Penanganan Dokter

Setelah saling sepakat dengan perjanjian yang barusan di buat, Zico langsung membawa ibu Naima ke rumah sakit dan meminta pelayanan terbaik. Naima berharap jika ibunya bisa sembuh dan sehat seperti sedia kala. Ia tidak tega melihat sang ibu menderita dengan penyakitnya.

"Aku tidak bisa menunggu ibumu sembuh dan sehat kembali baru kita melangsungkan pernikahan. Aku hanya punya waktu tiga hari dan aku ingin besok atau lusa kita sudah menikah."

Pernyataan Zico seketika membulatkan mata Naima. Akan tetapi ia tidak bisa menolak, siap tidak siap ia harus melakukan pernikahan yang sebelumnya sudah di sepakati. Meski ia tahu apa yang di lakukannya itu salah, tapi ia tidak punya pilihan lain.

Hanya sembilan bulan, Naima. Setelah kau melahirkan anak untuknya, maka kau akan terbebas dari situasi ini. Ucap Naima dalam hati, berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

Akhirnya Naima mengangguk setuju.

"Apa kau ingin ibumu tahu tentang pernikahan di antara kita?"

Naima menggeleng keras. "Tidak, tidak. Ibu pasti akan kecewa padaku sekalipun aku mengatakan alasannya melakukan semua ini," tolak Naima.

"Lalu bagaimana saat kau hamil nanti?"

Pertanyaan Zico membuat Naima bergeming. Ia tidak tahu harus memberi tahu ibunya atau tidak.

"Setelah pernikahan kita berlangsung dan aku menanam benih di rahimmu, aku tidak bisa menemuimu setiap hari. Paling tidak aku akan menemui satu bulan sekali. Aku tidak ingin istriku tahu jika aku memiliki wanita lain. Dia pasti akan terluka."

"Lalu setelah anak ini lahir dan kau membawanya ke rumahmu, apa yang akan kau katakan pada istrimu?"

"Gampang. Itu urusanku nanti," jawab Zico kemudian bangkit berdiri dari duduknya.

"Aku mau mengurus administrasi dulu, kau tunggu saja di sini," pamit pria itu dan beranjak dari sana, meninggalkan Naima yang duduk di sederet bangku besi rumah sakit.

Telapak tangan Naima mengeluarkan keringat dingin. Sungguh tidak pernah terbayangkan sebelumnya jika ia akan menikah dalam waktu dekat ini dengan pria yang sama sekali tidak ia kenal. Dan mirisnya, pernikahannya hanya sekedar untuk memberi seorang anak demi mendapatkan sejumlah uang agar ibunya bisa sembuh dan sehat.

Naima menunduk, menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan yang menumpu di atas lututnya.

***

Setelah selesai di tangani oleh Dokter, kini di sejumlah titik tubuh ibu Naima yang bernama Maya di pasang alat medis. Naima sedih melihatnya, tapi di sisi lain ia senang lantaran sang ibu sudah mendapat perawatan yang tepat.

Kelopak mata bu Maya bergerak-gerak dan perlahan matanya terbuka. Naima langsung menyeka air matanya yang sempat menetes di kedua pipi.

"Na-Naima ..." ucap bu Maya terbatas dengan suara yang lirih sekali.

Naima menggenggam tangan ibunya yang tidak terpasang selang infus.

"Iya, ibu. Ini Naima. Bagaimana keadaan ibu?"

Perlahan kepala bu Maya menoleh ke arah putrinya, Naima sudah tidak sabar ingin mendengar keadaan ibunya sekarang.

Alih-alih memberi jawaban, bu Maya justru malah memberinya sebuah pertanyaan yang membuat Naima seketika bungkam.

"S-siapa ... pria itu, Naima?"

Wajah Naima menegang, napasnya tertahan. Ia menelan salivanya dengan susah payah.

Ya Tuhan .. Aku harus menjawab apa?

Naima berubah gugup, ia tidak mungkin mengatakan yang sejujurnya pada sang ibu. Tapi ia juga tidak memiliki alasan lain.

"Naima .. Tolong jawab, nak! Dari mana kau dapat uang untuk membawa ibu ke sini?"

Lagi-lagi Naima di buat bungkam, ia tidak ingin ibunya kecewa. Yang ia inginkan saat ini ibunya sembuh dan sehat.

"Sudahlah, ibu. Ibu tidak perlu pikirkan hal itu. Sekarang ibu fokus dengan kesehatan ibu sendiri, ya. Aku akan melakukan apapun demi kesembuhan ibu," jawab Naima berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Tolong jawab pertanyaan ibu, Naima!"

"Sekarang ibu istirahat, ya. Jangan pikirkan apapun selain kesembuhan ibu. Ibu harus sembuh, ibu harus sehat."

"Apa yang sedang kau tutupi dari ibu, nak? Tolong jawab pertanyaan ibu siapa pria itu? Sejak kapan ibu mengajarimu untuk berbohong? Bagaimana ibu bisa istirahat dengan tenang jika kau saja tidak memberi tahu ibu siapa pria yang telah membawa ibu ke sini." seru bu Maya lagi-lagi membuat Naima kehilangan alasan.

"Naima, ibu tahu kau sayang pada ibu. Tapi jangan sampai kau menghalalkan segala cara demi kesembuhan ibu termasuk jika ini berkaitan dengan harga dirimu," ucap bu Maya tepat sasaran dan tanpa Naima duga jika ibunya memiliki feeling yang sangat kuat terhadap dirinya.

"Ibu ... Ibu berkata apa?" Naima berusaha mengelak.

"Ibu tidak ingin kau salah langkah, nak. Ibu tidak mau kau menyesal di kemudian hari."

Naima diam mendengar kalimat terakhir yang di ucapkan oleh sang ibu. Tapi ia masih tidak memperdulikan apapun konsekuensinya. Yang terpenting ibunya sembuh dan sehat. Itu sudah cukup baginya.

_Bersambung_

Terpopuler

Comments

Wiek Soen

Wiek Soen

lanjut thor, kenapa Naima GK jujur sama ibunya

2023-01-04

1

sella surya amanda

sella surya amanda

lanjut

2022-12-04

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!