Usai mandipun Haura langsung siap-siap dan memoles wajahnya yang memang sudah cantik dari orok itu dengan senatural mungkin, Karena ia tidak suka berdandan berlebihan, malah jadi tidak pede.
"ehhhh qe mau kemna Ra, kok udah rapi aja' tanya Tiara yang tiba-tiba muncul dari balik pintu
"Astagfirullah, Tiara ngapain sih hobi banget ngagetin orang, untung aku gada riwayat sakit jantung" jawab Haura mengelus dadanya
"ih lebay deh Ura, jawab aja kenapa sih, ribet amat" ucap Tiara penasaran
"aku tuh mau ke RS Cut Nyak Dhien, bg Satya sakit, itu yang tadi nelpon bg Dika nyuruh kesana' balas Haura menjelaskan
"lah katanya kita mau main kepantai hari ini, ihhh Haura masa aku pergi sendiri?" sambung Silvia yang tiba-tiba bangkit dengan suara serak khas bangun tidur
"maaf yah bebeb ku, hari ini kayanya gak bisa, ini juga mendadak, kalau gak kamunya ikut aja mau?" ajak Haura pada Silvia merasa bersalah
"ihhh males lah ke RS, yang ada malah tambah suntuk aku, yaudah deh aku ajak temen lain, mana tau ada yg mau nemenin" jawab Silvia kesal sekaligus kecewa
"maaf banget yah, sebagai gantinya aku janji deh Minggu depan kita main bareng suer deh atau mau aku beliin apa gitu?" sambung Haura meyakini Silvia agar tidak kecewa
"Kali ini aku maafin, heum gapapa lah, santai aja, kau ini kayak sama siapa aja, gak usah merasa bersalah gitu" lanjut Silvia memaafkan Haura karena gak ingin egois juga, lagian itu juga kan diluar rencana mereka
"makasih Silvia sipaling baik hati" ujar Haura memeluk sahabatnya tersebut
"yaudah hati-hati perginya, emng qe perginya sendiri aja?" tanya Tiara pada Haura yang masih berpelukan dengan Silvia
"iya Tiara bawel, sendiri dong kan gada ayang kaya kamu, haaaa haaahaa" jawab Haura tertawa
Haura pun berlalu pergi setelah berpamitan dengan kedua sahabatnya, ia berangkat dengan motor matic nya yang sudah dikirim dari kampung Minggu lalu.
Setelah sampai di RS Haura langsung memarkirkan motornya dan langsung menghubungi Dika menanyakan ruang rawat Satya yang memang belum diberitahu Dika sebelumnya.
Tok...
Tok...
Tok...
"Assalamualaikum" ucap Haura memberi salam dan langsung membuka pintu ruang rawat setelah mengetok sebelumnya
"waalaikumsalam, masuk" jawab bersamaan orang-orang yang ada dalam ruangan
Haura masuk kedalam ruang rawat yang terdapat Dika, Satya yg berbaring dengan jarum infus ditangan dan 3 orang lainnya yang sudah di pastikan itu temannya Satya yang tidak asing wajahnya bagi Haura. Ia pun langsung mendekat pada mereka dan menyalim Dika serta tersenyum ramah pada teman sepupunya yang terbaring lemah itu.
"akhirnya adek abang yang manis ini datang juga" ujar Dika yang menerima uluran tangan Haura kemudian mengacak pelan puncak kepala Haura yang memakai kerudung itu dengan sayang sambil tersenyum tulus menatap mata teduh Haura
Itulah Dika yang gaya berbicaranya selalu lembut dan sikap manisnya yang membuat rindu, bahkan dulu Haura sempat menaruh hati, atau mungkin masih sampai sekarang, namun ia sadar perasaan itu salah dan tidak mungkin, Dika hanya menganggap Haura sebatas adik tidak lebih. Dika yang selalu memanjakan Haura dan dan menuruti apapun kemauan Haura, menjadi teman cerita dan diskusi yang begitu baik.
Haura hanya menyimpan sendiri perasaannya untuk Dika, ia takut akan membuat hubungan mereka yang baik-baik saja akan berantakan nantinya, karena perasaan konyolnya. Tapi tidak bisa dipungkiri dari SMP sampai sekarang Haura masih memendam perasaan itu, sudah ia coba tepis, tetap saja tidak hilang, entah hanya sebatas rasa kagum yang pasti setiap pertemuan mereka selalu menenangkan dan membuat Haura gembira, rasanya ia enggan jauh, karena setiap kali berada disisi Dika, Haura merasa aman dan nyaman.
Meski sebenarnya tanpa Haura ketahui, Dika pun merasakan hal yang sama seperti yang Haura rasakan, Dika pun diam-diam ada rasa terhadap Haura, itulah sebabnya setiap apapun yang terjadi Dika bertanya atau meminta bantuan pada Haura, hanya agar mereka dapat bertemu dan melihat senyum Haura yang membuat jantung Dika berdetak lebih cepat dari biasanya. Terkadang hal-hal yang dilakukan Dika hanya alasan, Karena takut Haura berfikir yang tidak-tidak.
Lucu sekali dua insan itu, saling menyimpan rasa dan takut mengungkapnya. Padahal apa salahnya, lagi pula mereka sepupu jauh dan sah-sah saja harusnya. Hanya karena tidak saling tau perasaan masing-masing membuat mereka takut saling menyakiti dan kecewa, hingga memiliki menyembunyikannya untuk diri mereka sendiri agar masih tetap bisa berkomunikasi dengan baik.
Salah satu alasan Haura tidak membuka hati untuk siapa pun adalah Dika, ia tidak bisa melihat cinta pada diri laki-laki lain, karena hatinya telah tertawan. Terkadang Haura merasa aneh sendiri mengapa perasaan itu harus tumbuh untuk Dika, lelaki yang tidak akan mungkin bisa ia miliki sampai kapanpu.
"Ihhh kan kerudung nya rusak gegara abg, iya pasti dong Ura dateng, untuk abang ku yang paling tampan ini apasih yang engga, lagian bg Satya kenpa juga gak ngabari Ura?" ujar Haura kesal pada Dika yang membuat kerudungnya berantakan namun dihatinya senang diperlakukan seperti itu, kemudian menatap Satya yang tidak pernah ingin meminta bantuan, meski dalam keadaan sakit sekalipun, kalau bukan karna Dika mana mungkin Haura tahu keadaan Satya saat ini
"uhhhh baru tau yah abg ini tampan, lagian Ura kaya gak tau aja Satya deh, si cowo paling dingin dan kaku seantero, hee heee hee" sambung Dika memuji diri dan mengingatkan pada Haura seperti apa sifat adik lelakinya itu sambil tertawa receh
Sedangkan Satya hanya menatap acuh orang-orang di sekeliling, bodo amat sama keadaan, meski mereka sedang membicarakan dirinya yang super cuek itu, bayangkan saja dalam keadaan sakit saja dia masih tetap stay cool dengan gayanya tanpa menanggapi obrolan mereka, tersenyum saja tidak padahal teman-teman sudah tertawa dari tadi karena tingkah Haura dan Dika yang terus membuat lelucon.
"ihhh udah jangan ledekin bg Satya Mulu, lihat tuh mukanya udah jutek gitu, tar dia ngambek loh" canda Haura
"haaaaaa haaa haaaa" tawa Dika dan teman Satya lepas begitu saja dan spontan memandang Satya yang mulia kesal
"yaudah deh Ura disini dulu yah jagain Satya, oh iya abang dah beliin makan tuh, pasti Ura belom sarapan kan, pokoknya kalau ada apa-apa tar kabari abg aja yah, abg mau keluar jumpa temen bentar, ga lama" lanjut Dika berbicara pada Haura
"iya abang, makasih, tau aja adek nya yang cantik paripurna ini belom makan, emang paling pengertian deh" balas Haura manja dan memuji diri sendiri
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments