Bab 3 | Bertemu Alzam

Naura masih tak percaya dengan gadis kecil yang ada dihadapannya adalah anak dari adiknya. Sebelumnya Zahra sudah memberi tahu jika Melani telah meninggal saat melahirkan anaknya, tetapi Alzam tak memberinya kabar.

"Mas Alzam mengapa menyembunyikan kenyataan ini dari kami, Mas? Melani itu adik kami, tapi Mas Alzam egois tak memberi tahu jika adik kami meninggal! Suami macam apa kamu, Mas?" protes Naura yang tak sengaja bertemu dengan Alzam dan juga anaknya.

"Maaf jika keputusanku menyembunyikan kematian Mela salah, tapi aku tidak ingin kalian terus-menerus menghawatirkanku yang hendak mati saat itu," ujar Alzam dengan perasaan sesal.

Kini mata Naura terfokus pada Alma, yang memiliki wajah duplikat Melani saat seusianya. Tak terasa air matanya menetes begitu saja.

"Tante mengapa menangis? Apakah papaku telah menyakiti Tante?" tanya Alma dengan kepolosannya.

Sebisa mungkin Naura mencoba untuk tetap tersenyum, meskipun hatinya berdenyut.

"Tidak, Sayang. Tante hanya sedang mengingat adik Tante yang sudah tenang di surga, Nak," ucap Naura yang tak bisa menahan air matanya.

"Oh, berarti adik Tante sama seperti mama Alma yang udah tenang di surga. Surga itu seperti apa, mengapa mereka memilih untuk tinggal disana, Tan?"

Naura menatap lekat iris mata bocah yang ada didepannya. "Surga itu indah dan hanya orang-orang baik yang bisa tinggal di sana, karena Allah sayang sama mama kamu jadi Allah memberikan surganya pada mama kamu, Sayang," ujar Naura dengan bibir yang gemetar.

Mata Alzam tak hentinya menatap Naura yang memiliki jiwa keibuan yang sangat lembut. Seolah ia melihat Melani dalam diri Naura.

Cukup lama Naura berbincang dengan Alma dan juga Alzam. Ternyata roda kehidupan itu berputar. Saat ini Alzam sudah tak memiliki apa-apa, hanya memiliki rumah yang ia tempati sebagai satu-satunya harta yang tersisa.

"Jadi sekarang Mas Alzam kerja apa?" tanya Naura.

"Untuk saat ini aku sedang merintis usaha baru. Kamu kan tahu sendiri kalau nyari pekerjaan itu sangat susah, terlebih tak sesuai dengan gajinya," jawab Alzam.

"Tapi sekarang ada perusahaan besar yang sedang membuka lowongan kerja besar-besaran, Mas. Mas Alzam gak mau melamar kesana?"

Alzam tersenyum tipis. "Dulu aku dengan pemilik perusahaan itu bersaing ketat untuk mempertahankan nama perusahaan kami masing-masing. Saat ini perusahaanku sudah lenyap dan dibeli olehnya, mana mungkin aku aku melamar di perusahaan itu, Na."

Naura mengerti dan paham bagaimana perasaan Alzam saat ini. Bangkit dari nol tidaklah mudah, terlebih saat ini ia harus menjadi ayah sekaligus ibu untuk Alma. Sama seperti dirinya yang harus berjuang seorang diri dan menjadi Ayah sekaligus ibu untuk Raya. Nasib keduanya sama, yang membedakan hanyalah statusnya saja.

Alzam resmi mendapatkan gelar duda ketika Melani telah meninggal, tetapi tidak dengan dirinya yang sama sekali tidak gelar apa-apa karena ia melahirkan tanpa seorang suami.

Dunia seakan terasa sempit saat keduanya bertemu dalam keadaan yang serupa, sama-sama menjadi single parent untuk anak mereka.

Setelah bertemunya dengan Alzam dsn Alma hati Naura semakin tidak tenang dan terus mengkhawatirkan bagaimana tumbuh kembang Alma tanpa peran seorang ibu di sampingnya.

"Na, dari tadi mbak lihatin kamu bengong aja. Lagi mikirin apa? Apakah sudah ada jawaban dari pihak perusahaan? Apakah kamu ditolak?" tanya Zahra yang sejak tadi memperhatikan Naura melamun.

"Aku merasa menyesal telah melamar di perusahaan itu, Mbak. Ternyata perusahaan itu milik om Arya. Aku harus bagaimana?"

Zahra terkejut dengan ucapan Naura. Mengapa bisa menjadi sebuah kebetulan, apakah itu adalah sebuah pertanda jika Tuhan akan menyatukan mereka? Tetapi dalam relung hatinya, Zahra tidaklah setuju jika takdir akan mereka. Sudah cukup penderitaan Naura selama ini karena perbuatan Arya.

"Kalau itu perusahaan om Arya, kenapa Mas Kanna nggak kasih tahu, sih? Harusnya dia cegah kamu, Na!"

"Nah, itu dia Mbak ... kenapa mas Kanna gak kasih tahu."

.

.

Pagi ini setelah Raya dan juga Khanza berangkat ke sekolah, Naura memutuskan untuk menemui Alzam. Sampai saat ini dirinya masih mengkhawatirkan Alma. Entah mengapa perasaannya ingin sekali memberikan sedikit perhatiannya kepada bocah malang itu.

"Kamu mau kemana, Na?" tanya Zahra heran.

"Aku mau ke rumah Mas Alzam bentar, Mbak. Mau lihat Alma," ujar Naura.

"Kamu ini lucu, Na. Jam segini Alma sekolah!" kata Zahra yang langsung tertawa.

Saat itu juga Naura menertawakan dirinya sendiri yang terlewat bodoh dengan kekhawatirannya yang berlebihan.

"Iya juga, ya."

Baru saja Naura ingin kembali ke kamarnya tiba-tiba bel rumah berbunyi. Karena Zahra sudah naik ke atas lebih dahulu, makan orang memilih untuk membuka pintu. Saat dibuka matanya langsung membeli dengan sempurna saat Arya telah berdiri di hadapannya.

"Kamu tinggal disini?" tanyanya langsung.

"Om Arya ngapain ke sini?"

"Aku hanya ingin memastikan jika kamu dan anak kita baik-baik saja."

Naura mende.sah kasar. "Harus aku katakan berapa kali kalau aku nggak melahirkan anak, Om!"

"Bohong! Kamu kira aku bodoh! Aku bisa saja mengambil paksa anak itu dirimu, tapi aku tidak mau melakukan itu, Na! Aku hanya ingin mendengar jika kamu sudah melahirkan anak kita dengan selamat. Aku ingin bertemu dengannya."

.

.

Terpopuler

Comments

Popy Setyaningsih

Popy Setyaningsih

ini novel sequel ya?

2023-07-05

0

Airoh Hasna

Airoh Hasna

ish..
arya nyolot amat sih
dlu di buang, sekarang di cari
biar di bilang tidak mandul kan

2023-01-07

1

Sumarni Al Fa

Sumarni Al Fa

kok penak men om arya ki, giliran West gedi di aku2

2022-12-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!