Bukan Wanita Lemah!

Hati Syifa terenyuh sakit mendengar ucapan anak itu, buliran air penuh di matanya. Rasanya Syifa tidak bisa menahan kesakitan anak itu. Nizam melihat ke arah Syifa dengan pandangan bingung "Tante kenapa sepertinya mau menangis?"

Syifa tersenyum, menggelengkan kepalanya "Enggak, Tante enggak menangis. Tante hanya terharu karena kamu begitu sangat menggemaskan,"

"Tidak Tante! Nizam tidak menggemaskan lagi, sekarang Nizam hanya bisa tidur di sini. Jika saja Nizam mendengarkan ucapan papa dan nenek. Pasti Nizam tidak akan sakit,"

Air mata Syifa pecah mendengar ucapan anak itu, ia langsung mendekati Nizam dan memeluknya. Syifa menangis senggugukan, bagaimana menjelaskan kepada anak polos itu jika sebenarnya Syifa lah penyebab anak itu kecelakaan dan lumpuh seperti ini "Tante, jangan menangis,"

Nizam hanya bisa mencium rambut Syifa yang begitu wangi, karena hanya bagian kepalanya yang bisa bergerak. Sedangkan bagian lain tidak bisa "Nizam enggak suka melihat orang lain menangis Tante! Tante jangan menangis,"

Walau Syifa sudah berusaha menahan kesedihannya namun semua itu sia-sia. Hatinya terasa begitu menyakitkan mendengar semua ucapan anak berusia empat tahun itu.

Andai aku juga mendengarkan mama dan papa untuk diantar supir saja, pasti anak malang ini tidak harus mengalami hal seperti ini~Batinnya.

Cekrek!

Pintu terbuka, Azam yang melihat Syifa memeluk anaknya langsung berjalan dengan cepat mendekati wanita itu. Ia menarik Syifa untuk menjauh dari anaknya "Ingat batasan mu! Kau hanya pengasuh, berani sekali kau memeluk anakku!"

Syifa yang masih senggugukan menunduk, menghapus air matanya "Ma-maafkan saya tuan,"

Dengan nada yang terbata-bata Syifa meminta maaf kepada ayah dari anak tersebut "Kau dengar kan aku! Hanya aku dan kedua orang tua ku yang berhak menyentuh Nizam. Kau hanya pengasuh, tugas mu hanya mengurusnya bukan berarti kau bisa memeluk anak ku. Kau mengerti!"

Azam menyentak Syifa, wanita itu diam tak bergeming hanya menganggukkan kepalanya saja. Lalu, Azam melempar seragam pelayan ke arah Syifa

Wanita itu langsung mengambilnya "Kau ganti pakaian mu sekarang!"

"Papi, kenapa papa sangat galak dengan Tante baik?" Azam menatap anaknya, memperingati anaknya untuk tidak terlalu dekat dengan orang asing "Sayang, sudah berapa kali papa katakan sama kamu. Jangan terlalu dekat dengan orang asing kamu mengerti!"

Syifa tidak tega melihat Nizam di marahi oleh papanya "Tuan, ini kesalahan saya. Saya akan menjaga jarak kepada Nizam tapi jangan marahin dia,"

"Nizam? Hei! Anda harus mengingat status anda di sini sebagai apa? Kau hanya pelayan, apa pantas pelayan memanggil tuannya dengan sebutan nama?" Ucapan Azam begitu ketus, namun Syifa tidak mau menambah masalah.

Ia di sini karena ingin bertanggungjawab dengan semua tugasnya dan menebus kesalahannya kepada Nizam.

"Maafkan saya, dan tolong jangan memarahi tuan Nizam lagi,"

Azam pergi meninggalkan ruangan dengan menutup pintu cukup keras, Syifa hanya menggelengkan kepalanya.

Melihat Azam, ia melihat sosok papanya yang mudah marah dan sangat galak kepada ibu sambungnya dulu. Syifa menepis pikirannya sendiri saat Nizam meminta maaf atas semua perlakuan papanya yang sudah memarahi Syifa

"Tante, maafin papa Nizam ya? Sebenarnya papa Nizam baik kok. Papa memang enggak suka kalau Nizam dekat sama orang asing, kata papa orang asing bisa jahat dan menculik Nizam,"

Syifa tersenyum kepada anak kecil itu "Iya sayang, Tante enggak sakit hati kok sama papanya Nizam. Bahkan, papanya Tante juga lebih galak, namun sebenarnya papanya Tante itu lelaki yang sangat baik."

Keduanya saling pandang dan tersenyum, Syifa mengambil makanan yang ada di atas meja, dengan ketulusan Syifa menyuapi anak itu. Nizam langsung melahap hingga makanan itu habis "Wah Nizam pinter banget ya? Langsung habis dan sekarang saatnya minum obat,"

Syifa mengambil obat dan segelas air minum untuk ia berikan kepada Nizam. Anak kecil itu minum menggunakan sedotan agar tidak tumpah

Setelah memastikan Nizam memakan obatnya, Syifa meminta anak berumur empat tahun itu untuk istirahat "Anak ganteng, sekarang waktunya tidur ya?"

Nizam menggelengkan kepalanya "Tante, Nizam sangat bosan di kasur terus, apakah Nizam bisa sembuh seperti dulu lagi? Nizam mau main dengan yang lain,"

Pertanyaan Nizam membuat Syifa tidak bisa menjawabnya. Dokter memang mengatakan jika Nizam tidak mengalami lumpuh permanen, namun mereka juga tidak bisa memastikan sampai kapan Nizam dalam keadaan lumpuh seperti ini. "Sayang, sebaiknya kamu istirahat dulu ya? Kalau Nizam enggak istirahat, nanti Tante yang dimarahin sama papanya Nizam. Apa Nizam mau?"

Nizam menggelengkan kepalanya dengan cepat "Tidak Tante," setelah mengatakan itu, ia langsung menutup matanya dan tidak membutuhkan waktu lama untuk Nizam terlelap.

Syifa memandangi wajahnya yang begitu menggemaskan, mengingatkannya kepada almarhum adiknya Al.

"Anda saja Al masih hidup, pasti dia sangat menggemaskan walau usia Al lebih tua daripada Nizam."

Drrrt....! Drrrt....!

Ponsel Syifa berbunyi, wajahnya terlihat memerah seketika "M-mama," ujarnya, Syifa ragu untuk menjawab karena ia tahu pasti ibunya itu akan melakukan video call

"Jika aku angkat, mama pasti akan melakukan video call tapi kalau aku tidak angkat, mama pasti akan khawatir,"

Bagaikan simalakama baginya, Syifa dihadapi pilihan yang sangat sulit "Aku harus apa?" Syifa bingung, hatinya merasa lega saat panggilan berakhir. Segera Syifa mengirimkan pesan kepada mamanya

"Maaf mama, kakak saat ini tidak bisa mengangkat panggilan karena kakak sedang rapat di kampus. Nanti setelah selesai kakak akan menghubungi mama kembali ya?"

Syifa langsung mengirimkan pesan kepada ibu sambungnya itu dan ia berharap agar ibu sambungnya tidak menghubunginya lagi saat ia sedang bekerja sebagai pengasuh karena Syifa yakin kedua orang tuanya tidak akan bisa menerima hal itu

"maafin Syifa ma, bukan maksud Syifa membohongi mama. Namun Syifa enggak mau membuat mama dan papa khawatir, Syifa akan menyelesaikan masalah Syifa sendiri. Syifa enggak mau mama dan papa terlibat dalam masalah yang Syifa alami sekarang," gumamnya dengan pelan.

Cekrek!

Terlihat ibunya Azam masuk dengan tatapan tidak ramah kepada Syifa, ia segera menyimpan ponselnya di saku. Anita melihat ponsel Syifa yang ia yakini harganya sangat mahal.

"Saya tidak habis pikir mengapa anak saya menjadikan kamu pengasuh! Seharusnya anak manja seperti mu masuk ke dalam penjara, tidak dijadikan pengasuh seperti ini. Apa kamu bisa mengasuh cucu ku dengan baik?" Ia mencengkram kedua pipi Syifa dengan keras, wanita itu meringis kesakitan.

"Apa kesalahan saya Tante?"

Syifa spontan menepis tangan wanita tua itu, Anita terlihat kesal saat Syifa berani menepis tangannya "Kurang ajar!" Anita ingin menampar Syifa, namun Syifa bukan lah wanita lemah yang diam saja. Ia pun memegang tangan Anita dengan lembut

"Maaf Tante, tugas saya di sini sebagai pengasuh Nizam. Bukan pelayan anda, dan jangan karena saya diam anda bisa melakukan seenaknya kepada saya,"

Ia segera menepis tangan Anita, Syifa tidak akan membiarkan jika dirinya disakiti seperti itu. Azam masuk ke dalam ruangan karena mendengar kekacauan yang terjadi

"Beraninya kau kepada mama ku!"

Syifa tersenyum "Maaf tuan, tapi kau dan ibu mu salah menilai ku. Jangan karena ku diam, kalian bisa memperlakukan aku seenaknya saja! Dan ingat satu hal ini, jika sekali lagi ibu anda berani menyakiti saya. Maka saya akan melaporkan ibu anda ke polisi dengan status penganiayaan!" Setelah mengatakan itu, Syifa berpamitan untuk keluar "Tuan Nizam sudah saya kasih makan dan minum obat, dia juga sedang tidur jadi tidak ada alasan saya untuk di sini. Permisi!"

Syifa keluar dari ruangan, Anita protes kepada anaknya "Kamu lihat wanita itu! Dia begitu kurang ajar dan tidak sopan!"

"Mama sudah lah! Jangan mengira jika Azam tidak melihat semuanya. Mama jangan sampai membuat kesalahan mama! Mama tahu, jika wanita itu juga berasal dari keluarga yang terpandang. Dan dia tidak sebodoh itu untuk tetap diam saat mama ingin menyiksanya, Azam tahu mama kesal dan marah melihat keadaan Nizam seperti ini. Ma, tolong biarkan Azam yang memberikan hukuman kepada wanita itu. Kekerasan tidak akan membuatnya menderita! Malah yang ada mama akan masuk penjara, Azam mohon jangan menyakitinya lagi ma, Azam tidak mau mama masuk penjara karena kasus penganiayaan!"

Anita mengangguk, ia mencoba menahan emosinya "Sudah mama katakan, tidak ada gunanya menjadikan dia pengasuh! Dia makin kurang ajar dengan mama!"

Azam tidak mau berdebat dengan mamanya, ia memilih memeluk mamanya agar ibunya itu bisa lebih tenang "Mama harus tenang untuk menghadapinya! Lebih baik mama serahkan semuanya kepada Azam!"

Anita mengangguk, ia ingin wanita itu merasakan apa yang cucunya rasakan sekarang.

***Visual

Syifa***

Azam

Nizam

Si Kembar Alana, Alan

Terpopuler

Comments

Iratu Nayasiya Naomi Baranice

Iratu Nayasiya Naomi Baranice

belum up thor

2022-12-09

0

Iratu Nayasiya Naomi Baranice

Iratu Nayasiya Naomi Baranice

up

2022-12-08

0

BellaRosiana

BellaRosiana

wah akhirnya cerita kk syifa, thor jangan lupa lanjut cerita kaynara juga yah mau liat kay bahagia sm rian

2022-12-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!