku."

"Ya karena Lo itu munafik! Lo itu cuma pura-pura rajin dan baik biar semua orang muji Lo, iya, kan? Lo kita gue nggak denger apa yang Lo bicarain sama Bu Lena? Gue nggak budek, ya. Gue denger semuanya. Pasti Lo senang kan lihat gue di cibir sama itu orang tua. Terus lo pura-pura baik biar dipuji sama dia. Haus Pujian Lo?"

"Astaghfirullah, Salsa, nggak gitu. Aku nggak pernah kepikiran sampai kesitu. Aku tuh tulus belain kamu. Kamu kan adik aku, Sa." Anisa masih berusaha bersikap baik pada adiknya. Sedikitpun dia tidak ingin terpancing emosi.

"Halah, nggak usah sok suci, Lo. Lo tau nggak, gue itu nyesel banget dilahirin jadi adik Lo."

Ucapan Salsa pun meruntuhkan pertahanan Anisa. Dia tak mampu membendung air matanya lagi. Salsa memang benar-benar tega mengatakan semua itu padanya.

"Tega kamu, Sa. Padahal aku sayang banget sama kamu."

"Air mata buaya. Sampe kapanpun gue nggak mau punya kakak kayak Lo. Eh, tapi kecuali Lo berhenti jadi orang sok rajin, sok Solehah, terus sok baik. Gue jijik liatnya!" Salsa pun pergi meninggalkan Anisa tanpa mempedulikan kakaknya yang masih menangis. Sedikitpun Dia tidak memiliki belas kasihan pada sang kakak. Karena baginya orang yang paling dia benci adalah Anisa.

"Ayah pulang!" Ayah Salsa dan Anisa pun pulang. Anisa segera menghapus air matanya dan membuatkan segelas teh untuk sang ayah. Sesuatu yang selalu dia lakukan ketika ayahnya pulang bekerja.

Nama sang ayah adalah Pak Ramli, seorang PNS yang bekerja di sebuah sekolah dasar di daerah itu.

"Ayah udah pulang?" Salsa menghampiri ayahnya dan bermanja ria di lengan pria paruh baya itu.

"Iya, Nak, kamu nggak liat ayah udah di sini?" Pak Ramli mengusap kepala Salsa dengan lembut. Mereka pun langsung duduk di ruang tamu.

"Ayah, tadi Salsa liat tas bangus banget di toko langganan Salsa. Minta uang dong." Salsa menadahkan tangannya sambil memasang wajah memelas.

"Lho, bukannya kemarin ayah udah ngasih lima ratus ribu buat beli tas?"

"Ini beda lagi, Yah. Ayolah, Yah, minta uang dong."

"Ini Yah, tehnya." Anisa pun datang dan meletakkan secangkir teh di atas meja tepat di depan sang ayah.

"Makasih, ya, Nisa," ucapnya sambil tersenyum.

Anisa hanya mengangguk pelan sambil tersenyum lembut. Sementara Salsa mencebikkan bibirnya sambil menatap sinis pada sang kakak.

"Ayah, mana?" Salsa kembali mengguncang tubuh ayahnya agar segera menyadari bahwa dia ada di sana.

"Iya, iya." Pak Ramli langsung mengambil ponselnya, lalu mentransfer sejumlah uang pada Salsa. "Itu udah Ayah transfer."

"Wah, beneran, Yah? Makasih, Ayah!" Salsa langsung memeluk ayahnya, lalu pergi ke kamar sambil melompat kegirangan.

"Nisa, uang jajan kamu masih ada?" tanya Pak Ramli beralih ke Anisa yang sedang menyibakkan tirai yang tertutup akibat lompatan Salsa yang melepaskan tali pengaitnya.

"Masih ada, Yah," sahut Anisa sambil mengangguk.

"Yakin? Perasaan Ayah ngasih tiga Minggu yang lalu deh. Masa masih ada?" Pak Ramli terheran-heran dengan Anisa yang menurutnya super hemat itu.

"Iya, Yah."

"Gimana nggak hemat? Dia nggak boros kayak Salsa. Yang dibeli cuma yang penting aja. Selalu dipake buat sedekah." Bu Dewi datang dan berbaur dengan mereka.

"Yah, Nisa ke dapur dulu." Anisa memilih pergi ke dapur agar tak mendengar perdebatan yang akan terjadi antara kedua orang tuanya.

"Ya nggak papa dong, Bu. Selagi kita bisa menyenangkan anak, kenapa enggak?"

"Ya tapi jangan terlalu manjain dong, Yah. Jadinya kan itu anak males cari kerja. Udah dikuliahin tinggi-tinggi, taunya malah males-malesan di rumah. Coba kalau Anisa yang dikuliahin, pasti sekarang dia udah sukses."

"Bu, jangan gitu, dong. Kita nggak bisa prediksi nasib orang. Bisa aja suatu hari nanti Salsa jadi pengusaha sukses. Kita kan gak tau. Lagian waktu itu jamannya Nisa Lulus SMA kan pas Ayah punya cicilan mobil, makanya nggak bisa kuliahin dia. Dan waktu Salsa lulus SMA, cicilan mobil ayah lunas. Kan kelihatan kalau Salsa pembawa rezeki. Beda sama Anisa. Inget nggak waktu Anisa lahir? Semua harta kita ludes gara-gara ditipu. Terus waktu Anisa harus operasi gara-gara pendarahan di kepala karena jatuh dan waktu itu ayah belum jadi PNS. Besar biayanya, Bu. Ayah sampai gadaikan sertifikat rumah," sela Pak Ramli.

"Kok Ayah jadi nyalahin Anisa? Itu semua kan udah takdir. Bukan mau dia kita ditipu atau dia sakit. Udahlah, Ayah kalau diajak debat pasti nyalahin Anisa mulu. Ibu mau ke toko dulu!" Bu Dewi langsung meninggalkan suaminya dan pergi ke toko bajunya yang ada di pasar.

Dari arah dapur terdengar isak tangis dari Anisa. Ternyata dia mendengar percakapan antara ibu dan ayahnya. Ternyata benar, Ayahnya menganggap dirinya sebagai pembawa sial.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

tega sekali Ramli berkata begitu...
langsung tiada hati nurani

2024-01-25

0

guntur 1609

guntur 1609

tega siramli. secra gk lngsung dia mngakui klu nisa pembawa sial

2023-12-21

0

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

𝔂𝓪 𝓐𝓵𝓵𝓪𝓱 𝓴𝓪𝓼𝓲𝓱𝓪𝓷 𝓐𝓷𝓷𝓲𝓼𝓪 𝓼𝓪𝓶𝓹𝓮 𝓭𝓲 𝓪𝓷𝓰𝓰𝓪𝓹 𝓹𝓮𝓶𝓫𝓪𝔀𝓪 𝓼𝓲𝓪𝓵 𝓼𝓪𝓶𝓪 𝓪𝔂𝓪𝓱 𝓴𝓪𝓷𝓭𝓾𝓷𝓰𝓷𝔂𝓪 𝓼𝓮𝓷𝓭𝓲𝓻𝓲😞😞😞😞😞

2023-01-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!